Dark/Light Mode

Tak Ada Lagi Zona Aman, Warga Gaza Terjebak Perang Israel-Hamas

Kamis, 7 Desember 2023 05:39 WIB
Warga Palestina yang mayoritas anak-anak, berdesakan saat menunggu pembagian makanan di Rafah, Jalur Gaza selatan, Rabu, 8 November 2023. (Foto AP /Hatem Ali)
Warga Palestina yang mayoritas anak-anak, berdesakan saat menunggu pembagian makanan di Rafah, Jalur Gaza selatan, Rabu, 8 November 2023. (Foto AP /Hatem Ali)

RM.id  Rakyat Merdeka - Anjuran agar warga Gaza mengungsi ke wilayah aman, hanya omong kosong. Sebab, menurut PBB, tak ada lagi zona aman di wilayah kantong Palestina itu.

Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller mengatakan, Senin (4/11/2023), warga Gaza harus mencari perlindungan di tempat-tempat yang telah ditetapkan aman oleh PBB dan terdaftar sebagai zona dekonflik oleh Israel. Menurutnya, sudah ada warga yang berlindung di sana, ketika militer Israel bergerak ke selatan Gaza.

“Orang-orang harus pergi ke tempat-tempat yang ditetapkan PBB, yang tercantum dalam daftar Israel sebagai zona dekonfliksi yang tidak boleh menjadi sasaran serangan militer,” ujar Miller.

Merespons pernyataan tersebut, Juru Bicara Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Antonio Guterres, Stephane Dujarric, mengungkapkan, apa yang dikatakan perwakilan AS seperti omong kosong. Karena faktanya, yang terjadi di lapangan sangat mengerikan.

“Mari kita perjelas. Tidak ada zona aman yang ditetapkan PBB di Gaza. Saya pikir semua rekan senior saya sudah sangat jelas, termasuk sekjen, yang mengatakan tidak ada tempat aman di Gaza,” ketusnya.

Bahkan bendera biru PBB pun tak ada nilainya saat pasukan Israel melakukan genosida, yang merenggut nyawa anak-anak tak berdosa dan lansia di Jalur Gaza. Jangankan tempat di mana bendera PBB dikibarkan, Israel tanpa malu mengangkangi hukum humaniter internasional dengan menyerang pusat-pusat layanan medis di wilayah konflik.

Baca juga : RSUP dr. Ben Mboi Diresmikan, Warga NTT Tak Perlu Jauh-Jauh Berobat Ke Jakarta

“Situasi kemanusiaan di Gaza sangat mengerikan, dan tidak ada zona aman di daerah kantong Palestina tersebut,” kata Profesor Michael Lynk, mantan pelapor khusus PBB untuk Hak Asasi Manusia (HAM) di wilayah Palestina yang diduduki Israel.

Situasi Kemanusiaan Memburuk

Organisasi-organisasi bantuan global menyerukan gencatan senjata berkelanjutan di tengah situasi kemanusiaan yang memburuk di Gaza, dan memperingatkan bahwa warga sipil kehabisan tempat untuk mengungsi.

Mengenai apa yang disebut sebagai “zona aman” bagi warga sipil di Jalur Gaza untuk melarikan diri dari pengeboman Israel, Prof Lynk mengatakan, daerah-daerah tersebut sama sekali tidak memiliki fasilitas yang dapat menangani ratusan ribu atau bahkan lebih dari 1 juta pengungsi Palestina.

“Tidak ada tempat untuk memberi mereka makan, memberi mereka air, menyediakan sanitasi, (dan) menyediakan tempat berlindung karena kita mendekati musim dingin di Mediterania,” katanya kepada Asia First CNA, Rabu (6/12/2023).

“Hampir 2 juta orang yang terkonsentrasi di ujung selatan, di tengah pertempuran sengit, dengan tentara Israel datang ke selatan dan sebagian besar batalyon Hamas masih berada di sana dan siap melawan Israel,” tegasnya.

Prof Lynk dari Western University di Kanada, juga menekankan, kedua pihak telah melanggar hukum internasional.

Baca juga : Israel Kesetanan

“Menangkap warga sipil dan menahan mereka sebagai sandera merupakan kejahatan perang,” katanya, seraya menambahkan, penangkapan dan penahanan anak-anak Palestina oleh Israel juga merupakan pelanggaran hukum internasional.

Israel membalas serangan Hamas pada 7 Oktober, yang menurut mereka telah menewaskan sekitar 1.200 orang. Sementara menurut Kementerian Kesehatan Gaza, serangan militer Israel telah merenggut nyawa lebih dari 16.000 warga Palestina di daerah kantong tersebut.

Jadwal Pertempuran Usai

Di saat yang sama, sebagian besar rumah sakit di Gaza tidak lagi berfungsi, karena rusak atau kekurangan tim medis.

“Para staf mereka telah dipaksa pergi oleh pasukan Israel yang bergerak ke selatan Gaza. Tidak ada persediaan obat bius, tidak ada obat-obatan. Sulit bagi rumah sakit untuk beroperasi,” kata Kementerian Kesehatan Gaza.

Satu-satunya yang beroperasi sebagian sekarang dan yang menerima bantuan kemanusiaan dalam bentuk peralatan medis adalah yang berada di ujung selatan.

Sejak serangan Israel dimulai, sekitar 80 persen dari 2,3 juta penduduk Gaza telah terusir dari rumah mereka. Sebagian besar mereka mengungsi ke selatan. Daerah selatan yang padat itu, kini menampung tiga kali lipat populasi biasanya.

Baca juga : Muzani: Tak Ada Desa Yang Tak Terjamah Prabowo-Gibran

Para ahli mengatakan, kepadatan penduduk membuat situasi kemanusiaan menjadi lebih buruk. Karena penduduk tidak dapat memperoleh bantuan yang mereka butuhkan dengan segera.

Israel melaporkan, pasukannya pada Selasa (5/12) telah mencapai jantung kota Khan Younis di selatan Gaza, dan mengepung kota tersebut. Dr Kristian Coates Ulrichsen, seorang peneliti untuk Timur Tengah di Baker Institute for Public Policy, Rice University mengatakan, bahkan jika warga dapat berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain, hal itu tidak benar-benar membuat perbedaan dalam hal kepadatan dan kondisi kemanusiaan memprihatink.

"Yang dikhawatirkan adalah tidak ada tempat di Jalur Gaza yang berpotensi aman dan selamat,” terangnya kepada CNA938, Rabu (7/12/2023).

Pertempuran antara Israel dan Hamas kembali terjadi pada Jumat (1/12/2023), setelah jeda singkat selama tujuh hari untuk melakukan pertukaran sandera dan tawanan serta mengirimkan bantuan kemanusiaan. Dr Ulrichsen mengatakan, ini merupakan indikasi bahwa operasi Israel, yang awalnya berada di bagian utara Jalur Gaza, gagal mencapai dominasi penuh atas wilayah tersebut.

“Karena Israel terus menghadapi perlawanan yang sangat keras dari Hamas, mereka menyimpulkan harus memperluas operasi di seluruh wilayah tersebut,” tambahnya.

Menurut berbagai laporan, para pejabat Amerika Serikat memperkirakan fase invasi darat Israel ke Gaza saat ini akan berakhir pada Januari 2024. Namun Dr Ulrichsen menambahkan, Washington prihatin, karena Israel tidak memiliki rencana apa yang akan terjadi selanjutnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.