Dark/Light Mode

Update Ibu Kota Negara

Ganjar Usul Cantik Tapi Liar

Minggu, 8 September 2019 07:04 WIB
Ganjar Pranowo (Foto: Istimewa)
Ganjar Pranowo (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, punya usul konsep untuk ibu kota negara baru di Kalimantan Timur (Kaltim). Konsepnya cantik tapi sangat liar. Yaitu dengan mempertahankan hutan alaminya di kiri dan kanannya.

Namun, ia tidak menyebutkan secara khusus apa nama konsep ibu kota yang ada di pikirannya itu. Apakah wild life atau forest city yang juga ramai disebutkan belakangan ini.

"Saya hanya bicara, wild life itu kan menarik ya. Di sana karena masih ada (hutan dan binatang liar, red). Dan ini kan bagian dari cara menjaga lingkungan kita dan ekosistem kita toh...he-he-he," kata Ganjar, kepada Rakyat Merdeka, tadi malam.

Ibu kota berkonsep alam liar ini mula-mula diutarakan Ganjar saat menghadiri temu kangen alumni UGM dan Keluarga Alumni Gadjah Mada (Kagama) di hotel Gran Senyiur Balikpapan, Kalimantan Timur (Kaltim), kemarin. 

Ia berharap, pemerintah pusat maupun daerah di ibu kota baru nantinya bisa menjaga area terbuka. Tujuannya agar populasi makhluk endemik seperti orangutan, beruang madu dan hewan khas Kaltim tidak punah. Jika konsep itu bisa diterapkan, ibu kota baru nantinya akan menjadi ibu kota pertama di dunia yang mengusung forest city.

Baca juga : Masyarakat Kaltim Happy

"Kita bisa melihat orangutan di kota itu. Dan saya senang sekali adanya ibu kota dengan konsep forest city," kata Ganjar yang juga merupakan Ketua Formatur Kagama.

Ditanya darimana idenya berasal? Ganjar mengaku terinspirasi dari gerakan liarisasi yang dilakukan oleh salah satu NGO asal Indonesia, yakni Borneo Orangutan Survival (BOS). Mereka melakukan pelepasliaran sejumlah binatang liar, seperti orang utan dan beruang madu. 

Namun, proses liarisasi itu ternyata tidak mudah. Mereka butuh ruang habitat yang luas. Dan butuh waktu yang tidak singkat dalam proses liarisasinya.

"Ternyata proses liarisasi lama sekali. Butuh waktu. Dengan anggaran yang cukup besar sehingga dia harus mencari donasi kemana-mana. Dan mereka menghutankan kembali. Sejak tahun 2001 sampai dengan hari ini hutannya baru gondrong," ucapnya.

Karena itu, dia  menilai akan menarik jika ibu kota dikembangkan menjadi satu area yang di kiri dan kanan di kelilingi hutan-hutan yang masih perawan. "Dengan radius pendukungnya itu adalah area yang betul-betul masih perawan dengan memberikan hewan-hewan liar itu bisa hidup di sana," terang Ganjar.

Baca juga : Kementan: Ibu Kota Baru Siap Mandiri Buah dan Sayur

Jika itu diterapkan, maka teori umumnya tentang konteks reboisasi, kemudian konservasi itu bisa berjalan dengan baik. Ketakutannya hanya satu, yaitu kebakaran hutan. "Kalau kebakaran habis. Tapi so far sampai hari ini tidak terjadi. Dan sumber airnya sekarang melimpah sekali," tandasnya.

Namun apakah tidak berbahaya, jika pusat pemerintahan berada di tengah hutan kemudian harus berinteraksi dengan binatang liar bahkan buas di sana? "Ya tidak. Kan ada jaraknya ya. Ada jarak yang disiapkan. Sehingga tentu tidak di dalam kota. Jadi pada area-area tertentu. Misalkan jalan sekitar 2 jam atau 1 jam dari ibukota itu masih bisa melihat alam yang masih murni, yang masih bagus dan pasti tidak akan terjadi polusi kan di situ," jelas Ganjar.

"Kesinambungan lingkungan atau suistainable development concept itu bisa betul-betul terjaga juga gitu," lanjutnya.

Dia optimis, keberadaan ibu kota negara di tengah hutan, tambang-tambang yang ada disekitarnya akan lebih tertata. Tidak akan dieksploitasi secara berlebihan.

"Sehingga saya membayangkan kotanya hijau, seperti ketika di Jerman atau di Eropa sekarang dihijaukan dimana-mana. Maka orang akan berjalan kaki, bersepeda, mungkin nanti transportasi massalnya sudah berbasis listrik semua tanpa pencemaran, wah luar biasa itu," khayalnya.

Baca juga : Ibu Kota Baru, Kutai Kartanegara Jadi Pangkalan Militer

Ganjar menyadari, begitu ibukota negara dipindahkan, maka otomatis daerah di kiri dan kanan ibukota baru itu juga akan tumbuh. Berpotensi mengurangi luasan hutan. Karena itu, jauh hari sebelumnya penting disiapkan tata ruang yang pro terhadap lingkungan. Dia menambahkan, sangat mendukung perpindahan ibu kota untuk pemerataan ekonomi.

"Karena gulanya ada di sana maka akan terjadi gerakan ekonomi yang menyemut ke sana," sebutnya.  Ganjar juga mengaku tidak iri, meskipun cipratan manisnya gula ibukota yang selama ini turut dirasakan provinsi-provinsi yang ada di Pulau Jawa, kini harus dipindahkan ke pulau Kalimantan. [SAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.