Dark/Light Mode

Soal Data Deforestasi Di Indonesia

Menteri Siti: Kita Nggak Main-main

Rabu, 24 Januari 2024 07:30 WIB
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya. (Foto: Antara)
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya. (Foto: Antara)

RM.id  Rakyat Merdeka - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya membantah data deforestasi di Indonesia yang disampaikan Menko Polhukam Mahfud MD.

Dalam debat Pilpres keempat pada Minggu (21/1/2024) malam, Mahfud yang juga Cawa­pres nomor urut 3, menyebut deforestasi mencapai 12,5 juta hektar dalam 10 tahun terakhir. Angka tersebut, setara 23 kali luas Pulau Madura.

“Saya harus katakan data itu salah. Saya tidak bicara soal orangnya (Mahfud), tapi datanya yang salah,” ujar Siti di Kemen­terian LHK, Senayan, Jakarta, Selasa (23/1/2024).

Siti mengungkapkan, deforestasi terbesar terjadi di tahun 2015 dengan angka 1,09 juta hektar karena El Nino besar dan kebakaran hutan.

Baca juga : Mahfud Sebut Angka Deforestasi Hutan RI 12,5 Juta Hektare, Menteri LHK Membantah

Kemudian pada 2016 turun jadi 630 ribu hektare, dilanjutkan 2017 menjadi 480 ribu hektare, 2018 turun lagi jadi 440 ribu hektare.

Selanjutnya, kata Siti, angka deforestasi terus turun hampir di setiap tahunnya hingga tahun 2022 di angka 104 ribu hektar. Angka deforestasi pada tahun itu menjadi terendah sejak 20 tahun terakhir.

“Kita, Indonesia, nggak main-main kalau deforestasi. Penu­runannya mencapai 65 persen dari tahun lalu ke tahun sebelum­nya, atau tahun 2022,” tegas Siti.

Politisi Partai NasDem ini menegaskan, untuk menghitung angka deforestasi, harus mema­hami metode terlebih dahulu.

Baca juga : Habis Isu 15 Menteri Mundur, Terbit Isu Kabinet Tak Nyaman

“Maka saya harus bilang, ayo kita beradu metodenya dulu. Dia nggak bisa hitung deforestasi tahun ini, tambah deforestasi ta­hun ini, tambah tahun ini, tanpa membayangkan spasialnya,” bebernya.

Dijelaskan Siti, metode de­forestasi dilakukan mulai dari cara hitung dan interpretasi satelit.

“Itu saja metodenya nggak cocok untuk Indonesia dan salah. Karena kita udah uji, data tahun 2022 kita uji yang dilepas Global Forest Watch di lapangan,” ucap dia.

“Ayo ke lapangan sama-sama, cek, seperti apa yang kamu bilang primary forest dan seperti apa yang Anda bilang deforestasi,” ajaknya.

Baca juga : Koleksi 3 Angka, Timnas Indonesia Bayar Tunai Janji Kalahkan Vietnam Malam Ini

Ternyata setelah dicek di la­pangan, itu bukanlah forest alias hutan, melainkan pohon pisang yang bergerombol.

“Kalau di satelit bisa sama, karena apa, karena warnanya gelap, kasar teksturnya, jadi mungkin diinterpretasinya seperti oh ini forest, ini forest semua,” ungkap dia.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.