Dark/Light Mode

Mendag: Neraca Perdagangan Kita Surplus

Jumat, 8 Oktober 2021 19:23 WIB
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi/Dok Kemendag
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi/Dok Kemendag

RM.id  Rakyat Merdeka - Kinerja perdagangan Indonesia masih tumbuh positif di tengah pemulihan ekonomi global. Hal ini terlihat dari neraca perdagangan Agustus 2021 yang surplus 4,74 miliar dolar Amerika Serikat (AS), atau setara dengan Rp 67,4 triliun.

Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi mengatakan, capaian surplus perdagangan Agustus lalu melanjutkan tren surplus yang terjadi selama 16 bulan terakhir. Bahkan, ini merupakan surplus perdagangan tertinggi sejak Desember 2006.

Menurut Lutfi, pertumbuhan neraca perdagangan Agustus 2021 ditopang oleh kegiatan ekspor minyak dan gas (migas) serta nonmigas yang tercatat 21,42 miliar dolar AS, atau setara Rp 304,6 triliun. Nilai ini menjadi ekspor bulanan tertinggi sepanjang sejarah.

"Ini pertama kali ekspor bulanan nonmigas melampaui 20 miliar dolar AS (setara Rp 284,3 triliun). Sedangkan ekspor migas 1,07 miliar dolar AS (setara Rp 15,2 triliun)," kata Lutfi saat webinar yang diselenggarakan Jakarta Foreign Correspondents Club (JFCC), Jumat (8/10).

Baca juga : Kemnaker Upayakan Perlindungan Pesepak Bola Profesional

Secara keseluruhan, lanjut Lutfi, sejak Januari hingga Agustus 2021, surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai 19,17 miliar dolar AS, atau setara Rp 272,6 triliun.

Surplus tersebut, terdiri atas surplus neraca nonmigas 26,65 miliar dolar AS atau setara Rp 378,9 triliun, serta defisit migas 7,48 miliar dolar AS atau setara Rp 106,3 triliun.

Ada pun peningkatan ekspor, bersumber dari pertumbuhan ekspor komoditas andalan Indonesia. Misalnya, produk minyak sawit yang menguat 61,60 persen, produk timah 56,29 persen, bijih logam 40,99 persen dan batubara 24,28 persen (Month on Month/MoM).

Lutfi menjelaskan, magnitude penguatan ekspor komoditas semakin besar sejalan dengan tren harga komoditas produk unggulan yang tumbuh sangat baik pada periode Januari-Agustus 2021.

Baca juga : Legacy Dan Pencitraan Untuk 2024

Seperti, harga nikel menguat 38,8 persen, minyak sawit 55,8 persen, batubara 93,5 persen, tembaga 61,2 persen, timah 72,7 persen (Year on Year/YoY).

Selain itu, dari sektor permintaan, terjadi peningkatan impor di negara mitra dagang Indonesia sepanjang Januari-Agustus tahun ini. Semua itu turut berkontribusi terhadap penguatan neraca perdagangan Indonesia.

"Ada 10 besar negara tujuan ekspor migas dan nonmigas yakni RRT (Republik Rakyat Tiongkok) terbesar, disusul Amerika Serikat, Jepang, India, Malaysia, Singapura, Korea Selatan, Filipina, Taiwan dan Vietnam," beber Lutfi.

Lebih lanjut, eks Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini juga menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa pandemi tak terlepas dari perubahan gaya hidup yang kini berbasiskan pada ekonomi digital.

Baca juga : Wasekjen Partai Demokrat Dukung Pembangunan Fasilitas Lapas

Bahkan, ekonomi digital berbasiskan teknologi yang mengedepankan inovasi ini diprediksi akan mencapai angka Rp 4.500 triliun pada tahun 2030.

Dia meyakini, ekonomi digital sangat penting untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi ke depannya. Bahkan, mampu mengikis kesenjangan ekonomi yang selama ini terjadi.

"Kalau ekonomi digital nilainya sekarang hanya Rp 632 triliun, nanti akan tumbuh menjadi Rp 4.500 triliun. Dan e-commerce kita akan tumbuh menjadi Rp 1.904 triliun pada tahun 2030," pungkas Lutfi. [IMA]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.