Dark/Light Mode

Kolaborasi Budaya Dua Negara

Bertemu Di Bosnia, Tampil Di Indonesia

Sabtu, 17 September 2022 07:09 WIB
Raffid Subasic (tengah) dan Tri Retno Kawuri (kanan), saat tampil berkolaborasi bersama Dimas Phetorant (kiri) di Cemara 6 Galeri-Museum, kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (7/9/2022) sore. [Foto: Rusma/Rakyat Merdeka/RM.id]
Raffid Subasic (tengah) dan Tri Retno Kawuri (kanan), saat tampil berkolaborasi bersama Dimas Phetorant (kiri) di Cemara 6 Galeri-Museum, kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (7/9/2022) sore. [Foto: Rusma/Rakyat Merdeka/RM.id]

RM.id  Rakyat Merdeka - Meski mendung menggelayut, suasana di Cemara 6 Galeri-Museum di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, sore Rabu (7/9) pekan lalu justru ceria dan hangat. Sekitar pukul 16:00 WIB, para pengunjung sudah berdatangan dan mulai memenuhi bangku di ruangan lantai 2.

Cemara 6 Galeri-Museum adalah pusat kegiatan seni budaya, didirikan oleh mendiang Prof Toeti Heraty Roossenno, Guru Besar Filsafat. Dia juga salah seorang pendiri Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Yayasan Perguruan Cikini, mantan Ketua Program Pascasarjana Filsafat Universitas Indonesia Universitas Indonesia (UI), Ketua Program Pascasarjana UI Bidang Studi Filsafat dan Rektor Institut Kesenian Jakarta (IKJ) pada 1990-1995.

Agenda hari itu; Sevdah Musical Perform, kolaborasi Raffid Subašić, musisi perkusi dan vokalis asal Bosnia-Herzegovina dan Dimas Phetorant, gitaris, yang juga Wakil Dekan III Fakultas Seni Pertunjukan IKJ.

Baca juga : Portugal Tertarik Berguru Badminton Dari Indonesia

Mengutip Last.fm, sebuah situs web musik yang didirikan di Inggris Raya, sevdah adalah genre musik tradisional dari Bosnia dan Herzegovina, sebuah negara di semenanjung Balkan di selatan Eropa. Sevdah juga disebut dengan istilah sevdalinka. Namun komposer sebenarnya dari sevdalinka ini tak pernah diketahui.

Sementara dikutip dari Roads & Kingdoms, publikasi online independen yang mengeksplorasi budaya dan politik melalui kuliner dan travelling yang berbasis di Brooklyn, New York, dan Barcelona, Spanyol, kata sevdah berasal dari kata bahasa Arab, sawda, yang berarti empedu hitam.

Zaman dahulu, para dokter bangsa Arab dan Yunani kuno percaya, bahwa emosi diatur salah satunya oleh ‘empedu hitam’, yang bertanggung jawab atas suasana hati yang melankolis.

Baca juga : Transformasi Perpustakaan Bentuk Ekosistem Digital Nasional

Dalam perkembangannya, kata sawda berubah menjadi sevda dalam bahasa Turki, yang berarti ‘cinta yang menyakitkan’. Orang Bosnia kemudian menambahkan "h", hingga sewda pun berubah menjadi sewdah.

Pada era Kesultanan Dinasti Utsmaniyah (Ottoman Empire), lagu-lagu tersebut diiringi oleh saz Turki, alat musik seperti kecapi berleher panjang. Namun sejak pendudukan Austria di Bosnia dan Herzegovina pada 1878, akordeon menjadi populer dan terus digunakan selama abad ke-20.

Dalam arti musik, sevdah dicirikan dengan tempo lambat atau sedang dan harmoni yang kaya, meninggalkan perasaan melankolis bagi pendengarnya. Sementara lagu-lagu sevdah pun sangat rumit dan emosional.

Baca juga : Ketum IMI Dukung Touring Lintas Negara Ducati Official Club Indonesia

Musik ini pada dasarnya perpaduan unsur Oriental, Eropa dan Sephardic (pengaruh budaya Yahudi Spanyol), hingga membuat jenis musik ini menonjol di antara jenis musik folk dari Balkan. Si penyanyi akan sering memaksakan ritme dan tempo lagu, yang keduanya dapat bervariasi sepanjang lagu.

Secara tradisional, sevdah sebenarnya adalah lagu yang biasa dinyanyikan kaum perempuan. Sebagian besar temanya berisi tentang cinta dan kerinduan, cinta yang tak berbalas dan malang, beberapa menyentuh keinginan fisik perempuan untuk kekasihnya, dan beberapa memiliki elemen komik. Namun kini, musik ini juga ditampilkan oleh penyanyi laki-laki.

Secara tradisional pula, sevdah dimainkan tanpa instrumen apa pun, sehingga menghasilkan harmoni yang rumit. Namun dalam interpretasi modern, sevdah lalu diikuti oleh orkestra kecil yang berisi akordeon (paling menonjol), biola, gitar senar nilon dan/atau instrumen senar lainnya (kadang-kadang), seruling atau klarinet (kadang-kadang), bass tegak, snare drum. Di sela-sela syair, akordeon atau biola solo hampir selalu terdengar.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.