Dark/Light Mode

Jepang-Korsel Baikan Demi Korut

Kamis, 24 Oktober 2019 16:56 WIB
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dengan PM Korsel  Lee Nak-yon, di Tokyo. (Foto Japan Today)
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dengan PM Korsel Lee Nak-yon, di Tokyo. (Foto Japan Today)

RM.id  Rakyat Merdeka - Jepang dan Korea Selatan (Korsel) ingin memperbaiki hubungan yang memburuk karena luka lama Perang Dunia II. Kedua negara sepakat untuk baikan setelah pertemuan 20 menit antara Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dengan PM Korsel Lee Nak-yon, Kamis siang (24/10) di Tokyo, Jepang.

Meski pertemuan keduanya disebut bisa memperbaiki komunikasi kedua negara, tindakan konkret lebih dibutuhknan. "Masalahnya yang perlu diperbaiki adalah rasa percaya dari keduanya. Akan perlu waktu lebih lama dari sekadar sesi foto saja," ujar Kim Tai-ki, ekonom dari Dankook University.

Dilansir media Korsel, Yonhap, Lee menyampaikan surat Presiden Korsel Moon Jae-in kepada PM Abe. Dalam suratnya, Moon menyebut Jepang sebagai "rekan perdagangan yang sangat penting dan juga rekan penjaga kedamaian di kawasan."

Presiden Moon berharap Jepang juga mau bekerja sama dalam proses perdamaian antara Korsel dengan Korea Utara. Gayung bersambut. Abe juga menginginkan hal yang sama dengan Moon.

Baca juga : BEM Unsrat: Perppu Bukan Solusi Selesaikan Polemik UU KPK

"Kedua negara kami adalah rekan yang penting satu sama lain," kata Shinzo Abe, sebagaimana dilansir dari CNBC Internasional, Kamis (24/10/2019).

"Saat ini, hubungan dalam kondisi yang cukup berat, tetapi tidak boleh dibiarkan begitu saja," sambungnya.

Hubungan Jepang dan Korsel memanas selama satu tahun terakhir. Luka lama Perang Dunia II membuat hubungan keduanya memburuk. Masalah keduanya, makin tegang setelah pengadilan Korsel meminta perusahaan Jepang yang terlibat kerja paksa di masa penjajahan Jepang meminta maaf dan membayar kompensasi.

Sementara itu, Lee Nak-yon, yang mengatakan bahwa dialog itu penting. Ia pun setuju hubungan tidak boleh dibiarkan dalam keadaan sulit. Lee mengajak Abe untuk terus menjalankan dialog rutin, terutama antara kementerian luar negeri, untuk meluruskan posisi masing-masing dan mengurangi ketegangan kedua negara bertetangga ini.

Baca juga : Gojek Bangga Bosnya Bakal Jadi Menteri

Secara terpisah, Kementerian Luar Negeri Korea Selatan mengatakan siap untuk memulai diskusi dengan rekan mereka dari Jepang secepatnya.

"Pertemuan ini memberikan sinyal paling positif sejak pengadilan Korea Selatan mengeluarkan putusan yang mendukung klaim adanya perlakuan kerja paksa oleh perusahaan Jepang selama pendudukan Semenanjung Korea tahun 1910-1945," bunyi pernyataan kantor perdana menteri Jepang dikutip Bloomberg, Kamis (24/10).

Abe terakhir bertemu dengan presiden Moon Jae-in pada September 2018. Dia melewatkan kesempatan untuk bertemu muka dengan Moon selama acara G20 di Osaka pada Juni lalu. Ketegangan meningkat dengan cepat, setelah Jepang mencoret Korea Selatan dari daftar tujuan ekspor terpercaya dan memberlakukan pembatasan pada penjualan bahan baku utama bagi industri manufaktur semikonduktor dan layar display Korea.

Korsel menanggapi hal ini dengan menarik diri dari perjanjian pertukaran informasi intelijen, yang kemudian diikuti boikot warga terhadap produk Jepang. Setelah cukup lama menyaksikan perseteruan antara kedua negara, pemerintahan Amerika Serikat akhirnya mendesak dua negara tetangga ini untuk mencoba menyelesaikan perbedaan mereka.

Baca juga : Oposisi dan Sistem Kita

.AS secara khusus mengkritik keluarnya Korsel dari pakta intelijen dengan Jepang, karena Washington mengandalkan kerja sama antara dua sekutu terdekat di Asia untuk membantu melawan China dan Korea Utara. [DAY]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.