Dark/Light Mode

100 Negara Ngantre Utang

Ibu Sri, Ikut Antre Ke IMF?

Sabtu, 18 April 2020 05:26 WIB
Gedung IMF. (Foto: Reuters)
Gedung IMF. (Foto: Reuters)

RM.id  Rakyat Merdeka - Corona bikin ekonomi banyak negara bertumbangan. Dana Moneter Internasional alias IMF mengungkapkan ada 100 negara yang antre minta pinjaman untuk digunakan sebagai dana darurat. Apakah Menteri Keuangan Sri Mulyani akan ikutan antre minjam juga ke IMF?

IMF membuat ramalan yang agak mengerikan tentang prospek perekonomian global. Karena itu setiap negara harus berhati-hati. Dalam laporan terbarunya, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan nyungsep di minus 3 persen. Parahnya lagi, dampak pandemi ini akan terasa hingga akhir 2021. 

Kepala Ekonom IMF, Gita Gopinath mengatakan, sejumlah negara sudah mengeluarkan stimulus untuk meredam dampak ekonomi di masyarakat kalangan bawah. Namun stimulus itu masih belum merata di tiap negara. Banyak negara terutama negara berkembang kesulitan memberikan stimulus karena keterbatasan fiskal. Tak punya cukup duit untuk memberikan stimulus. 

Menghadapi kondisi tersebut, IMF menyediakan dana bantuan pinjaman sebesar 1 triliun dolar AS untuk membantu negara anggota menangani pandemi corona. "Dana tersebut masih kurang bila krisis mencapai negara-negara berkembang," kata Gopinath, kemarin. 

Baca juga : Nyerang Terus, Andi Dendam Ke Mahfud?

Sebelumnya, Bos IMF Kristalina Georgieva mengungkapkan, 100 dari 189 anggota IMF, telah meminta pinjaman untuk pembiayaan darurat di tengah pandemi. Dia menyebut, permintaan pinjaman itu baru kali ini terjadi. Georgieva Tak merinci negara mana saja yang mengajukan pinjaman. Kebanyakan negara berkembang dan berpenghasilan rendah. Namun kata dia, IMF sudah menyetujui untuk memberi pinjaman kepada 20 negara.

Apakah Indonesia mengajukan pinjaman? Belum diketahui. Pada awal Maret lalu Menteri Keuangan Sri Mulyani sudah membicarakan bantuan ini. Ia berharap IMF bisa membantu negara-negara yang kesulitan fiskal menghadapi pandemi. 

Kemarin, eks Direktur Pelaksana Bank Dunia ini juga membicarakan soal pinjaman IMF. Kata dia, wajar kalau banyak negara mengajukan pinjaman kepada IMF. Saat ini pandemi corona yang melanda hampir semua negara telah bikin kepanikan di pasar keuangan global. 

Akibatnya banyak pelaku pasar menjual surat berharganya dan mengalihkan ke aset yang aman. Kondisi ini memicu aliran modal asing keluar yang terjadi hampir di berbagai negara. "Karena itu banyak negara meminta bantuan dari IMF karena kehilangan modal asingnya," kata Sri Mul, dalam video conference APBN KiTa, kemarin. 

Baca juga : Serahkan Bantuan Rp 2,6 M, Mentan: Kita Rawat Solidaritas, Hadirkan Rahmat Tuhan

Bahkan, kata dia, sektor pariwisata di semua negara juga mengalami tekanan hingga membuat cadangan devisa yang merosot. Sri Mul mengakui, capital outflow juga sudah memukul balance of payment (BoP) Indonesia. Tak hanya itu, kepanikan di pasar keuangan global mempengaruhi pergerakan rupiah. 

Cadangan devisa ikut menurun. Ditambah kinerja ekspor atau pariwisata merosot. "Dengan gejolak bursa dan keuangan ini tentu pengaruh ke Indonesia ekonominya. Nilai tukar kita koreksi tapi rebound, namun ini volatilitas yang cukup tajam yang harus meningkatkan kewaspadaan kita semua," ujarnya. 

Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman belum mengetahui apakah Indonesia akan mengajukan pinjaman ke IMF atau tidak. Saat dikontak Rakyat Merdeka tadi malam, Luky mengatakan, keputusan mengajukan pinjaman itu ada di Bank Indonesia karena akan digunakan untuk membantu neraca pembayaran. Dikontak terpisah, Direktur Komunikasi Media BI, Onny Widjanarko belum mengetahui informasi tersebut. 

Perlukah mengajukan pinjaman kepada IMF? Para ekonom mempunyai pendapat berbeda soal ini. Ada yang membolehkan malah mengharuskan ada juga yang mewanti-wanti. Yang membolehkan beralasan saat ini Indonesia tak punya banyak duit untuk membiayai penanganan virus corona. Pemasukan negara dari pajak dipastikan seret lantaran pandemi. Sementara kebutuhan belanja meningkat berkali-kali lipat. Cara satu-satunya mendapat uang adalah dari pinjaman. 

Baca juga : Final, Kemenhub Tak Hentikan Operasional KRL Commuterline

Wakil Direktur Indef, Eko Listiyanto menilai, Indonesia belum perlu berutang dari IMF. Kata dia, asal pemerintah serius melakukan relokasi anggaran termasuk untuk infrastruktur, sudah bisa mengcover biaya penanganan corona. Ia khawatir pinjaman dari IMF justru akan merugikan. Pasalnya IMF sering memberi sayarat macam-macam yang mengintervensi kebijakan pemerintah. "Sejarah dengan IMF selalu begitu," kata Eko. [BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.