Dark/Light Mode

Jangan Khawatir, Pakar Nobel 2013 Ramalkan Pandemi Corona Akan Segera Berakhir

Jumat, 27 Maret 2020 06:17 WIB
Ahli Biofisika Peraih Nobel 2013, Michael Levitt (Foto: Net)
Ahli Biofisika Peraih Nobel 2013, Michael Levitt (Foto: Net)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ahli biofisika Stanford, Michael Levitt yang menerima Nobel 2013 di bidang ilmu kimia untuk "pengembangan model kompleks sistem kimia" mempunyai prediksi baru untuk wabah Corona atau Covid-19, setelah ramalannya terhadap penurunan wabah Corona di China terbukti.

Sekarang ini, seperti dikutip Swarajya, Levitt memprediksi pandemi Corona akan segera berakhir.

Los Angeles Times melaporkan, Levitt telah menganalisis jumlah kasus Covid-19 di seluruh dunia pada Januari 2020.

Data yang ada menyebutkan, pada 31 Januari 2020, China memiliki 46 angka kematian baru. Sedikit lebih tinggi dibanding hari sebelumnya, yang tercatat 42.

"Ini menunjukkan bahwa peningkatan dalam jumlah kematian akan melambat, hingga lebih dari seminggu depan," prediksi Levitt pada 1 Februari, yang viral di media sosial China.

Baca juga : PKS dan IDI Sepakat, Kebijakan Soal Corona Jangan Sekadar Imbauan

Setelahnya, jumlah angka kematian di China dilaporkan terus menurun.

Tiga pekan setelahnya, Levitt juga memprediksi bahwa pertumbuhan virus di China telah mencapai puncak. Ia memperkirakan, China bakal memiliki sekitar 80 ribu kasus dan 3.250 angka kematian.

Prediksi ini pun terbukti. Pada 16 Maret 2020, total kasus Covid-19 di China berjumlah 80.298, dengan 3.245 angka kematian.

Pada Senin (23/3), Tech Times melansir, China melaporkan 39 kasus baru Corona pada Minggu 22 Maret 2020. Angka ini turun 7 kasus, dibanding hari sebelumnya yang mencapai 46. Semua kasus baru itu dibawa traveler dari luar negeri.

Ini berarti, tidak ada kasus penyebaran komunitas baru, sejak Rabu 18 Maret 2020.

Baca juga : Gara-gara Corona, Buruh Khawatir Makin Sengsara

Levitt pun memprediksi, hal serupa juga akan terjadi di belahan dunia lainnya. Termasuk, Amerika Serikat.

Prediksi ini kontras dengan perkiraan para ahli epidemiologi, yang menyebut bakal ada jutaan angka kematian di dunia akibat Covid-19.

Bahkan, para ahli epidemiologi itu juga memprediksi pandemi Covid-19 bakal berlangsung selama berbulan-bulan, atau bahkan hingga hitungan tahun.

Ahli epidemiologi Inggris, Dr. Neil M. Ferguson misalnya. Seperti dilansir New York Times, ia meramalkan AS bakal menghadapi 2,2 juta angka kematian.

Namun, pernyataan tersebut dibantah Levitt. Menurutnya, data yang ada saat ini, tidak mendukung asumsi tersebut. Terutama, di tempat-tempat yang telah menerapkan upaya pencegahan seperti pembatasan jarak atau social distancing. Meski upaya pencegahannya tak seketat China.

Baca juga : Tekan Penyebaran Corona, KAI Kurangi Perjalanan Secara Bertahap

Data yang dimaksud adalah data dari 78 negara, yang telah mengkonfirmasi lebih dari 50 kasus Covid-19.

Bila dilihat dari jumlah kasus per hari dibanding jumlah kasus secara kumulatif, serta persentase pertumbuhan kasus per hari berdasarkan data tersebut, Levitt justru melihat adanya tanda-tanda bahwa kasus ini akan segera berakhir.

"Angkanya memang masih besar. Namun, tanda-tanda yang mengarah pada pertumbuhan yang melambat semakin jelas," klaim Levitt, yang mengaku datanya masih berantakan.

Meski datanya belum komplit, Levitt yakin, penurunan jumlah kasus yang konsisten menunjukkan adanya faktor-faktor lain yang bekerja. Tak sekadar jumlah kasus yang membikin panik.

"Jangan khawatir. Kita akan baik-baik saja. Yang terpenting saat ini adalah jangan panik, terus menerapkan social distancing, dan jangan bikin acara kumpul-kumpul. Kita masih perlu beberapa bulan untuk menunggu kedatangan vaksin," pungkas Levitt. [HES]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.