Dark/Light Mode

Kebiasaan, Mau Puasa Sembako Naik

Kamis, 7 Maret 2024 07:45 WIB
Warga antre mendapatkan beras dan sembako murah di Pamulang, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (21/02/2024). (Foto: NG Putu Wahyu Rama/RM)
Warga antre mendapatkan beras dan sembako murah di Pamulang, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (21/02/2024). (Foto: NG Putu Wahyu Rama/RM)

RM.id  Rakyat Merdeka - Beberapa hari jelang Ramadan, harga sembako di pasar tradisional mulai terkerek naik. Beberapa bahan pangan yang mengalami lonjakan harga antara lain; beras, telor, daging ayam, dan cabe merah. Sudah kebiasaan, mau Puasa harga sembako selalu naik.

Di Pasar Munjul, Jakarta Timur, keberadaan beras memang tidak selangka sebelumnya. Beras premium dalam kemasan 5 kilogram (kg) mulai terlihat dipajang di sejumlah kios pedagang beras, seperti BMW, Cap Bunga, dan Topi Koki. Namun harganya berkisar Rp 84 ribu per kemasan 5 kg. Sementara beras medium masih dibanderol di kisaran Rp 14 ribuan per kg.

Harga telor ayam juga mengalami kenaikan menjadi Rp 30 ribu sampai Rp 32 ribu per kg. Harga daging ayam juga mengalami kenaikan. Kini harga ayam dibanderol di kisaran Rp 41 ribu per kg.

Baca juga : Firman Soebagyo: Saya Heran Di Mana Kecurangannya Ya...

Harga bahan sayur dan bumbu juga ikut melesat. Kenaikan harga paling tinggi terjadi pada cabe-cabean. Harga cabe merah kriting di kisaran Rp 80 ribu per kg, cabe merah besar Rp 100 ribu per kg, dan cabe rawit merah Rp 80 ribu per kg.

Asep, salah satu penjaga kios telor mengatakan, kenaikan harga telor sudah biasa menjelang Puasa. Tak hanya telor, daging ayam adalah komoditas yang ikutan naik jelang Puasa. “Biasanya karena permintaan tinggi,” kata Asep, kepada Rakyat Merdeka, Selasa (5/3/2024).

Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) mengatakan, ada sejumlah bahan pangan yang memang mengalami kenaikan jelang Puasa atau Lebaran. Beberapa komoditas itu seperti telor, daging ayam, daging sapi, dan cabe-cabean. Kenaikan terjadi karena permintaan yang tinggi.

Baca juga : Timnas AMIN Ungkap Anies Mampu Kendalikan Parpol

Soal harga beras, Sekjen IKAPPI Reynaldi Sarijowan menilai, kenaikan harga beras disebabkan banyak hal. Karena kenaikan sudah terjadi sejak awal tahun lalu. Ia memprediksi harga beras di kisaran tinggi akan terus berlanjut hingga Lebaran.

Reynaldi menilai, operasi pasar yang dilakukan Pemerintah tak berhasil menjinakkan harga beras di pasaran. Kata dia, Pemerintah lupa bahwa ujung distribusi pangan rakyat itu ada di pasar tradisional.

Jadi, kalau di ujung distribusi itu ada gangguan, pasti terjadi lonjakan harga. Menurut dia, untuk mengendalikan harga beras yang tinggi adalah operasi pasar dengan mengguyur beras ke pasar tradisional. “Karena jelang Ramadan ini permintaan pasti tinggi,” ujarnya.

Baca juga : Menag: Jaga Toleransi

Kenaikan harga pangan ini ternyata dikeluhkan oleh 99 persen warganet. Menurut analis Continuum Indef, Wahyu Tri Utomo, pihaknya melakukan survei dengan menganalisis big data berdasarkan pengumpulan pendapat melalui yang dilakukan dari media sosial seperti Twitter (sekarang X) dan juga TikTok.

Sampel pendapat warganet ini diambil mulai dari periode 29 Februari sampai 4 Maret 2024, dan terkumpul sekitar 74.817 perbincangan dari 67.579 user atau akun media sosial. “Dari 74.817 perbincangan ini, ditemukan lebih dari 99 persen masyarakat mengeluhkan kenaikan harga bahan pokok ini,” ujar Wahyu dalam diskusi publik Indef secara virtual, Selasa (5/3/2024).
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.