Dark/Light Mode

Datanya Dibocorin Peretas Asal Swiss

98 Persen Orang Gunakan Nama Islami Dipantau FBI

Kamis, 15 Juni 2023 05:58 WIB
Agen FBI dan staf pendukung bekerja di pusat operasi, Washington Field Office Command and Technical Operations Center (CTOC). (Foto FBI Public Information)
Agen FBI dan staf pendukung bekerja di pusat operasi, Washington Field Office Command and Technical Operations Center (CTOC). (Foto FBI Public Information)

RM.id  Rakyat Merdeka - Biro Penyelidikan Federal (FBI) diduga bersikap diskriminatif terhadap umat Muslim Amerika Serikat (AS). Mereka memantau khusus warga Muslim yang menggunakan nama Islami karena dianggap sama dengan nama pelaku jejaring teroris.

Informasi itu dibeberkan Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR), organisasi perkumpulan Muslim Amerika Serikat (AS).

Dibeberkan CAIR, 98 persen orang yang masuk dalam daftar pemantauan (FBI) punya nama Islami. Laporan CAIR  bertajuk ‘Twenty Years Too Many, A Call to Stop the FBI’s Secret Watchlist’ dirilis Senin (12/6).

Laporan itu memerinci penggunaan database penyaringan terorisme FBI yang menargetkan orang dengan nama Islami.

Temuan tersebut didapat CAIR setelah seorang peretas asal Swiss menyebarkan data di internet data FBI versi 2019.

Baca juga : TKDN Toyota Yaris Cross 80 Persen, Baterai Dan Mesinnya Diproduksi Di Karawang

Dengan data itu, CAIR melakukan analisa secara mendalam. Hasilnya, CAIR menemukan 1,5 juta entri terkait nama orang-orang yang ada dalam pantauan FBI.

Menurut laporan itu, lebih dari 350.000 entri ditemukan nama Mohamed atau Ali atau Mahmoud dan 50 nama yang paling sering muncul. Semuanya adalah nama Islami.

“Dari entri daftar pantauan yang telah didalami, kami memperkirakan lebih dari 1,47 juta entri dianggap Muslim. Itu lebih dari 98 persen dari total nama (dipantau),” bunyi laporan, seperti dikutip dari Anadolu, Selasa (13/6).

Nama Target FBI

Menurut CAIR, selama 20 tahun, daftar rahasia FBI menyebabkan kesulitan dan ketakutan bagi masyarakat Muslim di AS. Namun CAIR yakin target-target FBI ke depannya tak lagi Muslim. Daftar rahasia FBI mungkin akan memasukkan kelompok-kelompok baru.

“Dengan dicabutnya program Perang Melawan Teror, daftar rahasia FBI merupakan target baru. Laporan ini dimaksudkan sebagai peringatan untuk mereka,” ungkap laporan itu.

Baca juga : Nanti Bukan Diangkat, Malah Antre Di Pasar

Lebih lanjut, CAIR mendesak Presiden AS Joe Biden untuk turun tangan mengatasi daftar pemantauan FBI tersebut. Pasalnya, mereka yang berada dalam daftar pengawasan akan menghadapi masalah.

Seperti pembatasan perjalanan, imigrasi, pemanggilan, kesulitan mendapat izin dan lisensi. Hal ini berdampak pada pekerjaan atau profesi, serta dibatasi aksesnya ke gedung Pemerintah.

Wali Kota Prospect Park, Negara Bagian New Jersey Mohamed Khairullah, menjadi salah satu korban daftar nama FBI itu. Ia sulit masuk Gedung Putih padahal sudah mendapat undangan dari Biden untuk menghadiri perayaan Idul Fitri, Mei lalu.

Wali Kota Muslim itu dilarang memasuki area Gedung Putih lantaran memiliki identitas yang sama dengan seorang teroris. Setelah mengalami penolakan itu, Khairullah langsung menghubungi CAIR di New Jersey.

Lalu, berdasarkan dokumen yang diperoleh dari pengacaranya, CAIR memberi tahu kepada Khairullah bahwa seseorang dengan nama dan tanggal lahir serupa dengannya berada dalam Kumpulan Data Penyaringan Teroris (Terrorist Screening Data Set) milik Pemerintah AS yang mencakup identitas ratusan ribu orang.

Baca juga : Universitas Pancasila Wisuda 974 Orang, Umumkan Raih Akreditasi Unggul

Khairullah acap kali mengalami kejadian tak mengenakkan sehubungan dengan latar belakangnya sebagai pemeluk agama Islam asal Suriah. Dia sempat ditahan pihak berwenang dan diinterogasi di Bandara Internasional John F. Kennedy di New York pada 2019 selama tiga jam.

Selama diinterogasi, Khairullah ditanyai petugas, apakah dia mengenal teroris. Adapun insiden ini terjadi ketika dia hendak kembali ke AS, usai mengunjungi keluarga istrinya di Turki. Khairullah sudah memiliki istri dan empat anak.

Pada kesempatan lain, Khairullah mengaku sempat pula ditahan di perbatasan AS-Kanada saat dia hendak kembali ke AS bersama keluarganya. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.