Dark/Light Mode

Konjen RI Cape Town Gandeng Banyak Pihak Demi Sukseskan Pasar Rakyat

Jumat, 28 Juni 2024 07:32 WIB
Konsul Jenderal RI Tudiono (kedua kanan) bertemu pengusaha sawit dalam rangka menggalang kerja sama untuk perhelatan acara pasar rakyat dan festival film Indonesia di Cape Town, Afrika Selatan.
Konsul Jenderal RI Tudiono (kedua kanan) bertemu pengusaha sawit dalam rangka menggalang kerja sama untuk perhelatan acara pasar rakyat dan festival film Indonesia di Cape Town, Afrika Selatan.

RM.id  Rakyat Merdeka - Pasar Rakyat dan Festival Film Indonesia akan digelar di Cape Town, Afrika Selatan, masing-masing pada 9 November dan 10-11 November 2024.

Penyelenggaraan Pasar Rakyat Indonesia ini akan merupakan yang ke-3 kalinya. Pasar Rakyat yang pertama pada 14 Oktober tahun lalu digelar di halaman KJRI Cape Town yang cukup

"Alhamdulillah sukses. Dihadiri 4.695 pengunjung dan banyak kuliner sold out," terang Konsul Jenderal (Konjen) RI Cape Town Tudiono, dalam keterangannya, 28 Juni 2024.

Lebih lanjut Tudiono mengatakan, sukses Pasar Rakyat Indonesia itu menarik perhatian Wali Kota Mossel Bay yang memiliki kerja sama Sister City dengan Denpasar Bali. Nota Kesepahaman Sister City ini diperbaharui sekitar Januari 2023 dan berlaku sampai tahun 2027.

Penandatanganan MoU dilakukan secara sirkuler. Konjen RI menyerahkan secara langsung pada pertemuan dengan Wali Kota Mossel Bay Oktober 2023.

Pasar Rakyat Indonesia ke-2 digelar di Mossel Bay pada 27 April 2024. Walaupun Mossel Bay tidak sebesar Cape Town dan merupakan kota wisata dan pensiunan, namun banyak didatangi pengunjung.

Sejumlah anggota Dewan Kota hadir dan menyampaikan komitmen akan mendukung pemasaran produk-produk Indomie di swalayan-swalayan Mossel Bay. Mereka mengapresiasi penyelenggaraan acara Pasar Rakyat sebagai bagian penting dari peringatan dan perayaan 30 tahun hubungan diplomatik RI-Afsel tahun ini.

Baca juga : HNSI Siap Gandengan Tangan Dengan Pemerintah Demi Kesejahteraan Nelayan

Pasar Rakyat ke-3 akan digelar di halaman KJRI Cape Town dengan pertamanan yang telah dipercantik dan diberi nama Jatayu Garden. Lokasi lainnya, di Ruang Garuda KJRI Cape Town yang baru dibangun.

Berbeda dengan Pasar Rakyat sebelumnya. Pasar Rakyat ke-3 akan dirangkai dengan Festival Film Indonesia. Agenda tersebut sudah memperoleh sambutan yang luar biasa dari banyak pihak. 

Baik anggota DPR dan MPR seperti Wulan Sutomo Jasmin dan Anna Latuconsina, Parlemen Afsel, kalangan pengusaha terutama UMKM, produser dan sutradara film, Pemerintah propinsi DKI Jakarta dan Bali Tourism Board. Wulan Sutomo Jasmin bahkan sangat aktif membantu menggerakkan UMKM dan produser film agar berpartisipasi di perhelatan ini.

Galang Kerja Sama

Demikian juga dengan Konjen RI Tudiono dan tim KJRI Cape Town terus menjajakan Pasar Rakyat dan Festival Film Indonesia.

"Tradisi Pasar Rakyat sudah berjalan ratusan tahun dan dipelihara dari generasi ke generasi. Pasar Rakyat Indonesia merefleksikan karakter asli masyarakat Indonesia yang ramah, bersahabat dan tulus. Ini menjadi perekat yang sangat kuat hubungan antara Indonesia dengan Cape Town," ujar Tudiono.

Jumlah peserta yang telah menyampaikan dukungan dan komitmen untuk berpartisipasi pun terus bertambah. Sebelumnya tercatat sekitar 11 peserta dari kalangan pengusaha, pemrpov, akademisi dan produser film yang akan hadir.

Pada 27 Juni 2024 di Jakarta, Konjen RI didampingi Konsul Ekonomi Setyo Hargyanto telah menjajakan event tersebut ke Mayora yang diwakili Managing Director Mayora Mulyono dan Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) (Dr. Witjaksana Darmosarkoro Director Sustainability and Smallholders), kalangan pengusaha kelapa sawit yaitu P.T. Golden Agri Resources (Harry Hanawi, Corporate Affair Director, P.T. SMART Tbk.) dan CEO Minamas Plantation Mr. Azmi Jaafar.

