Dark/Light Mode

Selama Puasa, WNI Di Austria Gelar Pengajian dan Demo Masak Online

Kamis, 21 Mei 2020 23:56 WIB
Duta Besar Indonesia untuk Austria Darmansjah Djumala diskusi virtual Impact Hub.
Duta Besar Indonesia untuk Austria Darmansjah Djumala diskusi virtual Impact Hub.

RM.id  Rakyat Merdeka - Di Austria, pola kehidupan normal yang baru atau the new normal, tak cuma dilakukan untuk kegiatan yang menyangkut pekerjaan atau profesi. New normal juga berlaku dalam kehidupan spiritual. Terutama bagi Warga Negara Indonesia (WNI) di negara itu saat menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan tahun ini.

Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Austria Darmansjah Djumala menyebut, kegiatan ibadah WNI di negara itu tetap berjalan. Tapi dengan cara lain. Virtual. Kata Djumala, saat ini kegiatan pengajian online untuk orang dewasa dan anak.

"Kajian jalan terus. Di sini juga ada Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) jalan terus. Tapi pakai cara new normal. Online," beber Djumala, saat diskusi virtual Impact Hub, Minggu (17/5).

Tak cuma ibadah. Kegiatan kumpul-kumpul pun tetap dilakukan. Seperti yang biasa dilakukan WNI dimana pun selama Ramadan. Bedanya, kumpul-kumpul saat ini dilakukan secara virtual. Tapi, kata Djumala, tetap tak menghalangi kreativitas WNI. Bahkan, ada demo masak secara online tiap menjelang waktu berbuka puasa.

Baca juga : Ketua TP PKK Tri Tito Karnavian Gelar Baksos di Kantor Lurah Manggarai

"Mereka bertukar resep masakan secara online. Bahkan ada fashion show online. Di tengah situasi sekarang, warga justru makin kreatif," katanya.

Dia menambahkan, gara-gara pandemi Covid-19, perubahan masyarakat Austria atau dunia secara umum langsung terlihat. Salah satunya adalah menyelenggarakan berbagai kegiatan secara virtual. Bahkan, sambungnya,

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menilai itu sebagai sesuatu yang efektif. Cepat dan murah. Kata Djumala, kegiatan yang dilakukan secara virtual nantinya akan jadi hal yang normal.

Covid-19 menurutnya, akan menjadi akselerator dalam membangun masyarakat digital. Artinya, sejumlah aspek bisa di-online-kan. Meski tidak seluruhnya. Artinya, masyarakat yang berbasis digital atau digital society bakal tumbuh lebih cepat. Dia juga menampik globalisasi jadi salah satu cepatnya penyabaran Covid-19.

Baca juga : Lewat Zoom, KBRI Roma Gelar Peringatan Nuzulul Quran di Italia

Dan, mantan Kepala Sekretariat Presiden itu meyakini, globalisasi tidak akan mati karena Covid-19. Dia bilang, globalisasi adalah hal yang mahal. Selama manusia masih menghuni bumi, globalisasi akan terus berjalan.

"Tak akan berhenti karena pandemi. Justru akan terus berputar," katanya. 

Austria adalah negara yang terletak di tengah benua Eropa. Berbatasan langsung dengan Italia dan Jerman. Negara-negara yang terhantam virus corona cukup parah.

Kasus positif Covid-19 pertama di Austria diumumkan pada 25 Februari 2020. Kota pertama yang terkena adalah Tyrol. Lalu, pada 16 Maret 2020, pemerintah setempat mulai memberlakukan karantina parsial.

Baca juga : Ikatan Istri Partai Golkar Serahkan Ribuan APD dan Sembako ke Wilayah Jabodetabek

Dengan penegakan hukum yang tegas, dan disiplin dari masyarakat, Austria mencapai puncak penyebaran pada 27 Maret 2020. Setelah itu tren menurut. Dengan jumlah kasus positif harian terus menurun. Dan pada April mulai melandai. Relaksasi karantina pun mulai dilakukan.

Restoran, toko, taman umum sudah mulai dibuka. Dengan membatasi jumlah pengunjung. Relaksasi karantina akan dievaluasi dua minggu sekali.

"Akhir Mei ini akan diumumkan, apakah relaksasi akan diteruskan atau tidak," terang Djumala.[PYB]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.