Dark/Light Mode

China Diselimuti Masalah Jelang Perayaan Hari Nasional

Minggu, 18 Agustus 2019 21:46 WIB
Presiden China Xi Jinping
Presiden China Xi Jinping

RM.id  Rakyat Merdeka - Jelang Perayaan Hari Nasional 1 Oktober nanti, Presiden China Xi Jinping dibayang-bayangi sejumlah masalah. Mulai dari perang dagang dengan Amerika Serikat hingga masalah Uighur dan aksi protes di Hong Kong yang tidak kunjung usai.

Dilansir AFP, seharusnya, perayaan Hari Nasional adalah ajang merayakan kehebatan sang pemimpin. Kini, sejumlah masalah seolah mencoreng kekuatan otoritatif Xi, yang akan menjadi pemimpin Negeri Tirai Bambu itu bertahun-tahun ke depan. Analis menilai pemerintahan Xi tidak begitu bagus. Sejumlah masalah membuat Xi tidak mendapat dukungan penuh dari rakyat dari dalam negeri maupun warga China di perantauan.

"Xi Jinping tengah menjalani tahun terberat dalam kepemimpinannya," ujar analis kebijakan China dari badan TS Lombard, Eleanor Olcott.

Baca juga : Wapres JK dan Sejumlah Menteri Hadiri Peringatan Hari Konstitusi

"Bukan hanya masalah yang dekat seperti konflik seputar Xinjiang dan masalah Hong Kong saja. Perang dagang juga menambah beban di pemerintahan Xi. Masalah ini memperlambat pergerakan ekonomi dalam negeri," lanjut Olcott.

Olcott menggambarkan pesona Xi, sebagai pemimpin negara besar saat dia hadir dalam pertemuan pemimpin dunia di Davos pada 2017 nyaris tidak lagi dirasakan. "Saat itu Xi Jinping tampil sebagai pemimpin China, negara dengan donimasi ekonomi di dunia. Kini aura itu seperti hilang begitu saja," ujar Olcott.

Saat kembali terpilih sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis pada Oktober 2017, Xi mulai membangun citra pemimpin tangguh. Tahun lalu, Xi mengubah konstitusi dengan menghapus batasan seorang individu bisa memimpin China dan juga mengkampanyekan pembasmian korupsi secara masif di tubuh pejabatnya. Langkah-langkah ini menjadikan Xi sebagai pemimpin China terkuat selama beberapa dekade belakangan. Namun, kekuasaan yang tanpa batas ini membuat citra Xi mudah tercoreng jika ada masalah yang muncul.

Baca juga : Kemenpora Akan Fasilitasi Pendidikan Anggota Paskibraka Nasional 2019

Perang dagang dengan Paman Sam terbukti membuat lemah pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Ditambah lagi, Belt Road Initiative (BRI) China yang minim transparansi membuat negara partner China terlilit hutang. Padahal BRI dikenalkan Xi untuk menancapkan pengaruh China di kancah global. Persoalan seputar tindakan diskriminasi keapada etnis minoritas di Xinjiang juga menjadi sorotan global. Banyak kecaman ditujukan kepada Xi dan jajarannya atas perlakuan mereka pada etnis Uighur.

"Xi sejauh ini membuat masalah besar baginya dan China. Ini adalah hasil dari kebijakannya," jelas pengamat hubungan China dari School of Oriental and Africa Studies Steve Tsang.

Dilansir AFP, tantangan terbesar pemerintahan Xi datang dari kawasan semi otonomi Hong Kong, yang dua bulan ini tak berhenti dengan demonstrasi. Analis menilai masalah Hong Kong yang paling tidak diduga-duga Xi. Massa pro demokrasi di Hong Kong menolak pembahasan rancangan undang-undang ekstradisi, yamg dinilai memberi keleluasaan bagi China membawa kriminal ke daratan utama dan diadili. Wraga Hong Kong merasa China sering mengabaikan HAM dalam menerapkan hukum sehingga penolakan terus berlangsung. Hong Kong, yang diserahkan Inggris kepada China pada 1997, menikmati kebijakan 'satu negara dua sistem' dan sering membuat China khawatir Hong Kong berusaha merdeka dari mereka.

Baca juga : Jaringan Telkomsel Jangkau 90 Persen Wilayah Kalimantan

Meski banyaknya cobaan menerpa Xi Jinping, kekuatannya dan dukungan dari para pendukung loyalnya masih kuat. "Sejauh ini tantangan yang ada belum membuat petinggi top China terang-terangan menantang kepemimpinan Xi. Selama mereka masih diam, Xi akan aman memimpin China," ujar Tsang.

Olcott menambahkan lagi, media China sudah berhasil membingkai masalah perang dagang dan demo Hong Kong sebagai hasil intervensi asing atas kedaulatan China. "Xi akan menggunakan narasi itu pada pidato perayaan 70 tahun China pada 1 Oktober nanti," tandas Olcott. [DAY]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.