Dark/Light Mode

Gara-gara Perang Israel Vs Hamas, Ujaran Kebencian Di AS Dan Eropa Naik Tajam

Sabtu, 23 Desember 2023 05:55 WIB
Para pelayat menghadiri acara penghormatan untuk Wadea Al Fayoume di Pusat Aktivitas dan Rekreasi Prairie di Plainfield, Illinois, Amerika Serikat, Selasa, 17 Oktober 2023. Wadea Al Fayoume adalah bocah Muslim berusia 6 tahun yang tewas akibat kejahatan rasial yang dipicu perang Israel Vs Hamas. (Foto AP/Nam Y.Hah)
Para pelayat menghadiri acara penghormatan untuk Wadea Al Fayoume di Pusat Aktivitas dan Rekreasi Prairie di Plainfield, Illinois, Amerika Serikat, Selasa, 17 Oktober 2023. Wadea Al Fayoume adalah bocah Muslim berusia 6 tahun yang tewas akibat kejahatan rasial yang dipicu perang Israel Vs Hamas. (Foto AP/Nam Y.Hah)

RM.id  Rakyat Merdeka - Perang antara Israel dan Hamas yang masih berlangsung berdampak buruk terhadap kehidupan masyarakat di Amerika Serikat (AS). Kasus kejahatan dan ujaran kebencian melonjak tajam.

Laporan-laporan tentang kasus kejahatan dan kebencian insiden-insiden yang menargetkan orang-orang Yahudi, Muslim dan Arab, terus meningkat di se­luruh Negeri Paman Sam. Data dari Anti-Defamation League (ADL), organisasi nirlaba Yahudi dan Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) meng­ungkapkan adanya lonjakan dramatis tersebut.

ADL mencatat 2.031 insiden antisemit dalam dua bulan sete­lah­ serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 terhadap Israel. Se­mentara pada bulan yang sama di tahun sebelumnya, ka­sus serupa tercatat hanya 465 insiden. Ini artinya, jumlah insiden antisemit yang dilaporkan di AS meningkat sebesar 330 persen. Laporan ini termasuk penye­rangan fisik, vandalisme dan un­­juk rasa anti-Israel, yang men­­cakup retorika antisemit kla­sik, anti-Zionis, dan/atau m­en­dukung teror.

“Ini bersejarah namun dapat secara langsung dikaitkan dengan perang Israel dengan Hamas karena sebagian besar insiden merujuk pada konflik tersebut,” kata juru bicara ADL, Jake Hyman­, dikutip CNN.

Baca juga : Jelang Natal Dan Tahun Baru, Harga Bahan Makanan Di Jakarta Terpantau Naik

CAIR juga menemukan pe­ning­katan yang sama mengkhawatirkannya dalam hal per­mintaan­ bantuan dan laporan ka­sus anti-Arab dan anti-Muslim. Selama bulan pertama pe­rang Israel-Hamas, kelompok advokasi Muslim terbesar di ne­gara ini mencatat 2.171 perminta­an bantuan dan laporan di kantor pusat dan cabang-cabangnya di seluruh Negeri Paman Sam sejak 7 Oktober 2023.

Direktur Penelitian dan Advokasi CAIR, Corey Saylor, mengatakan, lonjakan bias anti-Arab dan anti-Muslim sungguh mengejutkan dalam dua bulan belakangan.

“Dari Burlington hingga Chi­cago­ dan tempat lain, warga Amerika yang tidak bersalah men­derita akibat gelombang kefa­na­ti­kan ini,” terang Saylor pada CNN, Kamis (21/12/2023).

Jaksa Agung Merrick Garland telah menginstruksikan aparat penegak hukum di seluruh ne­geri­ untuk tetap waspada dalam menghadapi risiko terorisme dan kekerasan yang dipicu kebencian berdasarkan agama dan kepercayaan.

Baca juga : Jerman Vs Prancis, Laga Ideal Dua Raksasa Muda Eropa

Meskipun perang terjadi ri­buan kilometer jauhnya, orang-orang Yahudi di seluruh AS me­ngatakan kepada CNN, me­rek­a mengubah cara merayakan Hanukkah tahun ini. Bebe­rapa­ orang memutuskan untuk menghentikan tradisi yang telah ber­langsung selama bertahun-tahun dan menghapus menorah dari jendela mereka. Namun, ada juga yang memilih berani menyatakan identitas Ya­hudi mereka meskipun anti­semit meningkat. Terutama se­telah tiga mahasiswa Pa­les­tina ditembak di Vermont bulan lalu.

Koordianator Atasi Islamofobia

Sementara itu, di Eropa, Koordinator Uni Eropa luntuk mengatasi Islamofobia, Marion Lalisse, juga melihat tren peningkatan ujaran kebencian yang menargetkan Muslim dan Yahudi di Benua Biru tersebut.

“Kami telah melihat dengan jelas peningkatan tren kebencian anti Muslim dan narasi anti-Semit. Ujaran kebencian ini berkisar dari mikroagresi hingga ancaman nyata dan kami telah mengamati sebagian besar terjadi di media sosial,” terang Lalisse dikutip Aljazeera, Kamis (21/12/2023).

Belum ada negara-negara di Eropa yang resmi mempubli­kasikan statistik mengenai la­poran­ insiden Islamofobia, yang juga meningkat sejak 7 Oktober lalu.

Baca juga : Kepala BNPT Ingatkan Generasi Muda Waspadai Paham Kebencian Di Dunia Maya

“Ini menunjukkan bahwa mereka tidak mencatat kejahatan rasial terhadap orang-orang yang dianggap Muslim. Kurangnya data menghambat respons kebijakan yang efektif terhadap kejahatan rasial tersebut,” kata kelompok Hak Asasi Ma­nusia (HAM), Human Right Watch, dalam sebuah per­n­yataan pekan lalu.

Badan Hak-Hak Fundamental Uni Eropa (FRA) memiliki database yang mendokumentasikan kebencian anti-Muslim antara 2010 dan 2020 di blok tersebut, yang menurut Lalisse akan diperbarui dalam beberapa pekan mendatang.

Perang Israel-Hamas dipicu serangan Hamas ke Israel yang me­newaskan 1.200 orang dan 240 disandera, 7 Oktober lalu. Ke­mudian terjadi serangan bala­san­ Israel di Jalur Gaza yang di­du­kung AS. Menurut Kemen­terian Kesehatan di Gaza, 20.000 orang tewas hingga saat ini. 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.