Dark/Light Mode

Kasus Pembakaran Polsek Ciracas

Panglima TNI & Kapolri Diminta Ikut Mendinginkan

Sabtu, 15 Desember 2018 12:23 WIB
Kantor Polsek Ciracas yang diserang pada Selasa (11/12) dinihari. (Foto: IG @infokomando)
Kantor Polsek Ciracas yang diserang pada Selasa (11/12) dinihari. (Foto: IG @infokomando)

RM.id  Rakyat Merdeka - Insiden pengeroyokan perwira TNI oleh tukang parkir dan pembakaran Mapolsek Ciracas, Jakarta Timur, menjadi ujian sinergitas TNI-Polri. Tak hanya urusan pidananya yang harus segera dituntaskan, tapi per­soalan sosialnya juga harus ditangani. 

Perusakan dan pembakaran Mapolsek Ciracas ditengarai karena ketidakpuasan massa, dalam kasus pengeroyokan seorang anggota TNI Angkatan Laut, oleh sekelompok juru parkir di kawasan Cibubur Ja­karta Timur, yang terjadi sehari sebelumnya. Selain itu, sejumlah saksi menyebut para pelaku perusakan dan pembakaran punya ciri-ciri berbadan tegap dengan rambut cepak. Dari video yang beredar, seorang di antara massa meneriakkan kata “komando!” Seorang pria bertopi kemudian memperkenalkan diri sebagai Kapten Joko, yang memerintahkan massa membubarkan diri.

Namun, polisi tampak sangat hati-hati mengusut kasus ini. Polisi belum bisa mengidentifikasi pelaku. Kabid Humas Polda Metro Jaya Argo Yuwono menyebut, para pelaku perusakan dengan sebutan “massa”. Karopenmas Mabes Polri Brigjen Dedi Prasetyo pun belum bisa me­nyim­pulkan. Kata dia, tidak semua yang berambut cepak dan berbadan tegap anggota TNI.

Baca juga : Komisaris Utama Bank Mandiri Ikut Diperiksa KPK

Sementara itu, Polisi sudah me­nangkap para pelaku pengeroyokan ter­hadap anggota TNI di Cibubur. Pelaku pengeroyokan berjumlah lima orang. Mereka adalah AP, HP, pasutri IH dan SR serta D. Kemarin, kelima pelaku ini dipamerkan ke media di Polda Metro Jaya. Dalam konferensi itu, hadir Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono dan Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) Jaya Kolonel Kristomei Sianturi.

Lalu, bagaimana kasus perusakan dan pembakaran Mapolsek? Argo maupun Kristomei sangat hati-hati menjawab. Kata Kristomei, pihaknya sudah melakukan pemeriksaan internal atas dugaan keterlibatan ang­gotanya dalam kasus ini. Salah satu­nya menyebar gambar dan video yang beredar ke setiap komandan satuan. “Kita nggak bisa buru-buru menyimpulkan itu. Cepak terus anggota TNI, belum tentu,” kata Kristomei.

Sampai sekarang, lanjut dia, belum ada indikasi yang menunjukkan keterlibatan anggota TNI dalam perusakan Mapolsek Ciracas. Dari pengecekan awal, dia menyebut tidak ada prajurit yang keluar markas saat Mapolsek dibakar. Dia menegaskan Kodam Jaya sudah membentuk tim investigasi mengusut kasus perusakan ini. “Kami imbau masyarakat bersabar dan menahan diri,” katanya.

Baca juga : Rp 5.000 Triliun Hoaks, Rp 2.000 Triliun Fakta

Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Hermawan Su­listyo menganalisis, insiden pe­nye­rangan tak lepas dari insiden pe­nge­royokan sebelumnya. Karena setiap konflik terbuka itu selalu ada faktor penyebabnya. Tentu harus studi khusus mencari penyebabnya. Tapi, kata dia, kasus itu tak lepas dari kejadian tukang par­kir yang mengeroyok tentara yang pakai seragam.

Dulu tidak pernah terjadi kejadian seperti ini. Sementara yang diserang pangkatnya kapten. Se­orang perwira. Biasanya kalau perwira, sudah naik mobil. Ini naik motor dengan anaknya. Betulin motor. Dia menduga Sang Kapten itu orang baik. Karena itu, memunculkan emosi yang melibatkan banyak orang. 

“Kok teman kita yang baik, atasan kita yang baik, dipukuli. Oleh anak-anak parkir lagi. Ini bukan masalah ego. Ini soal pride. Harga diri,” kata Kiki, sapaan akrab Hermawan. Menurutnya, sikap polisi sudah tepat. Polisi harus hati-hati kalau ada ok­num TNI yang terlibat. Karena masalahnya bisa melebar ­ke ­­ma­na-mana. Sementara TNI tidak tunduk pada peradilan sipil. Ini kasus pi­dana biasa. Kalau ditangani bisa me­lebar ke mana-mana. Kalau pun ujung-ujungnya kasus pidana, harus dise­rahkan ke atasannya. Dia mengatakan, efek kecil ini bisa diselesaikan dengan cepat. Kun­cinya satu. Polisi kerja cepat, pro­fesional. Cukup di level bawah dila­kukan tindakan, selesaikan. 

Baca juga : Jokowi: Kalau Mau Nyenengin Semua, Tinggal Tebar BLT

Pengamat Kepolisian dari Institut for Security and Strategic Studies (ISeSS) Bambang Rukminto menilai, saat ini Polri masih sungkan dengan saudara tuanya. Padahal, tupoksi TNI dan Polri berbeda. Polisi jaga keamanan, tentara pertahanan. Bambang berharap, Polri tidak menutup-nutupi pelaku penganiayaan dan pengrusakan Polsek Ciracas di Jakarta Timur. Untuk mendinginkan suasana dan membuat masyarakat te­nang, dia juga menganjurkan Pang­lima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Ka­polri Jenderal Tito Karnavian aktif turun ke lapangan, mengatasi persoalan yang ada, baik di Ciracas maupun di Papua. “Kemana Panglima dan Kapolri saat kejadian itu?” katanya.

Lebih jauh dari para pengamat, Mayjen (Purn) Kivlan Zen mengakui, insiden itu adalah fenomena puncak gu­nung es antara TNI-Polri. Di atas ter­lihat kecil masalahnya. Ta­pi se­be­narnya, di bawah banyak me­nyimpan masalah. Menurutnya, setelah TNI dan Polri dipisahkan, terlihat ada guncangan sosial antara keduanya. Semua dikerjakan Polri. Kasus pengeroyokan itu memicu. Perusakan tidak bisa di­benarkan, tapi sangat disayangkan po­lisi lamban dan tidak menanganinya se­suai hukum. [BCG]
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.