Dark/Light Mode

New Normal Ala Negeri Panda, Tempat Wisata Nggak Populer Jadi Laku

Kamis, 21 Mei 2020 22:44 WIB
Duta Besar Indonesia untuk China Djauhari Oratmangun dalam perbincangan virtual.
Duta Besar Indonesia untuk China Djauhari Oratmangun dalam perbincangan virtual.

RM.id  Rakyat Merdeka - Kehidupan normal yang baru, atau The new normal, jadi tantangan bagi negara yang sudah berhasil melewati masa terberat melawan pandemi Covid-19. Tiap warga dituntut untuk disiplin hidup sehat setiap saat. Dan yang pasti, harus selalu mematuhi segala protokol yang dianjurkan.

Di China, negara tempat pertama kali virus corona menyebar, kehidupan normal baru sudah mulai berjalan. Menurut Duta Besar Indonesia untuk China Djauhari Oratmangun, saat ini, kasus Covid-19 di negara tersebut sudah stabil.

Sejumlah besar wilayah sudah dibuka. Aktivitas masyarakat pun sudah berjalan normal. Hal itu terbukti dengan dibukanya sektor industri sejak akhir Februari lalu.

Baca juga : The New Normal di Thailand, Mall Ini Pakai Pedal Untuk Akses Lantai

Akses untuk publik pun secara bertahap dibuka. Namun, aturan jaga jarak atau physical distancing masih tetap berjalan. Saat berkunjung ke pusat keramaian, kata Djauhari, suhu tubuh akan diukur. Lalu, dimonitor secara terus menerus dengan menggunakan aplikasi tertentu.

“Secara bertahap normal. Misalkan ke pasar yang tadinya cuma boleh 30 persen, sekarang bisa 75 persen. Tapi harus tetap bermasker,” kata Djauhari saat diskusi virtual yang diselenggarakan Impact Hub, Minggu (17/5).

Perubahan lainnya, sambung Djauhari, adanya jumlah pembatasan pengunjung di lokasi wisata. Tempat wisata terkenal seperti Forbidden City, yang biasa bisa menampung 80 ribu turis, dibatasi hanya sampai 5 ribu. Dan terus meningkat. Efek lainnya, tempat wisata yang sebelumnya kurang dikenal, jadi lebih sering dikunjungi karena ada pembatasan di tempat wisata populer.

Baca juga : Lewat Zoom, KBRI Roma Gelar Peringatan Nuzulul Quran di Italia

Saat ini, kata mantan Dubes RI untuk Rusia itu, sudah 19 provinsi yang dinyatakan bebas dari Covid-19. Kegiatan ekonomi bisa dikatakan sudah berlangsung normal. Penerbangan pun sudah dibuka. Dengan melayani ratusan keberangkatan maupun kedatangan setiap harinya. Tapi, meskipun kondisi sudah berangsur normal, warga dan pemerintah tetap waspada.

“Salah satu buktinya kewaspadaannya, selama sepekan sejak lockdown dibuka, 11 juta warga Wuhan dites swab,” bebernya.

Tapi, tak semua wilayah yang lockdown, pembatasannya sudah dicabut. Tempat-tempat lain juga masih diberlakukan pembatasan. Meski dengan tingkatan berbeda.

Baca juga : Nggak Pengen Mudik

“Kayak Beijing, atau Provinsi Jilin itu masih ada pembatasan. Di Jilin itu kan ada lagi klaster baru,” ujarnya.

Secara garis besar, sambungnya, pembatasan dan lockdown di China dikatakan berhasil. Karena, sistem yang sentralistik. Jadi, apa yang diperintah pusat, pasti akan dilaksanakan daerah. Mulai dari tingkat provinsi hingga tingkat RT atau RW.

Selain itu, katanya, ada semangat kebersamaan di antara warga China. Warga saling membantu. “Kayak waktu Wuhan lock- down, itu pasokan logistik lancar. Suplai datang dari wilayah sekitar. Dan, kalau mau beli harganya tetap,” tuntasnya. [PYB]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.