Dark/Light Mode

Kisah Di Balik Virus Corona Di Negeri Para Nabi

Senin, 16 Maret 2020 16:01 WIB
Andy Rachmianto *)
Andy Rachmianto *)

RM.id  Rakyat Merdeka - Penyebaran virus corona (Covid-19) di Negeri Para Nabi ternyata menjadi kisah tersendiri. Setidaknya bagi saya selaku Duta Besar RI di Yordania dan Palestina.

Kisah ini bermula ketika saya tengah menghadiri turnamen tinju kualifikasi Olimpiade Tokyo, Minggu (8/3) malam hari. Di saat saya bersama staf KBRI Amman dan sejumlah mahasiswa memberikan dukungan kepada Tim Tinju Indonesia, tiba-tiba telepon genggam saya bergetar. Sebuah pesan singkat memberitahukan, ada rombongan jamaah Indonesia tertahan di perbatasan tidak bisa masuk ke Yordania dari Palestina/Israel.

Mendapat berita tersebut, saya langsung menugaskan staf untuk mencari informasi lebih rinci tentang rombongan jamaah itu. Dalam waktu singkat, KBRI Amman telah mendapatkan nomor telepon genggam salah satu anggota rombongan. Dari anggota rombongan yang ternyata adalah wakil dari agen perjalanan diperoleh informasi yang lebih akurat.

Rombongan jamaah berjumlah 17 orang telah meninggalkan pintu imigrasi Israel dan ditolak pejabat imigrasi Yordania di pintu perbatasan Sheikh Hussein (sekitar dua jam di sebelah utara Kota Amman). Rombongan jamaah ini baru saja menyelesaikan ziarah Nasrani ke sejumlah tempat suci di Palestina dan Israel.

Baca juga : Cegah Penyebaran Virus Corona, MK Tunda Sidang Sampai Akhir Maret

Sesuai panggilan misi bahwa negara harus hadir dalam melindungi warganya di luar negeri, saya serta merta mengontak Direktur Imigrasi Yordania. Berkat hubungan baik, dalam tempo singkat saya berhasil memperoleh konfirmasi dari lapangan bahwa benar ada satu rombongan jamaah dari Indonesia dan dua rombongan dari negara lain, yang ditolak masuk ke Yordania. Alasan yang dikemukakan karena dalam jadwal perjalanan ziarah di Palestina, tercatat bahwa rombongan berkunjung ke Bethlehem, kota pertama yang terjangkit Covid-19 di Palestina.

Dengan penolakan masuk ke Yordania, muncul masalah lain yaitu karena hanya memiliki visa satu kali perjalanan, maka rombongan tidak bisa masuk kembali ke wilayah Israel. Dengan kata lain, 17 orang WNI tersebut “terjebak” di wilayah tak bertuan (no man’s land). Bisa dibayangkan suasana yang menyelimuti anggota rombongan panik dan khawatir.

Persoalan lain muncul karena KBRI Amman tidak dapat mengontak langsung imigrasi Israel karena ketiadaan hubungan diplomatik antara kedua negara. Segera saya hubungi kembali Direktur Imigrasi Yordania untuk memfasilitasi masuknya kembali rombongan melalui kontak ke pihak imigrasi Israel. Akhirnya rombongan jamaah berhasil masuk kembali ke Israel dan menginap di kota Tiberias sambil menunggu perkembangan dari KBRI Amman.

Pihak Yordania menjanjikan rombongan bisa masuk ke Yordania dua hari kemudian sesuai dengan jadwal penerbangan mereka ke Indonesia dengan syarat dari perbatasan Sheikh Hussein rombongan langsung menuju Bandara Internasional Queen Alia di Amman.

Baca juga : Cegah Corona, OJK: Kurangi Interaksi Tatap Muka

Keesokan harinya Satgas Perlindungan WNI KBRI Amman dikerahkan untuk koordinasi langkah-langkah solusi sekaligus mencari informasi lebih lanjut keberadaan rombongan jamaah lain yang masih berada di Palestina/Israel. Dalam tempo singkat, hasil komunikasi dan koordinasi di lapangan, diperoleh informasi, ada 14 grup jamaah lainnya dengan jumlah sekitar 450 orang yang masih tertahan.

