Dark/Light Mode

Obrolin Obat dan Vaksin Covid-19 Dengan Redaksi RM

Menristek: Kita Cari Senjata Pamungkas

Rabu, 10 Juni 2020 08:20 WIB
Menteri Riset Teknologi/Kepala Badan Riset Inovasi (Menristek BRIN) Bambang Brodjonegoro. (Foto: Istimewa)
Menteri Riset Teknologi/Kepala Badan Riset Inovasi (Menristek BRIN) Bambang Brodjonegoro. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Tak hanya berusaha keras membuat obat mujarab bagi pasien positif Covid-19, tapi pemerintah juga sedang giat-giatnya membuat vaksin paling paten yang bisa menangkal serangan covid-19 ke seluruh tubuh rakyat indonesia. Vaksin ini, kata Menteri Riset Teknologi/Kepala Badan Riset Inovasi (Menristek-BRIN) Bambang Brodjonegoro, seperti senjata pamungkas yang bisa memutus penyebaran corona secara massal, cepat dan tepat.

Pernyataan ini diucapkan Bambang saat menjadi narasumber program “Ngopi Yuk: bertema “Vaksin Corona Made in Indonesia, Apa Mungkin?” bersama Redaksi Rakyat Merdeka, kemarin. Diskusi virtual yang live melalui facebook akun Rakyat Merdeka ini, dipandu langsung oleh Direktur Rakyat Merdeka, Kiki Iswara.

Bambang yang bekas Menteri Keuangan ini bicara dengan runut khasnya birokrat tulen dan kompeten mulai dari kemunculan istilah corona jadi Covid-19, asal mula penyebaran Covid-19, karakteristik Covid-19, sampai pembuatan obat dan vaksin.

Bambang menegaskan, pandemi Covid-19 baik di dunia maupun di indonesia hanya bisa diselesaikan dengan vaksin. “Kita sebaiknya fokus ke vaksin. Kalo bisa bikin senjata pamungkas, ngapain yang parsial. Kesehatan beres, ekonomi beres,” cetusnya.

Eks Kepala Bappenas ini bercerita tentang kondisi dunia saat ini. Bukan cuma soal angka tertinggi pengidap corona, melainkan banyak perusahaan swasta yang berlomba mengembangkan vaksinnya. Di dunia barat, pemerintah tidak campur tangan. Mereka bertindak sebagai pembeli untuk mengimunisasi massal rakyatnya.

Berbeda dengan indonesia. Kata Bambang, pengembangan vaksin di inisiasi Biofarma, sebuah BUMN farmasi yang tidak listing di pasar modal. Mengingat, perusahaan global seperti Sanofi, Moderna Inc, Astra Zeneva Plc, memiliki kepentingan untuk menaikkan nilai sahamnya. Sehingga perusahaan tersebut sering update perkembangan.

Baca juga : Bertahan dari Covid-19 dengan Mengubah Pola Hidup

Bambang mengatakan, pihaknya membuat tim pengembangan vaksin nasional. Terdiri dari Eijikman yang ngurus masalah riset dan Biofarma. Kemenristek juga mengikutsertakan Kementerian BUMN, Kementerian Kesehatan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Luar Negeri, dan beberapa kementerian lain.

“Tujuannya, ingin mendapatkan vaksin dalam waktu yang relatif cepat, tidak tertinggal dari negara lain, terutama negara tetangga. Kemudian, kita juga mengembangkan vaksin dari indonesia sendiri yang kita harapkan efektif untuk kita, terutama untuk virus yang beredar di indonesia,” tuturnya.

Bambang melanjutkan, jika berbicara vaksin, ada dua pilihannya. Ngembangin sendiri atau beli dari luar. Saat ini sudah banyak negara yang memesan vaksin dari perusahaan swasta, contohnya AS dan Brazil. Namun hal ini tidak dilakukan Indonesia, dengan pertimbangan jumlah penduduk.

Kata Bambang, dengan 250 juta penduduk, Indonesia membutuhkan setidaknya 300 juta vaksin. Karena tidak semua orang cukup hanya dengan satu vaksin.

