Dark/Light Mode

Kurangi Ketergantungan Impor Alat Kesehatan

Luhut Mau Produksi Alat PCR Lokal Diperbanyak

Minggu, 4 Oktober 2020 05:23 WIB
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. (Dok. Kemenko Marves)
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. (Dok. Kemenko Marves)

RM.id  Rakyat Merdeka - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan meminta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) serta PT Bio Farma segera produksi alat Polymerase Chain Reaction (PCR) dan rapid test guna memenuhi kebutuhan pemeriksaan dalam negeri.

“Sekarang kita lihat BPPT dan Bio Farma menyusun daftar apa saja yang dibutuhkan dan impor produk apa saja yang kita batasi,” kata Luhut dalam rapat koordinasi pengembangan produk produk PCR dan rapid test dalam negeri secara daring di Jakarta, kemarin.

Hal itu dilakukan agar kapasitas produksi domestik dapat terserap terlebih dahulu, impor dilakukan bila produksi dalam negeri tidak mencukupi.

Baca juga : Waduh, 94 Persen Alat Kesehatan Masih Impor

“Nanti BUMN kita dorong untuk membantu investasi dalam bidang ini,” ujarnya. Luhut juga meminta Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang betul-betul mendorong industri dalam negeri bisa masuk di sektor farmasi.

Secara teknis, dia juga menyebutkan alat tes PCR Bio Farma sudah bisa diproduksi 1,5 juta dan perlu ditingkatkan lagi menjadi 3,5 juta per bulan.

“Tapi yang betul-betul mesti diperhatikan adalah stok reagennya. Reagen ini saya minta juga produksi dalam negeri. Produksi dalam negeri masih terbatas, sekarang bagaimana kita tingkatkan kapasitas itu,” jelasnya.

Baca juga : Waduh, 94 Persen Alat Kesehatan Masih Impor

Reagen diperlukan untuk ekstraksi yang digunakan dalam pengecekan spesimen. Reagen berisi sejumlah senyawa kimia untuk mendeteksi SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19.

Sementara, Kepala BPPT Hammam Riza yang juga hadir dalam rapat koordinasi itu mengatakan, tim gugus tugas BPPT untuk riset inovasi Covid-19 telah siap memproduksi beberapa produk penilaian secara massal.

Bekerja sama dengan PT Prodia, PT Tempo Scan Pasific dan PT Padma, menurutnya, BPPT telah mampu meningkatkan produksi rapid test hingga lebih dari 2 juta alat per bulan.

Baca juga : Generasi Milenial Diingatkan Sadar Protokol Kesehatan Di Pilkada Serentak 2020

“Kita ingin memenuhi kebutuhan yang proyeksinya 6 juta per bulan dengan asumsi 200 tes per hari kali 30 hari,” jelasnya.

Hammam mengaku, pihaknya juga telah berhasil membuat alat tes PCR. BPPT dan Bio Farma telah mampu memproduksi alat PCR kapasitas 1,5 juta per bulan.

“Alat PCR kit yang kita awali bersama pada Maret dengan startup biomolekuler milik Bio Farma sekarang berhasil memasuki generasi kedua. Menggunakan metode multiplex yang berbeda dengan simulfex, karena tingkat akurasi dan kecepatannya,” bebernya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.