Dark/Light Mode

Sehari, 2.000 Orang Tewas

Karena Corona, Amerika yang Perkasa Jadi Letoy

Minggu, 12 April 2020 06:28 WIB
Pasien corona yang meninggal di Amerika Serikat sangat banyak tiap harinya. Mayatmayatnya dikubur secara massal. Mereka disatukan dalam parit di sebuah pulau yang jauh dari kediaman warga. Ini bisa dilihat dalam prosesi pemakaman massal di Pulau Hart, Bronx, New York. (Foto: Istimewa)
Pasien corona yang meninggal di Amerika Serikat sangat banyak tiap harinya. Mayatmayatnya dikubur secara massal. Mereka disatukan dalam parit di sebuah pulau yang jauh dari kediaman warga. Ini bisa dilihat dalam prosesi pemakaman massal di Pulau Hart, Bronx, New York. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Jumlah korban meninggal karena corona di Amerika Serikat (AS) sangat banyak. Kemarin, dalam sehari dilaporkan ada 2.000 orang tewas. Karena corona, Amerika yang perkasa pun jadi letoy. 

Terhitung, sudah 18.747 orang di AS yang meninggal akibat virus dari Wuhan itu. Banyaknya orang yang meninggal membuat rumah sakit (RS) di AS kewalahan menyimpan mayat. RS Brooklyn misalnya, terpaksa harus menyimpan jenazah di trailer berpendingin. 

Meski begitu, para ahli kesehatan yang tergabung dalam Gugus Tugas Covid-19 Gedung Putih mengklaim, kurva wabah corona mulai stagnan. Menurut Dr Anthony Fauci, AS mulai memasuki tahap penurunan wabah, baik angka kasus positif maupun kematian. 

Baca juga : Andi Gani: Dampak Corona Sangat Terasa Di Masyarakat

Hal senada diungkapkan Dr Deborah Birx. Dia menilai, kondisi wabah corona yang mulai stabil merupakan pertanda bagus. Akan tetapi, dia mengingatkan, kondisi ini belum mencapai puncak wabah, sehingga pemerintah belum bisa mencabut semua aturan yang telah ditetapkan demi menghambat penyebaran virus corona. 

“Kita harus terus melakukan apa yang kita lakukan seperti sebelumnya. Karena itulah yang akan membawa kita melintasi puncak dan menuruninya,” ujat Birx seperti dikutip dari kantor berita AFP, Jumat (10/4). 

Peristiwa ini sebelumnya telah diprediksi para peneliti kesehatan AS. Mereka memperkirakan puncak kematian karena corona terjadi Jumat, (10/4). Kemudian angka kematian secara bertahap akan menurun. 

Baca juga : Provokator Tolak Jenazah Korban Corona, 3 Warga di Semarang Jadi Tersangka

Diperkirakan, kasus akan turun menjadi sekitar 970 orang per hari pada awal Mei 2020. Keyakinan ini diperoleh lantaran jumlah kasus corona di negara bagian New Jersey, Chicago, dan New York sebagai pusat wabah corona, mulai turun. Gubernur New York, Andrew Cuomo membenarkan, jumlah kematian di daerahnya mulai berkurang. 

Selain itu, Cuomo mengungkapkan, jumlah pasien rawat inap baru hanya meningkat 290 kasus. Artinya jauh lebih sedikit dari pekan lalu, ketika lebih dari 1.000 kasus rawat inap corona diterima setiap hari. Jumlah pasien perawatan intensif di New York juga sedikit menurun untuk pertama kalinya sejak pertengahan Maret. 

Penurunan ini, kata Cuomo, pertanda kebijakan jaga jarak mulai menunjukkan efeknya. Tapi, dia menekankan pemerintahannya akan tetap memberlakukan aturan ketat dalam melawan corona. 

Baca juga : Tangani Wabah Corona, Kemenristek Gandeng 165 Peneliti Diaspora

“Ini memang kabar baik dan seolaholah menyiratkan oh, kita sudah bisa tenang. Tidak, kita sama sekali belum bisa tenang. Kurva yang mulai datar merupakan konsekuensi dari apa yang kita lakukan kemarin dan dua hari lalu,” kata Cuomo seperti dilansir dari kantor berita New York Post, Jumat, (10/4). [UMM]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.