Dark/Light Mode

Perpusnas-Universitas Trilogi Kerja Sama Kuatkan Literasi

Rabu, 15 November 2023 17:28 WIB
Deputi Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Perpusnas, Mariana Ginting. (Foto: Dok. Perpusnas)
Deputi Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Perpusnas, Mariana Ginting. (Foto: Dok. Perpusnas)

RM.id  Rakyat Merdeka - Perpustakaan Nasional (Perpusnas) berperan aktif mendukung pembangunan berkelanjutan berdasarkan hak asasi manusia dan kesetaraan untuk mendorong pembangunan sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup atau Sustainable Development Goals (SDGs). Caranya, dengan penguatan literasi.

Sebagai salah satu upaya penguatan budaya literasi, Perpusnas bekerja sama dengan Universitas Trilogi menyelenggarakan kegiatan Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat (PILM) untuk kesejahteraan. Acara mengambil tema “Sinergi Peran Pemerintah dan Masyarakat dalam Membangun Kecakapan Kolaborasi Abad 21”, di Jakarta, Rabu (15/11).

Deputi Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Perpusnas, Mariana Ginting, mengatakan bahwa UUD 1945 memandatori empat tugas pokok bagi setiap warga negara, baik sebagai legislatif, eksekutif, yudikatif maupun TNI-Polri, yakni mencerdaskan anak bangsa, mensejahterakan, melindungi dan ikut mewujudkan perdamaian dunia. Mariana menekankan, bangsa yang cerdas sangat berpeluang besar menjadi negara maju dan sejahtera.

"Masyarakat dan pelaku usaha juga memiliki peran strategis dalam pergerakan pemulihan ekonomi Indonesia. Pemerintah memberikan kemudahan dalam kebijakan fiskal maupun kebijakan moneter. Kebijakan ini disambut dengan positif masyarakat dan pelaku usaha guna memulihkan ekonomi Indonesia yang telah mengalami kontraksi," ucapnya.

Baca juga : Pj Gubernur Jateng: Jaga Integritas, Penyelenggara Pemilu Sukseskan Pesta Demokrasi

Mendukung yang telah dilakukan pemerintah, perpustakaan berkontribusi aktif terlibat dalam membantu memulihkan kondisi perekonomian masyarakat pasca-pandemi. Salah satunya melalui program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS).

"Program TPBIS kami nilai efektif dalam memberikan manfaat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, utamanya masyarakat marjinal," ucapnya.

Kriteria manusia unggul adalah manusia yang menguasai Iptek, memiliki kemampuan berkreativitas dan berinovasi tinggi untuk menciptakan lapangan kerja baru, mengurangi pengangguran dan meningkatkan income per kapita, serta menambah devisa negara.

"Realita yang harus diakui, Indonesia kini harus bersaing dengan negara kawasan ASEAN, seperti Singapura, Malaysia, ditambah adidaya Asia seperti Korea Selatan dan Jepang yang memiliki pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita tinggi, serta hasil produk industrialisasi yang telah mengglobal. Korea Selatan menggurita dengan produk elektronik dan alat rumah tangga, telekomunikasi. Bahkan, Singapura memiliki income per kapita di atas 100 ribu dolar AS. Sedangkan, income per kapita Indonesia baru mencapai 4.100 dolar AS," ulas Mariana. 

Baca juga : Elektabilitas PSI Naik, Kaesang Dinilai Berhasil Buat Gerakan Di Partai

Perpustakaan sebagai episentrum ilmu pengetahuan memiliki peran krusial bagi kemajuan masyarakat. Seiring berkembangannya peradaban di masyarakat. Perpustakaan menjelma tidak sekedar tempat untuk membaca. 

“Perpustakaan harus meningkatkan perannya sebagai agent of change. Bertransformasi meningkatkan layanannya sesuai dengan kebutuhan masyarakat berbasis inklusi sosial," sebutnya.

Di tempat yang sama, Anggota Komisi X DPR, Himmatul Aliyah, mengatakan, tahun 2015, World Economic Forum (WEF) menerbitkan laporan mengenai kesenjangan keterampilan abad ke-21 dan cara mengatasinya. WEF kemudian mendefinisikan 16 kecakapan penting dalam pendidikan di abad 21. Ada enam keaksaraan dasar bagaimana mahasiswa atau siswa menggunakan keterampilan dasar untuk menjalankan tugas sehari-hari.

“Kemudian empat kompetensi bagaimana cara menghadapi tantangan kompleks serta enam kualitas karakter bagaimana cara menghadapi lingkungan yang berubah,” ujarnya.

Baca juga : Rektor President University Berbagi Pengalaman Di Forum China-ASEAN

Pegiat Literasi dari Country Representative The Asia Foundation, Aryasatyani Sintadewi, menambahkan, banyak buku yang bisa diunduh untuk kebutuhan kegiatan belajar mengajar. Seperti terdapat pada aplikasi Let’s Read yang ditujukan untuk anak usia PAUD hingga SD kelas IV.

“Dalam buku yang kami kelola, anak-anak diperkenalkan keberagaman. Ada juga kesetaraan gender dan kepedulian kepada berkebutuhan khusus. Masyarakat juga bebas mengunduh asalkan bukan untuk kepentingan komersil,” ucapnya.

Sementara Co-founder Reading Bugs/Read Aloud Indonesia, Nandha Julistya mengangkat pentingnya kolaborasi. Hal ini ada kaitannya dengan angka literasi Indonesia rendah. Padahal memiliki ribuan pegiat literasi, dan juga jumlah perpustakaan yang merata. “Kendalanya adalah banyak pihak tidak saling kolaborasi. Jalan masing-masing sehingga berpengaruh terhadap minat literasi masyarakat,” ujarnya.

Dia menambahkan, kolaborasi sangat dibutuhkan untuk mengatasi kendala tersebut. Sebab, dibutuhkan kemampuan berpikir kritis dan kreativitas. “Sebagai contoh semua orang bisa bikin YouTube, tapi kalau gak ada kreativitas apakah ada yang mau lihat,” ucapnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.