Dark/Light Mode

Simposium Cendikia Jembatan Ilmuwan Go Internasional

Sabtu, 17 Agustus 2019 20:06 WIB
Ali Ghufron Mukti (kedua kiri) dan Cecep Herawan (kedua kanan) menjelaskan kegiatan SCKD 2019.
Ali Ghufron Mukti (kedua kiri) dan Cecep Herawan (kedua kanan) menjelaskan kegiatan SCKD 2019.

RM.id  Rakyat Merdeka - Mulai 18-24 Agustus ini, 55 diaspora Indonesia mengisi Simposium Cendekia Kelas Dunia (SCKD) 2019 di Jakarta. Acara yang dibuka Wakil Presiden Jusuf Kalla ini diharapkan bisa menjadi jembatan bagi cendekia Indonesia agar bisa berkiprah di tingkat internasional.

"Kita ingin acara ini jadi jembatan bagi ilmuwan dalam negeri membangun link kerja sama dengan akademisi dan cendekia internasional," jelas Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek Dikti (SDID) Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) Ali Ghufron Mukti dalam konferensi pers seputar pelaksanaan SCKD 2019 di Jakarta, Jumat (16/8).

Masih kurangnya fasilitas pendukung, seperti laboratorium membuat ilmuwan Indonesia belum bisa memaksimalkan kemampuan mereka agar setara rekan mereka di negara maju.

Baca juga : Moratorium Izin Hutan Kurangi Angka Deforestrasi

“Ada tapi belum canggih. Dengan kita undang diaspora, ilmuwan kita bisa memanfaatkan laboratorium tempat diaspora itu berada. Sehingga, kekayaan alam Indonesia bisa dieksplorasi dan bisa menghasilkan inovasi baru,” ujar Ghufron.

Ia melanjutkan, upaya ini merupakan langkah penting karena merupakan salah satu terobosan untuk membangun Indonesia jelang bonus demografi 2020-2024. Agar Indonesia tidak terjebak pada meledaknya sumber daya manusia.

Menyambung penjelasan Ghufron, Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Cecep Herawan menyebut ilmuwan dalam negeri kerap kali kesulitan menembus level internasional. Karena itu, diaspora Indonesia diharapkan tidak hanya sebatas berbagai pengetahuan, namun juga membimbing dan mengarahkan ilmuwan lokal dengan jejaring global, guna melakukan penelitian bersama (joint research), dan mengakses lembaga penelitian di luar negeri.

Baca juga : Ayopop Gandeng LinkAja Kembangkan Ekosistem Digital

“Cendekiawan (diaspora Indonesia) yang ada nanti sebanyak 55 orang dari 15 negara. Ke depan, kerja sama dengan berbagai institusi di 15 negara ini akan jadi lebih baik. Karena kita sudah punya contact point yang lebih jelas,” terang Cecep.

55 diaspora Indonesia akan tiba di Jakarta pada 18 Agustus. Malam harinya, mereka akan melakukan makan malam pembuka bersama Menristekdikti Mohamad Nasir, sekaligus membuat organisasi kecil Diaspora 2019. 

Selanjutnya, pada pagi hari 19 Agustus 2019, para diaspora Indonesia akan bertemu dengan Wapres Jusuf Kalla. Setelah itu, mereka akan disebar ke 69 perguruan tinggi sampai 21 Agustus. Pada 22 Agustus 2019, para diaspora akan hadir dalam acara kuliah terbuka yang dihadiri o700-800 peserta di Jakarta. Sejumlah pejabat negara, rektor, dan akademisi lainnya juga dijadwalkan hadir dalam kegiatan ini. [DAY

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.