Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Rusia Dibombardir Sanksi Pasca Serang Ukraina
China Pasang Badan Belain Presiden Putin
Jumat, 25 Februari 2022 08:10 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Sejumlah pemimpin negara Barat menjatuhkan sanksi kepada Presiden Rusia Vladimir Putin dan kroninya atas keputusan mengirimkan pasukan militer ke timur Ukraina. China beranggapan, hujan sanksi untuk Rusia adalah ilegal.
China menyatakan, sanksi tidak pernah berjalan efektif dalam memecahkan setiap persoalan. Sejak 2011, Amerika Serikat (AS) telah menjatuhkan 100 sanksi terhadap Rusia.
“Sanksi tidak akan menyelesaikan krisis. Ini hanya keputusan satu pihak saja dan ini tindakan ilegal,” tegas Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying, dikutip Bloomberg, kemarin.
“Coba lihat, apakah sanksi-sanksi AS itu bisa memecahkan persoalan? Apakah dunia ini menjadi lebih baik karena sanksi itu? Akankah isu Ukraina teratasi sanksi AS terhadap Rusia? Akankah keamanan Eropa lebih terjamin berkat sanksi AS terhadap Rusia itu?” tanya Hua.
Baca juga : Paloh: Semua Pengen Jadi Presiden
Dia berharap, semua pihak menyelesaikan krisis Rusia melalui dialog dan konsultasi dua arah.
Dalam mengatasi krisis Ukraina dan keterkaitannya dengan Rusia, ditegaskan Hua, AS tidak boleh merugikan hak dan kepentingan China.
Presiden Rusia Vladimir Putin meluncurkan operasi militer di wilayah Donbass, timur Ukraina, kemarin. Hal ini dilakukan untuk membela milisi pro Moskow yang berniat memisahkan wilayah itu dari Ukraina.
Putin mengatakan, tindakannya memerintahkan operasi militer di Donbass sebagai tanggapan atas ancaman yang datang dari Ukraina.
Baca juga : Gejalanya Memang Ringan, Tapi Jangan Sepelekan Omicron
Dia menambahkan, Rusia tidak memiliki tujuan untuk menduduki Ukraina. Tanggung jawab atas pertumpahan darah terletak pada “rezim” Ukraina.
“Saya telah membuat keputusan operasi militer,” kata Putin dalam pernyataan mengejutkan di televisi sesaat sebelum pukul 6.00 pagi waktu setempat, sebagaimana dikutip Associated Press (AP).
Dalam 24 jam terakhir, media Interfax memberitakan, 9.000 warga Donbass, lari ke Rusia.
Sebagai informasi, Donbass terdiri dari 3 provinsi yaitu Donetsk, Luhansk dan Kharkiv. Rusia mendukung pembentukan Republik Donetsk dan Republik Luhansk pada Senin (21/2).
Baca juga : DPD Dukung Gugatan Ambang Batas Pencalonan Presiden
Perang di Donbass (disebut Perang di Ukraina atau Perang di Ukraina Timur) adalah konflik bersenjata yang berlangsung di wilayah Donbass, Ukraina.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya