Dark/Light Mode

Pandemi Covid-19 Memaksa BUMN Go Digital

Erick: Direksi Yang Tidak Capai Target, Saya Copot

Jumat, 19 Juni 2020 06:51 WIB
Menteri BUMN Erick Thohir (kanan) dan wartawan senior Rakyat Merdeka Kiki Iswara dalam acara Ngopi Yuk Spesial yang disiarkan di Facebook dan YouTube, Kamis (18/6).
Menteri BUMN Erick Thohir (kanan) dan wartawan senior Rakyat Merdeka Kiki Iswara dalam acara Ngopi Yuk Spesial yang disiarkan di Facebook dan YouTube, Kamis (18/6).

 Sebelumnya 
Erick mengatakan, agar menjadi negara maju, Indonesia harus melakukan perubahan besar-besaran. Sistem logistik biayanya harus murah dan percepatan teknologi.

“Tantangan kita memperbaiki supply chain dan logistik digital. Kekuatan kita punya market. Jangan market ini dikasih orang terus. Karena ke depan sendiri, yang namanya global travelling, global economy, semua balik ke titik bilateral one on one. Akhirnya energy security, food security, health security ya harus jalan,” tuturnya.

Erick menilai perubahan ini harus segera dijalankan. Berdasarkan hasil riset terhadap 500 perusahaan besar dunia, 75 persen bos-bosnya meyakini Covid-19 memaksa bisnis Go Digital. Sekalipun nantinya vaksin sudah ditemukan. Gaya hidup manusia pasti akan berubah.

Baca juga : Wamendes Resmikan Desa Digital Cirangkong, Subang

Untuk menjaga perubahan ini, Erick juga merampingkan klaster BUMN yang awalnya 27 menjadi 12. Faktor utamanya: supply chain dan bisnis proses. Contohnya, klaster farmasi yang diisi perusahaan obat dan rumah sakit. Ada juga klaster infrastruktur yang awalnya hanya BUMN karya, sekarang ada BUMN Semen.

Kata dia, belum lama ini ada rapat pangan. Erick mengakui klaster pangan belum sebaik farmasi dan logistik. “Tapi intinya, salah satu distribusi kita, BGR Logistics itu, akan kita fokuskan untuk mendukung pangan. Lalu kita coba mensinergikan pupuk, perkebunan, pertanian. Supaya benar-benar mapping nya pas,” katanya.

Eks Presiden Inter Milan ini juga tengah mengkaji peran Bulog, Berdikari, dan Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) agar tidak tumpang tindih. Erick berharap, nantinya ada perubahan kebijakan. Misalnya, dalam impor gula. Saat ini kebutuhan gula konsumsi mencapai 3,5 juta ton. Sebanyak 800 ribu ton dipenuhi BUMN, dan 1,2 juta ton dari swasta. Sisanya, 1,5 juta tonnya berasal dari impor.

Baca juga : Pandemi Covid-19 Ubah Cara Pandang Masyarakat Terhadap RUU Cipta Kerja

“Kita mau coba, dengan sinergi pupuk, perkebunan, pertanian, dan pangan itu, kita bisa swasembada gula. Karena, dengan jumlah lahan yang kita punya 130 ribu hektar, ditambah 140 ribu hektar lahan rakyat yang bisa kita dijadikan plasma. Itu kan 270 ribu hektar dikali 7 ton, hampir 2,1 juta ton. Ini yang kita coba target,” imbuhnya.

Begitu juga di garam. kata Erick, produsen lokal lebih fokus membuat garam konsumsi. Sedangkan garam industrinya, masih impor. Dengan peluang ini, dia akan mengajak bicara Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menteri Perdagangan Agus Suparmanto terkait kemungkinan BUMN garam diberi kesempatan inves tasi di luar negeri.

“Saya melihat garam industri di negara lain kaya di padang pasir, sudah ada. Supaya, walaupun impor, sebenarnya barang kita juga. Memang nggak bisa besok. Pangan ini paling kompleks. Paling tidak ada nawaitu dan implementasi, ya mungkin 12 tahun ada perubahan. Beda dengan bangun stasiun yang cuma 3 bulan. Ini agak sulit, tapi harus mulai,” pungkasnya. [MEN]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.