Dark/Light Mode

Ketemu Dokter Jebolan Brawijaya Di Norwegia

Dubes Faizasyah: Lulusan Indonesia Tak Kalah Cakap Dengan Luar Negeri

Senin, 4 Maret 2024 13:16 WIB
Dubes RI untuk Norwegia Teuku Faizasyah (kemeja putih) berfoto bersama dengan dr. Astrid dan suaminya di KBRI Oslo, Norwegia. (Foto: KBRI Oslo)
Dubes RI untuk Norwegia Teuku Faizasyah (kemeja putih) berfoto bersama dengan dr. Astrid dan suaminya di KBRI Oslo, Norwegia. (Foto: KBRI Oslo)

RM.id  Rakyat Merdeka - Banyak sekali diaspora yang berhasil merintis karir di negeri orang. Salah satunya adalah dr. Astrid, dokter lulusan Universitas Brawijaya yang kini sudah berhasil berpraktik di Norwegia. Keberhasilan Astrid ini menegaskan bahwa lulusan dokter Indonesia tak kalah cakap dengan lulusan luar negeri. 

Pada Kamis, 29 Februari 2024, dr. Astrid bersama suaminya Tomy Nurwanto, mendatangi Kedutaan Besar Indonesia di Oslo. Kedatangan dr. Astrid dan suaminya untuk mendapatkan layanan kekonsuleran untuk kedua putrinya. 

Pada Oktober hingga Desember 2023, KBRI Oslo sebenarnya menggelar program Warung Konsuler di Rejkyavik (Islandia), Trondheim dan Stavanger. Warung Konsuler ini memberikan pelayanan kekonsuleran di beberapa kota yang terdapat konsentrasi cukup banyak diaspora Indonesia. 

Namun, pelayanan secara jemput bola ini dibatasi oleh kuota tertentu. Sehingga terkadang dalam satu kunjungan belum semua diaspora dapat terlayani. Termasuk dr Astrid, yang bermukim di kota Haugesund yang berjarak 30 menit bermobil dari kota Stavanger. 

Mengetahui kedatangan Astrid di KBRI Oslo, Dubes RI untuk Norwegia Teuku Faizasyah menyempatkan ke ruang pelayanan konsuler di lantai dasar gedung KBRI untuk berbincang-bincang seputar pengalaman hidup dr. Astrid di Norwegia. Khususnya pengalaman dr. Astrid merintis profesi dokter di Norwegia. Saat bertukar cerita, kedua putri dr. Astrid bergantian diambil foto untuk buku paspor. 

Baca juga : Sebulan Lagi Nyoblos! Yuk Cek DPT Online Dan Data Pemilih Dalam Dan Luar Negeri

Teuku mengatakan, proses untuk dapat mengabdi sebagai tenaga medis di Norwegia ternyata cukup panjang. Dokter Astrid mengawalinya dengan menjadi tenaga bantuan kesehatan (care giver) selama tiga tahun.

 "Selanjutnya menjadi asisten perawat dan kemudian diberi kepercayaan melakukan fungsi medis dengan mendamping dokter setempat," kata Faizasyah, dalam keterangan tertulis kepada RM.id, Senin (4/3/2024). 

Kata dia, agar dapat menjadi tenaga medis secara penuh, dr. Astrid masih harus mengikuti beberapa rangkaian ujian. Pada tahapan sebelumnya, baik ijazah maupun transkripsi seluruh mata kuliah yang pernah ditempuh selama program dokter di Universitas Brawijaya diteliti secara rinci oleh pihak terkait di Norwegia.

Di samping untuk dapat berprofesi sebagai dokter, dr. Astrid juga harus mengikuti pendidikan bahasa Norwegia dan minimal berada di tingkat B2 atau mampu berkomunikasi dengan baik selain juga harus dapat menulis dalam bahasa Norwegia. 

Adapun tingkatan belajar bahasa Norwegia meliputi, C1, C2, B1, B2, A1 dan A2. Bila sudah mencapai A2, diibaratkan sebagai fasih atau mampu berbahasa seyogyanya warga negara Norwegia (native speaker).

Baca juga : Mahfud: Indonesia Milik Semua Suku Dan Agama

Faizasyah mengatakan, setelah mendengar perjuangan dr. Astrid untuk bisa menjalani profesi dokter di Norwegia, terbersit rasa bangga atas dua hal. 

"Pertama, saya ikut bangga atas keteguhan hati dr. Astrid untuk bisa menjadi tenaga medis, serupa dengan enam orang warga negara Indonesia lainnya yang sudah terlebih dahulu berkiprah di profesi ini," ujarnya. 

Selain itu, kata dia, lulusan program studi kedokteran Indonesia tidak kalah kecakapannya dengan lulusan program studi kedokteran dari manca negara lainnya.

"Profesi dokter memang istimewa karena tidak selalu lulusan program studi kedokteran dari suatu negara bisa otomatis atau serta merta bekerja di negara lain," ungkapnya. 

Faizasyah mencatat, sewaktu bertugas di Kanada, bahwa mayoritas lulusan fakultas kedokteran dari negara selain Kanada, tetap harus menjalani studi kedokteran dari awal lagi. Ibaratnya mereka harus memulai dari titik nol dengan kembali ke kampus.

Baca juga : 5 Fakta Calon Dubes AS Untuk Indonesia, Anak Kota Yang Idolakan Orangtua

"Bahkan, untuk profesi tenaga perawat sekalipun harus terlebih dahulu menjalani pendidikan keperawatan di Kanada," paparnya. 

Sementara dari kisah pengalaman dr. Astrid diketahui, untuk dapat berprofesi sebagai dokter di Norwegia akan ada proses verifikasi status kedokterannya dan selanjutnya harus menjalani serangkaian ujian serta wajib menguasai bahasa setempat. 

Di akhir pembicaraan, kata dia, dr. Astrid menceritakan rencana mengambil spesialisasi kedokteran di Norwegia.

 "Saya sungguh senang mendengar tekad dr. Astrid," ucapnya.

Menurut Faizasyah, kisah dr. Astrid ini menambah daftar panjang diaspora yang berhasil merintis karir di perantauan. Sebelumnya ada Tomy Nurwanto, insinyur teknik sipil Institut Teknologi Bandung (ITB) yang berkiprah di industri pertambangan lepas pantai di kota Stavanger. 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.