Dark/Light Mode

Menkes Wanti-wanti, Sekitar Januari-Maret 2023, Bakal Ada Varian Baru

Selasa, 23 Agustus 2022 18:35 WIB
Menkes Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers virtual pada Selasa (23/8), bersama Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (kanan). (Foto: YouTube)
Menkes Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers virtual pada Selasa (23/8), bersama Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (kanan). (Foto: YouTube)

RM.id  Rakyat Merdeka - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkap fakta, beberapa negara seperti Jepang, serta negara-negara Eropa dan Amerika, saat ini memiliki jumlah kasus konfirmasi harian, lebih dari 100 ribu per hari. Bahkan, Jepang di atas 200 ribu.

Menkes meyakini, kasus konfirmasi harian setinggi itu, akan mengakibatkan terjadinya mutasi dan munculnya varian baru.

"Pasti akan ada varian baru. Karena adanya kasus konfirmasi setinggi ini. Sehingga, Indonesia harus siap-siap. Kita sudah melihat adanya subvarian baru di Amerika dan Eropa, karena kasus konfirmasi di sana sudah sangat tinggi," papar Menkes dalam keterangan pers virtual, Selasa (23/8).

Fakta lainnya, jumlah kasus Covid-19 di Indonesia saat ini tergolong rendah sekali. Jawaban dari situasi ini, juga sudah kita dapatkan dari hasil sero survei kemarin.

Pada Desember 2021, cakupan masyarakat yang memiliki antibodi telah mencapai 88 persen. Sekarang, naik ke angka 98,5 persen.

Baca juga : Sandiaga Buka Lapangan Kerja Baru Di Riau

Level antibodi yang tadinya hanya 400-an unit per mililiter, sekarang sudah melebihi 2.000 unit per mililiter.

Alhasil, masyarakat Indonesia saat ini sudah sangat terlindungi dari Covid-19.

"Itu sebabnya, gelombang BA.4 dan BA.5 memunculkan kasus konfirmasi yang tinggi di Jepang, Eropa, dan Amerika. Tapi di Indonesia, tidak. Itu karena level imunitas masyarakat kita sudah sangat tinggi," jelas Menkes.

Imunitas Tinggi

Mantan Wakil Menteri BUMN itu menerangkan, tingginya level imunitas tersebut diperoleh dari dua hal.

Baca juga : Kabar Baik, Penyandang Disabilitas di Jakarta Bakal Dapat Layanan Daycare

Pertama, vaksinasi. Indonesia sangat gencar melakukan vaksinasi Covid di bulan November-Desember 2021. Begitu juga di bulan Januari 2022.

Kedua, karena pengaruh infeksi. Gelombang Omicron yang melanda Indonesia pada Februari-Maret 2022, memunculkan 60 ribu kasus sehari. Lebih tinggi dari gelombang Delta.

Kombinasi antara vaksinasi di bulan November 2021-Januari 2022 dan infeksi Februari-Maret 2022 itulah yang membuat kadar antibodi masyrakat di bulan Juni-Agustus tinggi sekali. Sehingga, boleh dibilang, pada saat gelombang BA.4 dan BA.5 masuk, kasus kita tidak terganggu sama sekali.

Indonesia menjadi satu dari segelintir negara yang berhasil melalui gelombang BA.4 dan BA.5 dengan sangat baik.

"Sekarang, ujiannya 6 bulan lagi, sekitar Januari-Maret 2023. Kalau kita bisa melampaui itu sama seperti sekarang, Indonesia mungkin menjadi selected few countries yang bisa menangani pandemi 12 bulan berturut-turut," beber Menkes.

Baca juga : Jokowi Wanti-wanti Soal Sengketa Tanah, Dampaknya Serem, Bisa Ke Mana-mana...

Caranya, kita harus menjaga level imunitas masyarakat. Setinggi sekarang. Namun tantangannya, tingkat vaksinasi kita sudah menurun, dan tidak ada infeksi seperti saat Februari lalu.

"Sehingga tadi kita diskusi, sesuai arahan Bapak Presiden, kita akan menggelar vaksinasi. Terutama, untuk masyarakat yang imunitasnya rendah," kata Menkes.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.