Dark/Light Mode

Banyak Bidang Pekerjaan Hilang

Antisipasi Digitalisasi Sudah Tak Terelakkan

Minggu, 2 Juli 2023 07:45 WIB
Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah. (Foto: Dok. Kemenaker)
Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah. (Foto: Dok. Kemenaker)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kemajuan teknologi dan digitalisasi di segala bidang, melahirkan banyak manfaat. Namun, juga bisa jadi mimpi buruk. Banyak yang kehilangan pekerjaan karena tenaga manusia digantikan teknologi.

Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah menjelaskan, di era serba canggih seperti seka­rang, digitalisasi otomatis akan berdampak langsung bagi peru­sahaan dan pekerjanya. Banyak tenaga manusia di sebagian bidang yang tergantikan oleh teknologi digital. Saat ini saja, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sudah mulai terjadi.

“Saya kira kita semua sudah mendengar PHK yang dilakukan perusahaan berbasis teknologi dan informasi itu banyak sekali,” ujarnya, dalam acara koordinasi hubungan industrial, kemarin.

Baca juga : Definisi Sosialisasi Dan Kampanye Tidak Jelas!

Menurut Ida, hal ini meru­pakan risiko mismatch (ketidakcocokan) akibat digitalisasi. Digitalisasi memunculkan banyak jenis pekerjaan baru. Namun, banyak juga pekerjaan lama yang hilang.

Beberapa pekerjaan lama yang hilang, antara lain petugas entry data, sekretaris administrasi dan eksekutif. Lalu petugas akun­tansi, auditor, pekerja perakitan, petugas pencatatan penyimpanan stok material, analis keuangan, teller bank, dan lainnya. “Yang jadi masalah, tenaga kerja belum siap dengan kompetensi yang baru,” keluhnya.

Politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini pun mendo­rong industri mengantisipasi kondisi tersebut. “Perlu tercipta win win solution bagi kedua belah pihak,” ucap Ida.

Baca juga : Mengupas Digitalisasi Naskah Kuno Dari The British Library, London

Sementara itu, Sekretaris Jen­deral Kementerian Ketenagaker­jaan, Anwar Sanusi menambah­kan, digitalisasi telah membawa perubahan terhadap jenis peker­jaan dan keahlian yang dibutuh­kan di pasar kerja. Sementara sumber daya manusia (SDM) Indonesia, daya saingnya masih rendah.

Berdasarkan Data World Digi­tal Competitiveness 2021, daya saing digital di Indonesia be­rada pada peringkat ke 53 dari 64 negara. “Kondisi tersebut menunjukkan bahwa di tengah ledakan adopsi teknologi, daya saing digital Indonesia masih rendah,” ungkapnya.

Kemudian, lanjut Anwar, ber­dasarkan laporan Asia-Pasific Economic Cooperation (APEC) 2015, Indonesia tidak mengalami kekurangan jumlah lulusan sekolah. Namun, negara ini kekurangan angkatan kerja dengan keahlian yang tepat untuk bekerja.

Baca juga : Indonesia Inisiasi Peta Jalan Transformasi Digital Sistem Pendidikan di ASEAN

Padahal, diingatkannya, tan­tangan terberat bangsa Indo­nesia dalam menghadapi era teknologi adalah menyiapkan SDM yang unggul serta berdaya saing tinggi.

“SDM unggul Indonesia ha­rus mampu bersaing, dan siap menghadapi tantangan global serta revolusi industri saat ini,” ingat Anwar.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.