Dark/Light Mode

Dubes Rosan Roeslani Nobar Peluncuran Satelit Satria-1

Selasa, 20 Juni 2023 06:05 WIB
Dubes Rosan Roeslani saat peluncuran satelit Satria-1, Sabtu (17/6). (Foto RM/KBRI Washington DC)
Dubes Rosan Roeslani saat peluncuran satelit Satria-1, Sabtu (17/6). (Foto RM/KBRI Washington DC)

RM.id  Rakyat Merdeka - Satelit Republik Indonesia (Satria)-1 berhasil meluncur dan sampai di target Orbit 146 Bujur Timur, Minggu (18/6) malam waktu setempat. Momen membanggakan ini berlangsung di landasan Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat (AS).

Duta Besar Indonesia untuk AS, Rosan Roeslani mengaku bangga dengan pencapaian ini. Dia bahkan mengajak warga negara Indonesia (WNI) nonton bareng peuncuran roket tersebut.

“Bangga bisa menyaksikan momen ini,” tulis Dubes Rosan dalam akun Instagramnya, kemarin.

Baca juga : Disambut Ribuan Relawan, Pekik Ganjar Presiden 2024 Menggema Di Sumatera Utara

Satria-1 dibawa roket Falcon 9 punya SpaceX dari landasan di Cape Canaveral, Florida. Falcon 9 adalah roket yang mendarat vertikal dan bisa dipakai ulang untuk misi selanjutnya.

“Ini merupakan satu momen bersejarah dan dampaknya luar biasa. Jadi, kita memberitahu dan meminta semua sahabat untuk mendoakan agar peluncuran (satelit Satria-1) ini sukses,” ujar mantan Ketua Umum Kadin Indonesia itu.

Selain nobar peluncuran satelit Satria-1 secara langsung, KBRI Washington DC juga memfasilitasi masyarakat untuk menonton peluncuran tersebut secara online di akun Facebook Consulate General of Indonesia-Houston (KJRI Houston).

Baca juga : Dibantu Kepolisian, KCIC Bongkar Pencurian Komponen Kereta Cepat

Selain di Facebook, peluncuran satelit ini juga bisa disaksikan lewat akun YouTube Space X.

Satelit Satria-1 merupakan proyek strategis nasional yang akan dimanfaatkan Pemerintah Indonesia untuk pemerataan akses internet, khususnya di wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T).

Satelit ini dibangun oleh Satelit Nusantara 3 dan dirakit oleh Thales Alenia Space (TAS) di Prancis memakai SpaceBus NEO. Biaya investasi pembuatan Satria-1 ini membengkak, dari awalnya 450 juta dolar AS atau sekitar Rp 6,6 triliun menjadi 540 juta dolar AS (Rp 8 triliun).

Baca juga : Dubes Malaysia Hasrin Tengku Hussin Berharap Genjot Kerja Sama Kesehatan

Biaya tambahan ini dikarenakan perubahan kendaraan pengangkut satelit. Awalnya, Satria-1 akan diangkut menggunakan pesawat Antonov. Namun karena perang Rusia Vs Ukraina, pengangkutan Satria-1 dilakukan dengan kapal kargo Nordic dari Prancis menuju Cape Canaveral melalui jalur laut. Perjalanan itu membutuhkan waktu 17 hari. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.