Dark/Light Mode

Serangan Udara Di Suriah Bombardir Kamp Perlawanan Oposisi

Selasa, 27 Oktober 2020 13:03 WIB
Seorang pria membawa anak kecil yang terluka setelah pasukan Rusia melancarkan serangan udara di atas wilayah Kellase, Suriah, yang dikuasai kelompok oposisi Aleppo/Idlib. [Foto: www.aa.com.tr]
Seorang pria membawa anak kecil yang terluka setelah pasukan Rusia melancarkan serangan udara di atas wilayah Kellase, Suriah, yang dikuasai kelompok oposisi Aleppo/Idlib. [Foto: www.aa.com.tr]

RM.id  Rakyat Merdeka - Serangan udara di kamp pelatihan kelompok perlawanan di Barat Laut Suriah pada Senin (26/10) waktu setempat, menewaskan lebih dari 50 milisi yang didukung Turki.

Serangan udara yang diduga dilakukan oleh pasukan Angkatan Udara Rusia itu juga melukai sekitar 50 orang. Serangan udara di bagian Barat Laut Provinsi Idlib, yang merupakan basis kelompok perlawanan kelompok oposisi Suriah, menargetkan kamp pelatihan militer kelompok Failaq Al-Sham. Kelompok ini merupakan salah satu kelompok oposisi terbesar yang didukung Turki di Suriah. Hal ini dinyatakan Juru Bicara Failaq Al-Sham, Youssef Hammoud.

Menurut versi Syrian Observatory for Human Rights atau Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (HAM), kelompok pemantau perang Suriah yang berkantor di Inggris, jumlah korban serangan udara itu sebanyak 78 milisi kelompok ini tewas dan hampir 90 orang terluka.

Baca juga : Selama Pandemi, Transaksi QRIS Mandiri Syariah Naik 16 Persen

Sedangkan Direktur kelompok kemanusiaan White Helmets di Idlib, Mustafa al-Haj Youssef mengatakan, stafnya mendokumentasikan angka kematian sedikitnya 35 milisi, dengan lebih dari 50 lainnya terluka.

"Korban tewas diperkirakan akan meningkat, karena tingginya jumlah mereka yang mengalami luka-luka serius," kata Youssef kepada Al Jazeera.

Kantor berita Qatar ini juga melaporkan, bahwa Observatorium Suriah untuk HAM menduga, serangan udara itu dilakukan oleh Rusia, yang merupakan sekutu dekat Presiden Suriah Bashar Assad dalam perang saudara di negara itu.

Baca juga : Peringatan Hari Sumpah Pemuda, Bamsoet: Ini Adalah Era Kolaborasi

Hammoud mengatakan, para pemimpin kamp termasuk di antara mereka yang tewas dalam serangan udara di Jabal Al-Dweila tersebut. Kamp itu berada di dekat perbatasan Turki.

Menanggapi hal ini, kelompok perlawanan Suriah menegaskan pihaknya akan melakukan serangan balasan. Hal senada disampaikan Naji Al-Mustafa, Juru Bicara kelompok perlawanan lainnya, Front Nasional untuk Pembebasan, yang juga didukung Turki. Bahwa pihaknya juga akan turut melakukan serangan balasan, dengan menargetkan pos pemerintah dan Rusia.

Turki dan Rusia sebenarnya terlibat upaya menengahi gencatan senjata di Idlib awal tahun ini. Tujuannya, untuk menghentikan serangan pemerintah Suriah yang menyebabkan ratusan ribu orang mengungsi. Tapi gencatan senjata tak benar-benar bisa berjalan.

Baca juga : Kalau Menang, Biden Bakal Wajibkan Masker Di Seluruh Sarana Transportasi

Selama ini, Turki juga telah lama mendukung pasukan perlawanan di Suriah. Rusia kemudian berunding dengan Turki, untuk menerjunkan tim pengamat di daerah basis perlawanan oposisi untuk memantau gencatan senjata.

Pekan lalu, pasukan Turki mengevakuasi salah satu pangkalan militer terbesar mereka di daerah itu, yang dikepung oleh pasukan pemerintah Suriah selama berbulan-bulan. [DAY]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.