Dark/Light Mode

Peringatan Kedubes Norwegia, Bamako

Awas! Kudeta Militer di Mali

Selasa, 18 Agustus 2020 21:13 WIB
Pasukan bersenjata di Mali. [Foto Ilustrasi: hallmarknews]
Pasukan bersenjata di Mali. [Foto Ilustrasi: hallmarknews]

RM.id  Rakyat Merdeka - Di tengah kekacauan dan kesimpang-siuran informasi di Bamako, Ibu Kota Republik Mali, Kedutaan Besar (Kedubes) Norwegia menyampaikan peringatan adanya kudeta militer di sana.

"Kedutaan diberitahu adanya pemberontakan oleh Angkatan Bersenjata Mali. Pasukan militer kini sedang dalam perjalanan ke Bamako. Warga Norwegia harus berhati-hati. Lebih baik tinggal di rumah, sampai situasinya jelas," kata sebuah pernyataan resmi Kedutaan Besar Norwegia dalam peringatan kepada warganya.

Suara tembakan terdengar di pangkalan militer dekat Ibu Kota Mali, Bamako pada Selasa (18/8/2020). Di tengah krisis politik yang kini sedang berlangsung di negara bagian Sahel, kondisi ini memicu kemungkinan terjadinya pemberontakan militer.

Menurut saksi mata, seperti dikutip kantor berita Associated Press (AP), di pangkalan militer Kati, sebuah kota sekitar 15 km dari Bamako, tank lapis baja dan kendaraan militer terlihat memenuhi jalanan. Sementara pasukan militer pun menembakkan senjata ke udara.

Baca juga : Kedubes Singapura Kebanjiran Ucapan Selamat HUT Dari Petinggi Daerah

Seorang juru bicara militer mengkonfirmasi, tembakan ditembakkan ke pangkalan di Kati, tanpa merinci lebih lanjut.

Sementara Kedutaan Besar Prancis di Bamako dalam pesan kepada warganya di hari yang sama menyatakan, karena kerusuhan serius pagi ini, 18 Agustus, di Kota Bamako, (warga negara Prancis) disarankan untuk tetap di rumah.

Selama berbulan-bulan, Mali memang telah terperosok dalam kebuntuan politik. Hal ini karena Presiden Ibrahim Boubacar Keita mendapat tekanan keras dari pihak oposisi Gerakan 5 Juni untuk mengundurkan diri.

Menurut wartawan Al Jazeera, Ahmed Idris, yang melaporkan dari Abuja, Nigeria, ada laporan bahwa Presiden Keita telah diungsikan ke lokasi yang aman. "Laporan yang kami terima, pemberontak telah maju ke (kota) Kati, yang merupakan zona militer," katanya.

Baca juga : PDIP Klaim Utamakan Kader Yang Berkualitas

"Ada beberapa laporan yang menunjukkan, mereka maju ke (ibu kota Mali) Bamako, mencoba mengambil kendali atas komando dan pusat kendali militer di Bamako. Bisa jadi ini kudeta, meski belum ada informasi yang lebih jelas," katanya.

Pihak oposisi yang memimpin demonstrasi besar sejak Juni lalu, memang meminta Presiden Mali mengundurkan diri. Karena Presiden Keita mereka nilai gagal memulihkan keamanan dan mengatasi korupsi.

Sebelumnya, pemberontakan pada Maret 2012 menyebabkan kudeta, hingga menggulingkan Presiden saat itu, Amadou Toumani Toure. Akibatnya, wilayah Mali utara dikuasai oleh para milisi bersenjata.

Republik Mali merupakan negara terbesar kedua di Afrika Barat yang salah satu wilayahnya berbatasan dengan Aljazair. Mayoritas penduduknya tinggal di wilayah selatan.

Baca juga : Konvensi Nasional Partai Republik Tak Akan Diliput Media

Pada 20 Desember 2012, untuk membantu Mali merebut kembali wilayah utara negeri itu yang dikuasai kelompok pemberontak Islam, Dewan Keamanan PBB menyetujui pengiriman pasukan militer Afrika.

Pemberontak Tuareg dan kelompok militan Islam yang terkait Al-Qaeda, memanfaatkan kudeta pada Maret 2012 untuk menguasai wilayah utara yang luas. DAY

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.