Dark/Light Mode

Pakar HI Korsel Blak-blakan Soal 6 Dampak Negatif Hallyu, Salah Satunya Memicu Oplas

Kamis, 22 Desember 2022 11:04 WIB
Pakar Hubungan Internasional dari Korea University Andrew Eungi Kimalam Workshop ke-6 Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea Batch 2, yang digelar Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dan Korea Foundation secara hybrid, beberapa waktu lalu. (Foto: YouTube)
Pakar Hubungan Internasional dari Korea University Andrew Eungi Kimalam Workshop ke-6 Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea Batch 2, yang digelar Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dan Korea Foundation secara hybrid, beberapa waktu lalu. (Foto: YouTube)

RM.id  Rakyat Merdeka - Gelombang budaya Korea atau hallyu atau K-wave tak hanya sukses menjadikan Korea Selatan (Korsel) sebagai trendsetter terkemuka di kawasan Asia. Tetapi juga di tingkat global.

Pakar Hubungan Internasional dari Korea University Andrew Eungi Kim mengatakan, saat ini Korsel adalah negara pengekspor budaya terbesar di dunia setelah Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Jepang.

Ini tentu saja menguatkan peran Korsel, melalui diplomasi soft power.

Hallyu tak hanya sekadar produk budaya, tetapi juga fenomena ekonomi dan industri,” kata Andrew dalam Workshop ke-6 Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea Batch 2, yang digelar Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dan Korea Foundation secara hybrid, beberapa waktu lalu.

Namun, selayaknya mata uang yang memiliki dua sisi, hallyu juga disebut punya sisi negatif. Tergantung cara menyikapinya.

Baca juga : 3 Tewas Dalam Penembakan Di Roma, Salah Satunya Teman PM Meloni

“Saya skeptis menyebut hallyu punya dampak negatif. Karena menurut saya, lebih banyak sisi positifnya,” tutur Andrew.

Dia pun menguraikan lima dampak negatif yang bisa dimunculkan oleh hallyu.

Pertama, orang di luar Korea dapat memiliki pemahaman yang salah tentang Korea. Karena drama Korea atau drakor dan video K-pop banyak memotret kehidupan mewah, yang sebetulnya jauh dari tipikal masyarakat Negeri Ginseng.

Kedua, drakor cenderung memposisikan kaum wanita dan perempuan, dengan tingkat ketergantungan yang tinggi pada pria.

Ketiga, drakor dan video K-pop banyak menguatkan pesan tentang pentingnya penampilan dan fesyen. “Sehingga, permintaan terhadap oplas atau operasi plastik di berbagai negara Asia dilaporkan mengalami peningkatan,” cetus Andrew.

Baca juga : Janji Cetak Gol, Kapten Iran Blak-blakan Soal Kericuhan Di Negaranya

Keempat, banyak kaum wanita terobsesi memiliki tubuh ideal seperti idola Korea mereka. Berat badan pun dipatok 50 kg.

Andrew mengatakan, diet ekstrem menjadi norma bagi semua idola K-pop. Terutama, yang wanita.

Alhasil, survei nasional Korea tahun 2016 mengungkap fakta, 72 persen anak perempuan di bawah usia 18 tahun terobsesi menurunkan berat badan.

Begitu pula anak laki-laki. Meski jumlahnya hanya 36 persen alias hanya separuh dari kelompok anak perempuan yang ingin ramping.

“Fakta lainnya, 1 dari 3 wanita Korea memiliki kemungkinan gangguan pola makan atau eating disorder,” jelas Andrew.

Baca juga : Jokowi Tegaskan 6 Hal Penting Soal Myanmar, Salah Satunya Hentikan Kekerasan

Kelima, girl band K-pop cenderung mengeksplotasi daya tarik seks dalam image dan penampilan mereka.

Ini bisa memunculkan persepsi yang salah tentang definisi kecantikan seorang wanita. Sukses seolah hanya tergantung pada penilaian publik mengenai penampilan mereka.

Konten para idola K-pop yang menyebar masif lewat YouTube dan Twitter, memperburuk situasi ini.

Keenam, hallyu yang begitu mengglobal dan menyilaukan, membuat anak muda Asia begitu terobsesi pada budaya Korea. Mereka tak hanya mengadopsi budaya Korea dalam bentuk gaya berpakaian, tata rambut, model tas dan sepatu, tetapi juga bahasa. 

"Yang disayangkan, mereka jadi cenderung abai pada budaya bangsanya sendiri," ucap Andrew. *** 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.