Dark/Light Mode

Suhendra: Negara Besar Butuh Orang Gila yang Waras

Sabtu, 6 Juli 2019 13:24 WIB
Suhendra Hadikuntono (Foto: Istimewa)
Suhendra Hadikuntono (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kabar mengenai penyusunan kabinet Jokowi-Ma'ruf terus menggelinding. Yang terbaru menyebutkan bahwa Jokowi ingin mengangkat Menteri Pertahanan (Menhan) dan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) dari figur sipil. 

Koordinator Relawan Jokowi-Maruf, Kanjeng Pangeran Norman Hadinegoro, sudah mendengar kabar ini. Dia bahkan menyebut bahwa Suhendra Hadikuntono, pendiri Hadiekuntono’s Institute (Reseach, Intelligent, Spiritual), masuk dalam radar calon Menhan atau Kepala BIN (Kabin). “Beliau memang salah satu jago yang dilirik Pak Jokowi,” katanya kepada wartawan, Sabtu (6/7).

Menhan dijabat sipil bukan barang baru di Indonesia. Juwono Sudarsono, Mahfud MD, dan Purnomo Yusgiantoro adalah contoh dari figur sipil yang pernah menduduki jabatan Menhan pada era reformasi.

Baca juga : Kyrgyztan, Negara Pertama Kelar Urus Pengungsi Tanpa Kewarganegaraan

Di era Orde Lama, jabatan Menhan bahkan lebih banyak disandang sipil. Misalnya Amir Sjarifuddin, Mohammad Hatta, Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Sutan Rasyid, M Natsir, Wilopo, Iwa Kusumasumantri, Burhanuddin Harahap, Ali Sastoamidjojo, dan Djoeanda Kartawidjaja. Kabin juga pernah dijabat figur sipil, yakni Dr Soebandrio (1959-1965), yang sebelumnya menjabat Menteri Luar Negeri. Saat itu namanya bukan BIN, melainkan Badan Pusat Intelijen (BPI). Badan intelijen negara super power seperti AS dengan CIA-nya dan Rusia dengan KGB-nya juga dipimpin sipil. 

Suhendra Hadikuntono sendiri merupakan sipil yang dekat dengan TNI dan Polri. Hal itu terlihat dari hadirnya sejumlah jenderal dari tiga matra angkatan dan Polri dalam halalbihalal Idul Fitri 1440 H bersama Suhendra, di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (3/7).

Menanggapi hal tersebut, Suhendra mengaku bersyukur. “Kalau negara sudah memanggil, siapa pun tak bisa menolak,” ujarnya, melalui sambungan telepon dari Penang, Malaysia, kepada wartawan. 

Baca juga : Saatnya Damai Bung, Bersatu Membangun Bangsa

Suhendra mengakui, sebagai negara besar, Indonesia memang membutuhkan “orang gila yang waras”. Maksudnya, orang yang secara jasmani sehat dan secara mental waras, namun tindakannya laiknya orang gila yang tak mengenal rasa takut. 

“Seperti kata Pak Jokowi, kita perlu eksekutor, bukan konseptor. Untuk menjadi eksekutor, diperlukan keberanian luar biasa,” jelas Ketua Komite Perubahan Sepak Bola Nasional (KPSN) yang sudah membuktikan “kegilaannya” itu dengan menjadi inisiator pemberantasan match fixing atau skandal pengaturan skor yang mengantarkan 17 orang sebagai tersangka dan berhadapan dengan mafia besar.

Tanpa keberanian yang mendekati gila, lanjut Ketua Umum Putra-putri Jawa Kelahiran Sumatera, Sulawesi dan Maluku (Pujakessuma) Nusantara ini, jangan berharap seorang menteri atau kepala badan bisa menjadi eksekutor pada Kabinet Kerja Jilid II yang akan disusun Jokowi bersama KH Maruf Amin pada Oktober mendatang. “Kalau berani sudah pasti orang itu bersih. Kalau tidak bersih, mana bisa dia berani?” tandasnya. [USU]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.