Dark/Light Mode

Bila Belum Bisa Terapkan Prokes Secara Ketat

Sekolah Tak Boleh Paksakan Kegiatan Belajar Tatap Muka!

Senin, 7 Desember 2020 06:49 WIB
Sejumlah murid memperlihatkan poster sosialisasi pencegahan COVID-19 sebelum pembagian masker di salah satu Sekolah Dasar Negeri, Desa Garut, Kecamatan Darul Imara, Kabupaten Aceh Besar, Aceh. (Foto: ANTARA FOTO/Ampelsa/aww)
Sejumlah murid memperlihatkan poster sosialisasi pencegahan COVID-19 sebelum pembagian masker di salah satu Sekolah Dasar Negeri, Desa Garut, Kecamatan Darul Imara, Kabupaten Aceh Besar, Aceh. (Foto: ANTARA FOTO/Ampelsa/aww)

RM.id  Rakyat Merdeka - Keputusan pemerintah mengizinkan kegiatan belajar tatap muka di sekolah pada Januari 2021 dikhawatirkan berdampak negatif terhadap kesehatan anak. Harus ada penerapan protokol kesehatan (prokes) Covid-19 yang sangat ketat.

Kawalcovid.id mengunggah meme yang isinya mengungkap pendapat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) soal diizinkannya belajar tatap muka. Dalam salah satu meme, IDAI berpendapat, belajar di sekolah berisiko meningkatkan penularan Covid-19.

“Pembukaan sekolah untuk kegiatan belajar mengajar mengandung risiko tinggi terjadinya lonjakan kasus Covid-19. Karena, anak masih berada pada masa pembentukan perilaku hidup sehat agar menjadi kebiasaan rutin di kemudian hari,” tulis Kawalcovid19.id dalam caption-nya.

Ketua IDAI, DR. Dr. Aman B Pulungan Sp.A(K) mengatakan, banyak hal yang perlu jadi pertimbangan sebelum memutuskan kegiatan belajar dengan tatap muka. Menurutnya, sekolah tidak boleh memaksakan
pembelajaran tatap muka jika tidak bisa menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

“Kalau tidak mampu, jangan dilakukan. (Lihat dulu) Guru dan pegawai kepatuhannya gimana, baru muridnya,” kata Aman.

Baca juga : Sudah Dibuka, Penjualan Tiket DAMRI Periode Libur Natal dan Tahun Baru

Bagi IDAI, katanya, pembelajaran jarak jauh (PJJ) lebih aman dari penularan Covid-19. Jika pun dipaksakan belajar tatap muka di sekolah, sebaiknya dilakukan pengaturan keluar masuk lingkungan sekolah. “Tujuannya, untuk meminimalkan risiko penyebaran virus Corona,” katanya.

Kepada orang tua yang memberi izin anaknya mengikuti pembelajaran tatap muka di sekolah, IDAI memberi beberapa pesan. Pertama, pastikan anak sudah mampu menerapkan protokol kesehatan dengan baik.

Kedua, tidak mengizinkan anak yang memiliki komorbid (penyakit penyerta) untuk ke sekolah. Ketiga, periksa, apakah sekolah sudah memenuhi standar protokol kesehatan yang berlaku.

Keempat, pertimbangkan rencana transportasi, bekal makanan dan minuman, masker, pembersih tangan, dan lainnya. “Ajari anak mengenali tanda dan gejala awal sakit,” tukas Aman.

Netizen pun bersilang pendapat menanggapi keputusan pemerintah mengizinkan kegiatan belajar mengajar tatap muka di sekolah ini. Alvarezrhido menjadi salah satu netizen yang setuju kegiatan sekolah kembali dibuka, agar anak tidak stres. Soalnya, kata dia, anak-anak sudah terlalu lama belajar di rumah.

Baca juga : Terapkan Prokes Ketat, Debat Kedua Pilkada Tangsel Digelar

DhanksLgLagi_4 pun mengaku senang melihat anak-anak memakai seragam sekolah, setelah hampir setahun mereka terbelenggu oleh ketidakpastian. Di berharap, pandemi Covid- 19 segera pergi, agar dunia anak segera kembali. “Sebagai pelajar dengan segudang prestasi,” ujarnya.

Nakaql juga mengaku setuju, kegiatan belajar mengajar tatap muka kembali dibuka. Alasannya, kata dia, agar anak-anak tidak banyak bermain di luar rumah selama pandemi Corona.

“Udah berharap banget Januari sekolah bisa tatap muka. Nggak efektif banget sekolah daring tuh, anakku kurang maksimal belajarnya,” kata Noviyan_7.

Sementara rogaalma14, tidak setuju anak-anak dipaksa kembali ke sekolah. Menurutnya, kerumunan anak-anak di sekolah sulit dihindari, sehingga bisa menimbulkan klaster Covid- 19 baru. Klaster sekolah atau dunia pendidikan.

“Saya sebagai ibu sekaligus tenaga kesehatan mendukung tetap pembelajaran daring selama Covid-19 belum teratasi di Indonesia,” tegas Jennimariacarolina.

Baca juga : Vaksin Ditemukan Bukan Berarti Pandemi Berakhir

Ferdymad mengaku sangat setuju dengan pendapat IDAI. Dia mengatakan, sangat berisiko bagi anak-anak bila sekolah dibuka di tengah kasus Covid-19 yang sedang tinggi.

ItsMe_RBH juga mengaku punya anak usia SD. Dia menegaskan, tidak akan mengizinkan anaknya ikut belajar tatap muka di sekolah jika dipaksakan dimulai pada Januari 2021.

“Semoga pihak sekolahnya memahami. Jika tidak, saya siap terima konsekuensi jika anak saya tinggal kelas,” tuturnya.

Adiwynt bahkan bisa memahami kesulitan orang tua dan anak-anak ketika menjalani sekolah daring. Namun menurutnya, sekolah online masih menjadi pilihan tepat sampai pemerintah menemukan cara efektif membasmi Covid-19.

“Galaunya emak-emak di masa pandemi. Ada kelebihan dan kekurangan di setiap pilihan (daring/luring). Emak-emak serasa jadi lulusan ekstensi jalur khusus (jalur pandemi),” ujar Karinlovely. [ASI]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.