Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Untuk Pertama Kalinya dalam 11 Tahun

Inggris Resmi Alami Resesi

Rabu, 12 Agustus 2020 17:08 WIB
Rishi Sunak (kanan) bersama Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson. (Foto: ANDREW PARSONS/10 DOWNING STREET)
Rishi Sunak (kanan) bersama Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson. (Foto: ANDREW PARSONS/10 DOWNING STREET)

RM.id  Rakyat Merdeka - Dibanding tiga bulan pertama tahun ini, perekonomian Inggris jeblok 20,4%

Pengeluaran rumah tangga pun anjlok, karena toko-toko diperintahkan untuk tutup. Sementara produksi pabrik dan konstruksi juga turun. Kondisi ini mendorong Inggris ke dalam resesi teknis pertamanya -yang didefinisikan sebagai penurunan ekonomi dua kuartal berturut-turut- sejak 2009.

Kantor Statistik Nasional (ONS) mengatakan. ekonomi bangkit kembali pada bulan Juni karena pembatasan pergerakan pemerintah mulai berkurang. Jonathan Athow, Wakil Ahli Statistik Nasional untuk Statistik Ekonomi, mengatakan: "Meskipun demikian, produk domestik bruto (PDB) pada bulan Juni masih tetap berada di urutan keenam di bawah levelnya pada bulan Februari, sebelum virus menyerang."

ONS mengatakan, jatuhnya output didorong oleh penutupan toko-toko, hotel, restoran, sekolah dan bengkel mobil. Sektor jasa, yang menggerakkan empat perlima ekonomi, mengalami penurunan kuartalan terbesar dalam catatan. Penutupan pabrik juga mengakibatkan produksi mobil paling lambat sejak 1954. Yang jelas, penurunan ekonomi terkonsentrasi pada bulan April, di puncak lockdown.

Pada skala bulan ke bulan, ekonomi tumbuh sebesar 8,7% di bulan Juni, membangun pertumbuhan di bulan Mei.

Toko pakaian, toko buku, dan pengecer tidak penting lainnya kembali beroperasi di Inggris pada 15 Juni. Sementara pekerjaan konstruksi melonjak setelah penurunan besar dalam dua bulan sebelumnya.

Baca juga : Satu Kakinya Sudah Ada di Jurang Resesi

Meski demikian, Kanselir Inggris Rishi Sunak mengatakan, kemerosotan ekonomi akan menyebabkan lebih banyak kehilangan pekerjaan dalam beberapa bulan mendatang.

Angka pekerjaan resmi menunjukkan jumlah orang yang bekerja, turun 220.000 antara April dan Juni. Penurunan ini merupakan penurunan kuartalan terbesar sejak Mei hingga Juli 2009, bagian terdalam dari krisis keuangan.

"Ratusan ribu orang telah kehilangan pekerjaan mereka. Sayangnya, dalam beberapa bulan mendatang akan lebih banyak lagi,” ungkapnya.

"Saya dapat meyakinkan orang-orang, tidak ada yang akan ditinggalkan tanpa harapan atau kesempatan," sambung Sunak

Di sisi lain, kelompok bisnis mendesak pemerintah berbuat lebih banyak untuk mendukung pemulihan ekonomi. Alpesh Paleja, ekonom di Confederation of British Industry mengatakan, banyak perusahaan yang kesulitan membayar tagihan tepat waktu.

"Pemulihan berkelanjutan sama sekali tidak terjamin. Ancaman ganda dari gelombang kedua dan lambatnya kemajuan atas negosiasi Brexit juga sangat memprihatinkan," jelasnya.

Baca juga : Tok, Hagia Sophia di Turki Resmi Difungsikan Jadi Masjid

Sementara Institute of Directors (IoD) mengatakan, utang yang menumpuk, membuat bisnis sulit untuk terus maju dengan rencana pengeluaran. IoD adalah organisasi bisnis untuk direktur perusahaan, pemimpin bisnis senior, dan pengusaha di Inggris. Organisasi ini merupakan wadah terlama para pemimpin profesional, yang didirikan pada 1903.

Ekonom senior IoD, Tej Parikh menyatakan, angka kehilangan pekerjaan terus meningkat. “Tumpukan hutang yang harus ditanggung bisnis juga dapat menyebabkan mabuk berkepanjangan,” ungkapnya.

Mereka mendesak pemerintah memotong iuran asuransi nasional pengusaha. Ia juga mengatakan, hibah lebih lanjut untuk usaha kecil akan membantu mereka melewati pandemi.

Kantor Pertanggungjawaban Anggaran (The Office for Budget Responsibility), lembaga resmi pemerintah memperkirakan, pemulihan akan memakan waktu lebih lama.

 

Kemerosotan Inggris Parah

Baca juga : Demokrat Klaim Raih Ribuan Anggota

Menurut analisa awal, kemerosotan Inggris juga merupakan salah satu yang terbesar di antara negara-negara maju. Perekonomian lebih dari seperlima lebih kecil dari pada akhir tahun lalu. Penurunan ini tidak seburuk penurunan 22,7% di Spanyol, tapi sekitar dua kali lipat penurunan di Jerman dan AS.

Bank of England mencatat, pengeluaran sosial seperti makan di luar, pergi ke konser atau menonton pertandingan sepak bola, adalah pendorong pertumbuhan yang lebih besar di Inggris daripada di Amerika atau zona euro.

Angka PDB resmi pertama untuk periode ini menunjukkan, lebih dari seperlima nilai ekonomi yang hilang sejak awal tahun, terutama didorong oleh penutupan yang parah pada bulan April.

Tingkat dan kecepatan kontraksi, meskipun tidak mengherankan, mencerminkan pukulan ekonomi yang telah mempengaruhi setiap jalan raya dan kota serta kota di negara ini. Ekonomi sekarang tumbuh lagi, tetapi tidak semua lampu yang diredupkan untuk melindungi kesehatan masyarakat di musim semi, akan dinyalakan kembali. (Szu Ping Chan/ BBC/RUS)

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.