Dark/Light Mode

Ngetwit Bernada Ancaman

Trump Dijewer Twitter

Kamis, 25 Juni 2020 06:10 WIB
Presiden AS Donald Trump (Foto: Istimewa)
Presiden AS Donald Trump (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Donald Trump kembali dijewer Twitter. Cuitan Presiden Amerika Serikat yang kontroversial itu ditandai Twitter sebagai hal yang melanggar aturan. Pasalnya, Trump nge-tweet hal yang bernada ancaman.

"Tidak akan pernah ada 'Zona Otonomi' di Washington DC, selama saya Presiden Anda. Jika mereka mencoba, mereka akan bertemu dengan kekuatan serius!" begitu cuitan Trump di akun Twitternya, @realDonaldTrump, Selasa kemarin.

Cuitan Trump ini merupakan respons atas aksi vandalisme dan upaya demonstran antirasisme mendirikan 'Zona Otonomi' bebas Polisi di Washington DC, yang terjadi sebelumnya. Usai aksi itu muncul tulisan besar “BHAZ” di depan Gereja St. John Episcopal, dekat Gedung Putih. 'BHAZ' merupakan singkatan dari Black House Autonomous Zone. Kemudian, di Taman Lafayette, para demonstran juga mendirikan tenda-tenda. Mereka berupaya merobohkan patung Presiden ke-7 AS, Andrew Jackson. Sebab, Jackson punya riwayat kebijakan brutal terhadap warga pribumi AS dan pernah punya budak.

Baca juga : Cerita Driver Ojol Yang Dapat Pinjaman Murah Dari BRI

Melihat itu, pihak Twitter langsung gercep alias gerak cepat menyembunyikan cuitan tersebut. Tapi, tidak hapus. Mereka hanya menandainya sebagai cuitan yang melanggar peraturan.

"Tweet ini melanggar Peraturan Twitter tentang perilaku yang bersifat menghina. Namun, karena mungkin bersangkutan dengan minat publik, Twitter memutuskan untuk membuat Tweet ini tetap dapat diakses," demikian bunyi keterangan Twitter.

Cuitan tetap bisa dibuka. Untuk warganet yang ingin melihat, bisa mengklik opsi 'lihat' yang disediakan. Hanya saja, cuitan itu tidak bisa disukai dan dikomentari secara langsung. Cuitan itu hanya bisa dikomentari dengan cara diretweet. 

Baca juga : PLN Bentuk 74 Posko Layanan Setrum Di NTT

Ini bukan kali pertama Trump dijewer Twitter. Pada 25 Mei lalu, kicauan Presiden ke-45 AS itu juga pernah ditandai bermasalah karena cuitannya berbau kekerasan. Saat itu, Trump merespons aksi protes menentang rasisme di AS yang dipicu kematian George Floyd. Gelombang protes itu terjadi secara masif di sejumlah negara bagian. 

Twitter menandai cuitan itu sebagai glorifikasi kekerasan. Sebabnya, sang presiden menulis: ketika penjarahan dimulai, tembakan mulai. Bahkan, Trump juga mengancam Wali Kota Minneapolis, Jacob Frey. Jika Wali Kota tak bisa mengontrol kekacauan itu, ia akan menerjunkan tentara nasional.

Mulanya, Twitter hanya menyembunyikan cuitan tersebut. Namun pengguna Twitter masih bisa mengaksesnya. Mereka beralasan minat pengguna yang membaca cuitan tersebut tinggi.

Baca juga : Gegara Hobi Ngetweet, Trump Dijuluki Presiden Tweety

Saat itu, Twitter bersikap lebih keras. Menghapus cuitan tersebut. Sehingga tidak dapat diakses lagi.

Twitter juga pernah menyebut dua kicauan Trump tidak berdasar atau 'unsubstantiated'. Twitter menuduh Trump melakukan klaim palsu. Ketika itu, Twitter merujuk sejumlah media mainstream Amerika untuk cek fakta, sebagai bagian dari upaya melawan berita bohong.

Trump ngamuk. Saat itu ia sempat mengancam akan menutup Twitter, hingga meneken perintah eksekutif untuk mengatur media sosial. [SAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.