Baca juga : Bahlil Beberin Strategi Sukseskan Swasembada Gula Di Merauke

Mayora dan CPOPC menyatakan mendukung dan akan turut serta membuka booth di Pasar Rakyat dan Festival Film Indonesia. Mayora bahkan tertarik untuk built in dalam film yang akan dibuat oleh Production House Summerland berlatar belakang Indonesia - Cape Town, Afsel.

Sementara CPOPC bahkan berencana akan mengirimkan film mengenai Orang Utan dan Kelapa Sawit di Festival Film Indonesia. Konjen RI juga melakukan pertemuan dengan para Pimred, direktur dan redaktur sejumlah media massa. 

Selama kunjungan ke Indonesia, Konjen RI akan terus menjajakan Pasar Rakyat dan Festival Film Indonesia ke berbagai pihak untuk suksesnya acara tersebut dan misi mempererat hubungan masyarakat Cape Town dengan Indonesia.

Sejauh ini sejumlah produk Indonesia telah berhasil masuk ke Cape Town, Afsel. Di antaranya Indomie yang telah menempatkan distributor di Johannesburg, permen Kopiko, Balsam Geliga, furniture, rokok Jarum. Saat ini, salah satu perusahaan di Cape Town ingin mengimpor penanak nasi dari Surabaya.

Selain itu, KJRI Cape Town aktif mempromosikan pemasaran Kelapa sawit di Afsel. Konjen RI telah menemui Gubernur Free State dan Komisi Bisnis Parlemen Afsel. Responsnya sangat baik terutama mengingat kesiapan Indonesia memasarkan produk tersebut dalam bentuk white label yang memungkinkan pihak Afsel memberikan merek sendiri dan memperoleh nilai tambah dalam mendukung industri manufaktur.

Upaya tersebut perlu dilakukan secara terus-menerus sampai berhasil membuka kerja sama bisnis dan pemasaran kelapa sawit. Kunjungan ke Indonesia juga dimanfaatkan Konjen RI untuk mendorong kerja sama Sister City atau Sister Province antara Provinsi di wilayah akreditasi dengan di Indonesia. Salah satu provinsi di Afsel sudah menyatakan ketertarikannya untuk kerja sama ini.

Diaspora Indonesia di Cape Town mencapai lebih dari 330.000 orang. Mereka merupakan keturunan dari para ulama pejuang yang diasingkan oleh penjajah Belanda ke Cape Town karena perlawanan mereka terhadap penjajahan. Di antaranya adalah Syekh Yusuf Al Macassari yang tiba di Cape of Good Hope pada Juni 1693. Beliau merupakan penyebar Islam pertama di Afsel. Syekh Yusuf Al Macassari bahkan dinobatkan sebagai pahlawan nasional Afsel karena peran pentingnya dalam menginspirasi perlawanan rakyat Afsel terhadap penjajahan.

Baca juga : Tekan MoU, Unas Gandeng Pemprov Kaltim Tingkatkan Pendidikan dan Praktik

Selain itu adalah Tuan Guru dari Tidore yang diasingkan Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1780. Tuan Guru berhasil membangun masjid pertama di Cape Town dan dikenal dengan nama Masjid Auwal. Selain itu beliau dikenal sebagai penulis Mushaf Al Quran selama menjalani pengasingan. Mushaf ini ditulis berdasarkan ingatan Tuan Guru. Setelah dicek oleh para ahli Mushaf Quran dinyatakan hampir sempurna dan sampai saat ini masih tersimpan baik.

Tokoh lain adalah Pangeran Cakra Adiningrat dari Madura dibuang ke Roben Island pada 1740 dan meninggal di sana di tahun 1754. Pemimpin Nelson Mandela yang dipenjara di pulau itu selama 18 tahun karena menentang aparteid suatu ketika hampir putus asa karena penderitaan yang sangat berat dan lama. Namun melihat makam yang dipayungi shelter berwarna hijau yang cukup menyolok di pulau itu mengundang rasa penasarannya.

"Siapakah yang dimakamkan di sana?", pikirnya.

Setelah mendengar penjelasan bahwa yang dimakamkan di situ adalah Pangeran Cakra Adiningrat dari pulau Madura Indonesia, Nelson Mandela hatinya menjadi teguh.

"Apalah arti penderitaan saya dibandingkan dengan si fulan yang datang dari negeri jauh di Hindia Timur dan bahkan meninggal pun jauh dari negeri asal dan sanak saudara," pikir Mandela.

Indonesia memiliki tempat yang khusus di hati masyarakat Cape Town. Bahkan pengambilan keputusan dan sistem peradilan jika akan dibawa ke tingkat yang lebih tinggi pemerintahan Cape Town di bawah Gubernur Jenderal Belanda pada masa itu akan merujuk ke Batavia.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.