Menghadapi situasi darurat ini, solusi yang tersedia bagi rombongan jamaah RI untuk bisa keluar adalah melalui pintu perbatasan Taba (Mesir) atau melalui Bandara Ben Gurion, Tel Aviv (Israel). KBRI Amman segera berkoordinasi dengan KBRI Kairo dan beberapa biro perjalanan untuk mengecek tentang status pintu perbatasan Taba. Diperoleh kabar ternyata perbatasan Taba masih terbuka untuk wisatawan yang akan keluar dari Palestina/ Israel, tetapi sebaliknya tertutup untuk yang ingin masuk dari Mesir.

Dalam waktu bersamaan sejumlah berita masuk dari beberapa biro perjalanan bahwa masih ada rombongan lain yang masih melakukan ziarah di Palestina/Israel. Bahkan seorang pendeta yang jamaahnya ikut dalam rombongan tersebut sempat mengontak saya untuk meminta bantuan KBRI Amman.

Akhirnya tercatat ada 20 grup jamaah yang mayoritas pengikut ziarah Nasrani dengan jumlah 615 orang yang akan terlantar di Negeri Para Nabi ini. Satgas Perlindungan WNI kemudian bergerak menghubungi semua biro perjalanan dan pemandu wisata dalam rombongan agar segera menuju pintu perbatasan Taba untuk keluar menuju Kairo dan melanjutkan perjalanan kembali ke Tanah Air. Meskipun sempat ada keengganan dari beberapa grup jamaah, KBRI Amman berhasil membujuk agar semua rombongan jamaah segera meninggalkan Palestina/Israel sebelum menghadapi risiko pintu perbatasan menuju Mesir juga ditutup.

Baca juga : PLN Tetap Siaga Jaga Pasokan Listrik Bagi Pelanggan

Pada Rabu (11/3) diperoleh berita resmi dari Pemerintah Yordania bahwa karena kekhawatiran penyebaran Covid-19 dari wilayah Palestina/Israel, dua pintu perbatasan yaitu Al-lenby/King Hussein Bridge dan Sheikh Hussein secara resmi ditutup dua arah bagi wisatawan asing. Melalui koordinasi intensif dengan pihak biro perjalanan, baik di lapangan maupun di Indonesia, pada Kamis (12/3) akhirnya seluruh 20 grup jamaah Indonesia berjumlah 615 orang yang sempat “terjebak” berhasil keluar dengan selamat. Sebagian besar rombongan keluar melalui pintu perbatasan Taba, namun ada pula yang melalui Bandara Ben Gurion dan King Hussein Bridge.

Kisah penanganan para peziarah relijius ke Palestina/ Israel yang sempat terlantar merupakan bentuk kehadiran negara dalam perlindungan warganya di luar negeri. Ini juga bentuk pelaksanaan diplomasi perlindungan sebagai salah satu prioritas kebijakan luar negeri pemerintahan Presiden Jokowi di periode kedua. Untuk itu, perwakilan RI di luar negeri menjadi ujung tombak diplomasi perlindungan, termasuk yang dilakukan KBRI Amman dalam membantu dan memfasilitasi sekitar 615 WNI yang sempat “terjebak” di wilayah Palestina/ Israel beberapa waktu lalu.

Kisah ini juga menjadi bukti bahwa Covid-19 tidak hanya menjadi ancaman bagi kesehatan, ekonomi dan keamanan, tetapi juga memiliki dampak kemanusiaan, khususnya bagi mobilitas warga negara Indonesia yang melakukan perjalanan ke luar negeri. Semoga kisah ini bisa menjadi pelajaran, tidak hanya bagi perwakilan RI di luar negeri lainnya, tetapi khususnya bagi wisatawan Indonesia yang merencanakan perjalanan ke luar negeri.

*) Penulis adalah Duta Besar RI untuk Yordania dan Palestina.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.