Dark/Light Mode

Jangan Salah Sangka, Ethiopia Bukan Lagi Negara Miskin Dan Terbelakang

Rabu, 27 Mei 2020 14:48 WIB
Duta Besar RI untuk Ethiopia, Djibouti dan Uni Africa, Al Busyra Basnur.
Duta Besar RI untuk Ethiopia, Djibouti dan Uni Africa, Al Busyra Basnur.

RM.id  Rakyat Merdeka - Selain ngomongin Lebaran, saat acara Ngobrol Santuy Live Instagram @rakyatmerdeka1999 "Lebaran di Ethiopia" Duta Besar RI untuk Ethiopia, Djibouti dan Uni Africa, Al Busyra Basnur menceritakan kondisi terkini negeri itu. 

Menurutnya, banyak kalangan yang salah sangka dan duga terhadap negara ini. Cap negara miskin, terbelakang dan kelaparan, tidak benar adanya. Ethiopia kini sudah maju.

Ethiopia, kata Dubes Al, memang pada tahun 84-85 mengalami kejatuhan karena kelaparan. Penyebabnya musim kemarau panjang. Setelahnya, negara ini bangkit berkat kekuatan sendiri, dan bantuan masyarakat internasional. Juga yang tak kalah penting bantuan diaspora Ethipoia yang ada di luar negeri. Hasilnya, dari 2008 hingga 2017, pertumbuhan ekonominya mencapai 10 persen. 

Baca juga : Bima Sakti Terinspirasi Pemusatan Latihan Secara Virtual Ala Shin Tae-yong


Industri dan infrastruktur juga meningkat pesat. Malah, dari sektor transportasi umum, LRT sudah ada lebih dulu di Addis Adaba ketimbang di Jakarta. Sudah 9 tahun yang lalu beroperasi. Jalanan juga sudah diaspal. Kata Dubes Al, 50 persen semua jalan di Afrika, sudah diaspal. Nah, di Ethipoia 80 persen jalannya sudah diaspal. 

"Ada jalan tol banyak. Jadi pemerintah di sini sangat memahami, untuk meningkatkan ekonomi, transportasi harus dibangun. Banyak investasi dari China dan negara lain juga," ujar Dubes Al.

Ethiopia, lanjutnya, adalah negara land lock country. Karenanya, pelabuhan laut untuk distribusi barang bekerjasama dengan Djibouti. Ada rel kereta yang terhubung ke Ethiopia untuk membantu barang masuk.

Baca juga : Ingatkan Bahaya Corona, Pria Berdandan Ala Malaikat Maut


"Jadi sudah maju. Afrika ini ada 55 negara. Punya perserikatan namanya Uni Africa. Nah markas besarnya di Adis Ababa. Addis Adaba disebut juga Capital of Africa," ungkapnya. 

Dengan jumlah penduduk 112 juta, negara ini adalah market besar dan potensial bagi Indonesia. Sudah ada lima produk Indonesia di negara ini. "Ada Sabun B 29 sejak 90-an. Indomie juga ada, dan perusahaan garmen juga," tambahnya.

Kerjasama ekonomi Ethipoia dan Indonesia, lanjutnya, terus berkembang. Investasi baru dari Indonesia juga terus meningkat. Sayang, targetnya ambyar pada semester pertama tahun ini. Padahal sudah ada rencana 50 pengusaha Ethiopia  akan datang ke Indonesia untuk mengisi puluhan kawasan industri yang akan dibangun tahun ini. Sayang, karena corona, sementara ini dibatalkan.

Baca juga : Samad Ramaikan Tagar Mendung Di Langit KPK


"Pada intinya banyak yang salah kira dengan Ethiopia. Karena Afrika dikira panas. Juga dikira terbelakang dan belum maju. Soal iklim saja, di sini berada 9 sampai 27 celcius, cuacanya dingin dan sejuk. Saya punya banyak heater di sini. Banyak pengusaha ogah ke Afrika, denger namanya saja sudah mules. Ternyata setelah mendengar pemaparan saya, tertarik dan mau ke sini," terang Dubes Al. [FAQ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.