Dark/Light Mode

Tembus 51,2 Derajat Celcius

BMKG: Gelombang Panas Asia Selatan Masih Berlangsung, Paling Hot Di Bangladesh

Selasa, 25 April 2023 09:21 WIB
Anak-anak Bangladesh mandi di tengah gelombang panas yang mendera Asia Selatan. (Foto: Dhaka Tribune)
Anak-anak Bangladesh mandi di tengah gelombang panas yang mendera Asia Selatan. (Foto: Dhaka Tribune)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menjelaskan, sebagian besar negara-negara di Asia Selatan, terdampak gelombang panas atau heatwave, sejak pekan lalu hingga hari ini, Selasa (25/4).

Badan Meteorologi negara-negara Asia seperti Bangladesh, Myanmar, India, China, Thailand dan Laos melaporkan kejadian suhu panas lebih dari 40 derajat Celcius, yang telah berlangsung beberapa hari belakangan dengan rekor-rekor baru suhu maksimum di wilayahnya.

Badan Meteorologi China (CMA) melaporkan, lebih dari 100 stasiun cuaca di Cina mencatat suhu tertinggi sepanjang sejarah pengamatan instrumen di bulan April ini.

Di Jepang, "panas yang luar biasa" juga teramati dalam beberapa hari terakhir.

Kumarkhali, kota di distrik Kusthia, Bangladesh tercatat sebagai daerah terpanas dengan suhu maksimum harian yang tercatat 51,2 derajat Celcius pada 17 April 2023.

Sedangkan 10 kota terpanas di Asia lainnya, mayoritas berada di Myanmar dan India.

Baca juga : Kepala BMKG: Gempa Dahsyat Turki Bisa Saja Terjadi Di Indonesia

Di Indonesia, suhu maksimum harian mencapai 37,2 derajat Celcius di Stasiun Pengamatan BMKG Ciputat pada pekan lalu. 

"Hingga saat ini, secara umum, suhu tertinggi di Indonesia yang tercatat di beberapa lokasi berada pada kisaran 34-36 derajat Celcius," ujar Dwikorita dalam keterangannya, Selasa (25/4).

Suhu panas bulan April di wilayah Asia, secara klimatologis dipengaruhi oleh gerak semu matahari.

Namun lonjakan panas di wilayah sub-kontinen Asia Selatan, kawasan Indochina dan Asia Timur pada tahun 2023 ini, termasuk yang paling signifikan lonjakannya.

Para pakar iklim menyimpulkan, tren pemanasan global dan perubahan iklim yang terus terjadi hingga saat ini, berkontribusi menjadikan gelombang panas semakin berpeluang terjadi lebih sering.

Gelombang panas

Baca juga : Terbukti Secara Sains, Menyimpan Rahasia Itu Berat Banget...

Terjadinya gelombang panas, dapat diterangkan melalui dua penjelasan yang saling melengkapi. Pertama, penjelasan secara karakteristik fenomena. Kedua, penjelasan secara indikator statistik suhu kejadian.

Secara karakteristik fenomena, gelombang panas umumnya terjadi pada wilayah yang terletak pada lintang menengah hingga lintang tinggi, di belahan Bumi Bagian Utara maupun di belahan Bumi Bagian Selatan, pada wilayah geografis yang memiliki atau berdekatan dengan massa daratan dengan luasan yang besar, atau wilayah kontinental atau sub-kontinental.

Sementara wilayah Indonesia, terletak di ekuator, dengan kondisi geografis kepulauan yang dikelilingi perairan yang luas.

Dwikorita memaparkan, gelombang panas biasanya terjadi berkaitan dengan berkembangnya pola cuaca sistem tekanan atmosfer tinggi di suatu area dengan luasan yang besar secara persisten dalam beberapa hari, yang berkaitan dengan aktivitas gelombang Rossby di troposfer bagian atas

Dalam sistem tekanan tinggi tersebut, pergerakan udara dari atmosfer bagian atas menekan udara permukaan (subsidensi), sehingga termampatkan. Suhu permukaan meningkat, karena umpan balik positif antara massa daratan dan atmosfer.

Pusat tekanan atmosfer tinggi ini menyulitkan aliran udara dari daerah lain, mengalir masuk ke area tersebut.

Baca juga : Gelombang Panas Inggris Bikin Rel Melengkung Dan Hanguskan Kabel Listrik

"Semakin lama sistem tekanan tinggi ini berkembang di suatu area karena umpan balik positif antara daratan dan atmosfer, semakin meningkat panas di area tersebut, dan semakin sulit awan tumbuh di wilayah tersebut," beber Dwikorita.

Secara indikator statistik suhu kejadian, heat wave atau gelombang panas dalam ilmu cuaca dan iklim didefinisikan sebagai periode cuaca dengan kenaikan suhu panas yang tidak biasa. Berlangsung setidaknya 5 hari berturut-turut atau lebih (sesuai batasan Badan Meteorologi Dunia atau WMO).

Pada fenomena cuaca yang termasuk sebagai kategori gelombang panas, suatu lokasi harus mencatat suhu maksimum harian melebihi ambang batas statistik. Misalnya 5 derajat celcius lebih panas, dibanding rata-rata klimatologis suhu maksimum.

"Apabila suhu maksimum tersebut terjadi dalam rentang rata-ratanya dan tidak berlangsung lama, maka tidak dapat dikategorikan sebagai gelombang panas," ujar Dwikorita. ■

 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.