“Perlu juga kadang-kadang booster. Karena tidak semua orang kalau dikasih vaksin, tidak lang sung muncul daya tahan tubuhnya. Artinya ada vaksin kedua, yang biasa disebut booster,” terangnya. Apalagi, di tengah pandemi seperti ini harga vaksin akan melonjak tajam.

Lalu apa yang dilakukan pemerintah? Bambang memutuskan untuk menempuh jalur pararel. Artinya, tetap mengembangkan vaksin yang dipimpin Eijikman dengan metode protein recombinar yang saat ini dalam tahap identifikasi protein. Kelebihannya, tim hanya mengembangkan virus yang beredar di indonesia.

Baca juga : Lebaran Virtual Dengan Jajaran Kemenkeu, Sri Mul Menitikkan Air Mata

“Karena virusnya ada semua. Baik di Litbangkes maupun Eijikman. Jadi kalau kita bisa menemukan vaksin dari pengembangan ini, maka hampir pasti akan ampuh terhadap virus yang beredar di indonesia,” cetusnya.

Sampai saat ini, Indonesia baru melaporkan 13 jenis Covid-19 ke lembaga yang dinamakan bank data influenza berskala global (GiSAiD). Eijikman melaporkan 7 virus yang beredar di Jabodetabek.

Begitu juga Universitas Airlangga (Unair) yang melaporkan ada 6 virus dengan karakter berbeda di Surabaya. GiSAiD sendiri punya 6 kategori Covid-19 dari seluruh dunia yang sudah diidentifikasi.

Sementara yang tidak termasuk 6 itu, dikategorikan others (belum teridentifikasi). Dari 13 yang dilaporkan indonesia, 11 di an taranya others. Sedangkan 2 jenis nya masuk kategori Eropa, yang berasal dari Surabaya.

“Artinya ada sedikit perbedaan antara virus yang berkembang di Surabaya dengan di Jabodetabek. Tentunya ini akan berpengaruh pada vaksin yang dibuat. 13 janis ini masih harus ditambah. Kita mendorong institusi terlibat. Karena semakin kita mengidentifikasi jenis virus yang ada, kita harapkan vaksinnya semakin ampuh,” imbuh Bambang.

Untuk hal ini, dia telah bekerja sama dengan pengembang vaksin dari luar. Biofarma dengan Sinovac China yang membuat vaksin dengan cara melemahkan si virus. Tak lama lagi, Kerjasama ini akan melakukan uji klinis di indonesia. Sederhananya, jika Sinovac berhasil menguji di China, vaksin ini juga bisa diuji di indonesia.

Baca juga : Inggris Jorjoran Danai Vaksin Covid-19, Meski Boris Johnson Pesimis

Ada juga kerja sama Kalbe Farma dengan Genexine Korea. Vaksin ini merupakan vaksin DNA yang akan diujicobakan ke manusia bulan ini untuk mengetahui efektivitas dan keamanannya dalam mencegah corona. Meski diakui Bambang, pendekatan ini hanya bisa dilakukan untuk produksinya.

Untuk pengembangan vaksinnya tidak bisa dilakukan. Karena bibit vaksinnya dibuat oleh perusahaan luar dengan jenis virus yang beredar di sana. Namun yang perlu diingat, pemerintah melakukan hal ini agar berharap imunisasi corona bisa dilakukan tahun depan.

“Mungkin ada perbedaan antara yang dalam negeri maupun luar negeri. tapi kita upayakan agar vaksin ini lebih cepat diberikan ke masyarakat. tapi tidak mengecilkan kemandirian kita. itu kunci pengembangan vaksin kita: cepat, efektif, dan mandiri,” pungkasnya.

Kapan vaksin ini ditemukan dan diedarkan? Bambang tak mau menyebut tanggal dan bulan pasti. “Lebih cepat lebih baik Pak Menteri,” kata Moderator, Kiki. Semoga saja. Amien. [MEN]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.