Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
RM.id Rakyat Merdeka - Dalam empat tahun, program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku) telah dilakukan di 14.960 lokasi dengan total luas sekitar 23 ribu hektare. Program Kotaku yang menghabiskan anggaran Rp 2,82 triliun ini digunakan untuk investasi berupa jalan lingkungan, drainase, persampa han, instalasi pengolahan air limbah komunal, jembatan kecil dan proteksi kebakaran.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan keberhasilan penataan kawasan kumuh melalui Kotaku merupakan hasil dari kolaborasi dan peran aktif masyarakat, tokoh masyarakat dan Pemerintah Daerah, serta lembaga terkait lainnya.
Salah satu lokasi Kotaku yakni Kawasan Seutui, di tepi Sungai Krueng Daroy, Kota Banda Aceh. Kawasan yang sebelumnya kumuh ini dilakukan penataan oleh Ditjen Cipta Karya pada tahun 2018 dengan anggaran sebesar Rp 14,11 miliar.
Baca juga : Kinerja Tokcer, Bank Mega Kantongi Laba Rp 1,6 Triliun
Dalam pelaksanaannya, mulai dari tahap perencanaan dilakukan musyawarah yang melibatkan Satuan Kerja Cipta Karya Kementerian PUPR, Kepala Dinas PUPR, Kepala Camat dan warga, untuk mengidentifikasi masalah dan kondisi awal dan perencanaan infrastruktur yang akan dibangun termasuk pengadaan lahan.
Kawasan Krueng Daroy yang ditata terletak pada sisi bagian Timur dekat dengan situs cagar budaya Taman Sari Gunongan yang sangat terkenal dalam sejarah Kesultanan Nanggroe Aceh Darussalam. Kawasan ini memiliki luas 38,26 hektar, meliputi lima gampong/kelurahan yakni Gampong Neusu Jaya, Neusu Aceh, Sukaramai, Kelurahan Seuti dan Gampong Lamlagang.
“Penataan kawasan Krueng Daroy berdekatan dengan cagar budaya kesultanan. Kami kerja sama dengan Kemendikbud agar bangunan cagar budaya tetap terjaga, sementara Kementerian PUPR bertanggung jawab penataan kawasannya,” katanya.
Baca juga : Taspen Kantongi Laba Rp 271 Miliar
Basuki menargetkan, program Kotaku di seluruh wilayah Indonesia, dengan total sekitar 38 ribu lokasi kawasan kumuh perkotaan yang akan dibenahi. “Penataan kawasan kumuh seperti ini bukan hanya di lakukan pada permukiman di bantaran sungai, namun juga di tempat lain seperti permukiman di dekat tempat pembuangan sampah ataupun kampung padat penduduk di perkotaan,” ujarnya.
Selain mengurangi kawasan kumuh di bantaran sungai, kini masyarakat juga memiliki ruang terbuka hijau baru sebagai tempat berinteraksi warga, yang dikenal dengan Taman Krueng Daroy. Keberhasilan penataan kawasan tersebut juga terlihat dari peningkatan usaha ekonomi warga dengan berdirinya sebuah warung kopi khas Aceh di ujung pedestrian yang tampak selalu ramai dikunjungi warga kota, terutama di sore hari.
Penataan kawasan Krueng Daroy juga diharapkan dapat merubah perilaku hidup sehat masyarakat dibangunnya sarana sanitasi dan juga pemenuhan kebutuhan air bersih. Di sepanjang jalan dan taman, juga telah dilengkapi dengan sejumlah tempat sampah agar masyarakat dan pengunjung tidak membuang sampah sembarangan ke sungai. [SAR]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya