Dark/Light Mode

Dampak Travel Advice Kunjungan Ke Tanah Air

Studi Bahasa Indonesia Di Australia Sepi Peminat

Senin, 19 November 2018 12:29 WIB
Presiden Jokowi dan PM Scott Morrison (tengah kiri) berpose akrab saat pemimpin Australi itu berkunjung ke Indonesia Agustus lalu. (Foto: Scott Morrison Twitter)
Presiden Jokowi dan PM Scott Morrison (tengah kiri) berpose akrab saat pemimpin Australi itu berkunjung ke Indonesia Agustus lalu. (Foto: Scott Morrison Twitter)

RM.id  Rakyat Merdeka - Australia menyarankan generasi mudanya mempelajari Bahasa Indonesia. Namun seiring berjalannya waktu, minat siswa belajar mata pelajaran itu menurun. Pembelajaran Bahasa Indonesia sudah berlangsung sejak 1970. Penurunan minat belajar Bahasa Indonesia diamini Pakar Bahasa Indonesia dari University of Melbourne Tim Lindsey.

“Jumlah siswa-siswi yang antusias mempelajari bahasa Indonesia pada tahun 70an jauh lebih banyak dibandingkan dengan saat ini,” jelas Lindsey. “Salah satu hal yang menyebabkan menurunnya keinginan para pelajar untuk mempelajari Bahasa Indonesia adalah adanya beberapa larangan untuk mengunjungi Indonesia, lantaran sejumlah kasus terorisme seperti Bom Bali pada 2002 dan insiden lain yang membuat pihak Australia mengeluarkantravel advice,” imbuhnya. Mengutip the conversation, Bahasa Indonesia termasuk tiga bahasa yang paling banyak diincar siswa Australia. Pada 2010 sekitar 190 ribu siswa belajar Bahasa Indonesia.

Baca juga : Lion Dibenci, Juga Dicintai (Pemerintah)

Terpisah, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) akan mendiskusikan hal tersebut dengan institusi bersangkutan. Menurut Atase Kebudayaan dan Pendidikan KBRI Canberra Imran Hanafi, KBRI tetap melakukan berbagai kegiatan kebudayaan untuk mempromosikan Indonesia kepada warga Australia. Seperti ‘Indonesian Festival’ di aula KBRI di Canberra, Sabtu (17/11).

Lebih dari 500 sekolah dasar di Negeri Kanguru itu mewajibkan mata pelajaran Bahasa Indonesia. Namun, apa jadinya jika sekolah tempat berkumpulnya anak-anak diplomat, pejabat pemerintah dan elite Australia ingin menghapus mata pelajaran itu. Nama sekolah itu, Narrabundah College. Berlokasi di Canberra. Mata pelajaran itu terancam dihapus jika pada 2019, jumlah siswa minimum per kelas tak terpenuhi.

Baca juga : Trump: Laporan CIA Prematur

Keputusan tersebut menimbulkan protes dari sejumlah kalangan termasuk pelajar, akademisi dan alumni. Aksi protes disebarluaskan melalui situs Change.org dengan subjek berjudul ‘Bring Back Indonesian at Bundah 2019’. Sejak diluncurkan pekan lalu, petisi hampir meraup 5.800 dukungan.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.