Dark/Light Mode

Baru Saja Janji Lindungi Diplomat Asing

6 Serangan Roket Kembali Hantam Bandara Erbil Irak

Kamis, 1 Oktober 2020 15:55 WIB
Anggota milisi Popular Mobilization Forces (PMF) di Irak. [Foto: Getty Images]
Anggota milisi Popular Mobilization Forces (PMF) di Irak. [Foto: Getty Images]

RM.id  Rakyat Merdeka - Serangan roket dari kelompok milisi Popular Mobilisation Forces (PMF) mendarat di bandara Erbil, wilayah semi otonom Kurdistan, Irak, pada Rabu (30/9) waktu setempat. Serangan roket ini ditargetkan menyerang pasukan Amerika Serikat.

Insiden ini terjadi hanya beberapa jam setelah Perdana Menteri Irak, Mustafa al-Kadhimi berjanji memberikan perlindungan bagi para diplomat dan anggota misi dari luar negeri.

Satuan Kontra Terorisme Kurdistan Irak menuding, serangan itu berasal dari PMF, kelompok milisi yang didukung Iran. Selama ini, PMF dianggap berada di balik berbagai serangan milisi Syiah Irak dan merupakan bagian dari angkatan bersenjata Irak.

"Enam roket diluncurkan dari perbatasan Desa Sheikh Amir, Provinsi Nineveh oleh Popular Mobilisation Forces. Mereka menargetkan pasukan koalisi di bawah AS di Bandara Internasional Erbil," kata pihak Kurdi dikutip kantor berita Reuters.

Baca juga : Bantu Korban Banjir di Katingan, Polda Kalteng Siapkan 100 Personel

Ada empat roket yang mendarat di pinggiran area bandara. Namun dua roket tidak meledak. Kementerian Dalam Negeri Kurdi mengecam serangan yang terjadi pada pukul 20.30 waktu setempat itu.

Media Kurdi melaporkan, Juru Bicara kelompok Kurdi, Mohamed Qadiri menyatakan bahwa sirene terdengar di dalam pangkalan militer terdekat yang ditempati pasukan AS. Sebuah roket bahkan jatuh hanya sekitar 200 meter dari markas Democratic Party of Iranian Kurdistan (KDPI). Tidak jelas, apakah KDPI sebenarnya yang menjadi target.

Laporan media menduga, Amerika memindahkan staf diplomatik mereka ke Erbil. Wilayah Kurdistan ini telah lama dianggap sebagai tempat berlindung yang aman konflik yang terus terjadi di seluruh Irak. Juga karena dinilai jauh dari jangkauan milisi Irak yang didukung Iran.

Hingga saat ini, tidak satu pun kelompok yang mengklaim bertanggung jawab langsung atas serangan itu, termasuk PMF sendiri.

Baca juga : Warga Kota Bekasi Diminta Semangat Benahi Kampung Agar Lebih Layak Huni

Perdana Menteri Kurdi, Masrour Barzani bahkan juga mengecam serangan itu dan mendesak Kadhimi menangkap pelakunya. "Saya telah berbicara dengan PM Mustafa al-Kadhimi tentang pentingnya meminta pertanggungjawaban para pelaku," ujarnya.

Menurutnya, Kurdistan Regional Government (KRG) tidak akan menolerir setiap upaya merusak stabilitas Kurdistan dan menegaskan, pihaknya akan membalas.

Sementara militer Irak menyalahkan kelompok teroris atas serangan itu dan mengatakan tidak ada korban. Pernyataan ini senada dengan Kolonel Angkatan Darat AS dan Juru Bicara Koalisi pimpinan AS, Wayne Marotto. Dia mengatakan, menurut laporan awal, serangan itu tidak langsung mengenai pasukan koalisi di Erbil. "Tidak ada kerusakan atau korban jiwa. Insiden ini sedang diselidiki," ujar Marotto melalui Twitter.

Serangan ini menjadi pukulan keras, karena terjadi beberapa jam setelah al-Kadhimi berjanji dalam pertemuan dengan diplomat untuk melindungi misi asing di negaranya. Dia juga menyatakan akan membatasi kepemilikan senjata hanya bagi aparat negara saja, menyusul ancaman AS untuk menutup kedutaan besarnya di Baghdad.

Baca juga : Baru Sehari Diluncurin, Peminat Uang Baru Pecahan Rp 75 Ribu Membludak

"Mereka yang melakukan serangan terhadap misi luar negeri berusaha untuk membuat tidak stabil Irak dan menyabotase hubungan regional dan internasionalnya," kata Kadhimi kepada 25 utusan asing, termasuk Duta Besar AS, pada Rabu (1/10/2020) pagi waktu setempat.

Saat ini, AS sedang bersiap menarik diplomatnya dari Irak. Langkah ini sebagai bagian peringatan kepada Irak, AS bisa saja menutup kedutaannya buat seterusnya. Namun langkah ini dikhawatirkan oleh warga Irak sendiri, karena bisa membuat negara itu kembali menjadi zona pertempuran.

Dalam beberapa pekan terakhir, serangan roket di dekat Kedutaan AS dan bom pinggir jalan menargetkan konvoi yang membawa peralatan ke koalisi militer pimpinan AS meningkat. Satu serangan pinggir jalan bahkan menghantam konvoi Inggris di Baghdad. Kejadian ini merupakan pertama kalinya dialami diplomat Barat di Irak selama beberapa tahun terakhir. [DAY]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.