Dark/Light Mode

Premium Turun Rp 100

Kini, BBM Benar Benar Melegakan

Selasa, 12 Februari 2019 06:36 WIB
Suasana pengisian Bahan Bakar Minyak (BBM) di SPBU Kawasan Fatmawati, Jakarta, Minggu (11/2). Harga BBM non subsidi kembali diturunkan oleh Pertamina, meliputi wilayah hanya Jabodetabek dengan besaran penurunan bervariasi sampai dengan Rp 800 per liter. (Foto: Khairizal Anwar / Rakyat Merdeka)
Suasana pengisian Bahan Bakar Minyak (BBM) di SPBU Kawasan Fatmawati, Jakarta, Minggu (11/2). Harga BBM non subsidi kembali diturunkan oleh Pertamina, meliputi wilayah hanya Jabodetabek dengan besaran penurunan bervariasi sampai dengan Rp 800 per liter. (Foto: Khairizal Anwar / Rakyat Merdeka)

RM.id  Rakyat Merdeka - Dulu, BBM benar-benar membingungkan juga memberatkan. Kini, BBM jadi benar-benar melegakan setelah pemerintah menurunkan mayoritas jenis BBM. Baik subsidi maupun nonsubsidi.

BBM non subsidi lebih dulu diturunkan Pertamina. Pemerintah menyusul menurunkan harga BBM subsidi (premium). Penurunan jenis ini tertuang dalam Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM nomor 19 K/10/MEM/2019.

Harga turun mulai Minggu, 10 Februari 2019. Harga Premium Jawa, Madura, Bali (Jamali) ditetapkan sebesar Rp 6.450 dari sebelumnya Rp 6.550. Turun Rp 100. Dengan demikian, harga Premium di Jamali dan non-Jamali sama.

Penurunan harga BBM itu diumumkan Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM, Djoko Siswanto dalam konferensi pers di Ruang Sarulla, Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM), Minggu (10/2). Kebijakan penyesuaian harga ini ditempuh menyusul tren menurunnya harga minyak mentah dunia dan penguatan rupiah terhadap dolar Amerika.

Menteri ESDM Ignasius Jonan juga menjelaskan kembali soal penurunan harga Premium, saat menyambangi Komisi VII DPR, kemarin. Jonan ditemani Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar serta Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati, dan Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto.

Jonan menjawab pertanyaan anggota DPR, yang meminta penjelasan harga Premium, yang sudah turun di Jamali. Jenis bahan bakar umum turun dengan mekanisme pasar dan marginnya 10 persen.  Harga bahan bakar penugasan seperti Premium di luar Jawa, Madura, Bali (Jamali) selama ini Rp 6.450, dan di Jamali Rp 6.550.

Baca juga : Moeldoko : "Revolusi Jari" Merusak Kerja Keras Pemerintah

"Sekarang harga BBM Premium sudah turun Rp 100. Jadi, harganya kita samakan di luar Jamali," beber Jonan.

Dalam kesempatan yang sama, Arcandra mengatakan, formula harga BBM ini dibuat agar masyarakat menikmati harga yang berkeadilan. Arcandra menyebut, harga Premium masih bisa turun, jika beberapa komponen dalam formula perhitungannya mendukung. Seperti formula yang berlaku pada jenis bahan bakar umum (JBU) alias Pertamax Series.

Di mana, formulanya bergantung pada pergerakan Means of Platts Singapore (MOPS). "Kalau MOPS rata-rata turun, maka harga turun. Kalau MOPS rata-rata naik, maka harga naik. Ini untuk JBU," beber Arcandra.

Sedang untuk jenis bahan bakar khusus penugasan (JBKP) alias Premium, formulanya akan disesuaikan juga dengan beberapa hal. Salah satunya, tingkat daya beli masyarakat.

Dengan formula ini, nantinya badan usaha bisa meminta penggantian jika harga Premium berada di atas harga keekonomian. Misalnya, jika harga Premium Rp 6.450, sementara harga keekonomian Rp 6.500, maka badan usaha bisa meminta penggantian Rp 50 atas selisih tersebut.

Namun, penggantian tergantung dari hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Serta, tergantung dari adanya anggaran dari negara.

Baca juga : Dodi Iskandar Jadi Komisaris Baru AP II

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati meyakinkan, penyamaan harga Premium di wilayah Jamali tak mengganggu keuangan Pertamina. "Tidak masalah kok, sudah dikalkulasi dan tidak ganggu keuangan," ujar Nicke.

Mendengar penurunan Premium, anggota Komisi VII DPR Ramson Siagian kasih peringatan. Percuma kalau diumumkan turun, tapi tidak ada Premiumnya. "Saya sedih karena waktu saya mengunjungi beberapa daerah, premium langka," ujar Ramson.

Ramson menyebut, ada laporan beberapa SPBU tidak menjual Premium. Tapi hanya menjual Pertamax Cs. "SPBU Comal tidak ada, Pekalongan tidak ada, SPBU Kajen tidak ada. Di Pemalang tidak ada Premium. Makanya, percuma kalau Premium lama-lama enggak ada," paparnya.

Menurutnya, penurunan harga Premium harus seiring dengan ketersediaan yang dimiliki agar tidak merugikan masyarakat. "Saya sih minta agar Pertamina melakukan cek ke wilayah Indonesia tentang Premium, dan dihitung yang benar ketersediaannya," tutur Ramson.

Menanggapi hal itu, Nicke menjamin ketersediaan pasokan Premium pasca penurunan harga. Jika masyarakat menemukan kelangkaan, dia mengimbau untuk melaporkan ke Pertamina. "Kalau memang ada kelangkaan  ya dilaporkan. Ada Call Center 135," tandasnya.

Selain Premium, sebelumnya Pertamina juga menurunkan harga Pertamax cs. Kecuali, Pertalite. Penurunan ini berkisar sebesar Rp 50-Rp 800 per liter.

Baca juga : Startup Didorong Garap Pasar Ekspor

Di tempat terpisah, Menko Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mendukung upaya tersebut. Baginya, hal itu menunjukkan kondisi perekonomian Indonesia semakin baik. "Bagus dong harga BBM turun. Berarti ekonomi kita makin baik," jelas Luhut, Senin (11/2).

Penurunan harga Premium ini mendapat beragam respon dari warganet. Banyak yang bersyukur dengan kebijakan ini. Tetapi, banyak yang khawatir, penurunan Premium tak diimbangi stok. "Alhamdulillah turun. Semoga stok Premium nggak sering kosong ya," kicau @Angga_Kho.

@AlsNugrahaa mengapresiasi penurunan harga premium. "Syukurlah, Premium, Pertamax, dan kawan-kawannya turun. BBM kini bisa diganti kepanjangannya jadi "Benar-Benar Melegakan", cuitnya. Sedangkan @aeriaeskaf menyebut penurunan harga Premium tak perlu. "Asal, ada pasokannya. Percuma turun tapi rakyat cari Premium kesusahan," kicaunya. [OKT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.