Dark/Light Mode

Kepala BKKBN: Janin yang Terpapar Asap Rokok Lahirnya Pasti Kecil dan Stunting

Sabtu, 27 Januari 2024 15:29 WIB
Sosialisasi dan KIE Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana dan program Percepatan Penurunan Stunting (PPS) oleh BKKBN, di Kabupaten Sleman, Jumat (26/1). (Foto: BKKBN)
Sosialisasi dan KIE Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana dan program Percepatan Penurunan Stunting (PPS) oleh BKKBN, di Kabupaten Sleman, Jumat (26/1). (Foto: BKKBN)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo kembali mengingatkan, bahaya rokok dan paparan asap rokok, yang tidak hanya bagi perokok, namun juga sangat berbahaya bagi janin dan ibu hamil.

Hal itu disampaikan Hasto pada kegiatan Sosialisasi dan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) dan program Percepatan Penurunan Stunting (PPS) bagi Mitra di wilayah Kabupaten Sleman, di Gedung Serbaguna Komplek Lapangan Denggung, Jumat (26/1).

"Kalau kita sedot rokoknya, (asap) rokok mengandung karbon monoksida (CO) yang berbahaya bagi kesehatan. Kalau CO-nya masuk di dalam darah, kemudian darah tidak bisa mengikat oksigen, akhirnya tubuh kita kekurangan oksigen," jelas Hasto.

Hasto lalu memaparkan bahaya asap rokok bagi janin bayi. "Bila bayi masih di dalam perut ibu, terus ibunya menghirup asap rokok, maka bayinya akan kekurangan oksigen, dan dilahirkan dalam kondisi lebih kecil. Jadi, hampir semua perempuan perokok, bayinya pasti kecil," ujar Hasto.

Baca juga : Airlangga Pastikan Stok Beras Aman

"Akibat ibu hamil menghisap asap rokok, maka berat bayinya kurang dari 2,5 kilogram, lahir kecil, dan stunting. Jadi, kalau ibu hamil kena asap secara pasif, jelas yang dirugikan bayinya," tegas Hasto.

Hasto juga memaparkan tentang rokok di asbak yang dibiarkan menyala, sehingga asapnya ke mana-mana. "Itu juga bahaya karena asapnya berada dalam ruangan, yang racunnya 50 kali lipat dibandingkan asap yang sudah dihisap. Kenapa yang di asbak lebih berlipat-lipat racunnya? Karena racunnya belum dihisap si perokok," tambah Hasto.

Pada kesempatan itu, Hasto juga mengedukasi masyarakat tentang pentingnya 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). "Allah menciptakan manusia dan ubun-ubun manusia menutup di 1.000 HPK. Allah memberikan pesan, sempurnakanlah menyusui sampai 24 bulan, karena begitu 24 bulan ubun-ubunnya menutup. Jadi, otak sudah sulit bertambah kalau sudah 24 bulan," terangnya.

Maka, kata Hasto, mencegah stunting sejak 1.000 HPK sangat penting, sejak dalam kandungan. Kemudian jarak usia anak selanjutnya 3 tahun, lalu sampai 6 bulan tidak boleh dikasih makanan tambahan hanya Air Susu Ibu (ASI) eksklusif.

Baca juga : Baru Kali Ini, Jokowi Pake Dasi Kuning

"Jarak memberi ASI sesering mungkin, karena bayi itu lambungnya kecil, hanya setelur ayam, mungkin hanya cukup 15 cc," ungkap Hasto.

Stunting & Tiga Kerugian

Hadir dalam kegiatan Praktisi Kesehatan & Tenaga Ahli BKKBN Riyo Kristian Utomo, yang menyebutkan stunting memiliki tiga kerugian. "Kerugian stunting ya tiga ini: pendek, tidak cerdas, dan sakit-sakitan", kata Riyo.

Hadir juga Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo. Ia menyampaikan upaya yang telah dilakukan jajarannya dalam program Percepatan Penurunan Stunting (PPS). "Kami juga telah membentuk TPPS, mulai dari tingkat kabupaten hingga kelurahan. Saat ini jumlahnya 2.088 orang," terangnya.

Sri mengatakan, Pemkab Sleman telah pula membentuk 104 kader pembangunan manusia untuk TPK risiko stunting. "Salah satu strategi kami dalam penurunan stunting adalah menggunakan konsep pentahelix yang melibatkan pemerintah sebagai regulator akademisi, dunia usaha, organisasi masyarakat, ujar Bupati yang berharap melalui kolaborasi ini tercapai visi zero stunting di Kabupaten Sleman," terangnya.

Baca juga : Ketua PBNU: Penindasan Israel Atas Palestina Harus Dihentikan

Kabupaten Sleman juga telah melakukan berbagai upaya. Salah satunya melalui program Dapur Sehat Atasi Stunting atau Dashat, berlokasi di Kampung Keluarga Berkualitas. "Saat ini, semua kelurahan di Kabupaten Sleman telah menjadi Kampung Keluarga Berkualitas atau Kampung KB," ucap Sri.

Menilik progress for stunting berdasarkan e-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) tahun 2022, prevalensi stunting di Kabupaten Sleman sebesar 6,88 persen, turun menjadi 4,51 persen di tahun 2023. Atas capaian tersebut, Kabupaten Sleman berhasil meraih penghargaan Manggala Karya Kencana dan sembilan penghargaan di tingkat nasional pada puncak peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) tahun 2023.

Kegiatan sosialisasi ini dihadiri pula oleh Wakil Bupati Sleman selaku Ketua TPPS Danang Maharsa, Kadis P3AP2KB Kabupaten Sleman Wildan Solichin, jajaran Forkopimda Kabupaten Sleman, Kepala OPD di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Sleman, Tim Pakar Stunting Kabupaten Sleman Tri Siswati, Kepala Perwakilan BKKBN DIY Andi Ritamariani, serta TPK Kabupaten Sleman.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.