Dark/Light Mode

Pandemi Covid-19 Eratkan Hubungan

China dan ASEAN Kerja Sama Pulihkan Ekonomi

Senin, 2 November 2020 19:44 WIB
Dubes China untuk ASEAN Deng Xijun. (Foto Dok RMco.id)
Dubes China untuk ASEAN Deng Xijun. (Foto Dok RMco.id)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pandemi Covid-19 memaksa banyak pihak membatasi aktivitas. Termasuk kerja sama antar negara. Untuk meminimalisir dampak sosial ekonomi di tengah masyarakat, negara dituntut untuk memperkuat kerja sama dan komunikasi antar negara.

Isu itu mengemuka dalam diskusi "Virtual Jakarta Forum on ASEAN-China Relations 2020: Reinforcing Regional Economic Recovery against Covid-19". Diskusi itu digelar Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI). Hadiri sejumlah diplomat Duta Besar (Dubes) China dan Filipina untuk ASEAN, serta bekas Menteri Perdagangan Gita Wirjawan.

Dubes Filipina untuk ASEAN Noel Eugene Eusebio Servigon yang membuka diskusi menyampaikan, pandemi Covid-19 sejauh ini telah membuat pemerintah memberlakukan kebijakan dan tindakan untuk menanggapi kondisi kesehatan darurat ini.

Meski keputusan tersebut membuat orang menjadi terpisah secara fisik. Namun justru membuat hubungan antar negara menjadi lebih dekat. Dalam hal ini, dia merujuk pada hubungan antara ASEAN dan China.

"Sepanjang perjalanan pandemi, ASEAN dan China telah menunjukkan tekad untuk membantu satu sama lain dalam kebutuhan kolektif semacam ini," ucap Servigon.

Dia menambahkan, langkah tersebut merupakan langkah yang paling tepat. Dibandingkan hanya berfokus pada masalah dan kebutuhan pribadi saja. Menurutnya, para pemimpin, khususnya di negaranya, telah menyatakan komitmen mereka untuk melipatgandakan upaya dalam memperkuat kerja sama regional dan internasional.

"Itu karena menyadari perlunya negara-negara kita keluar dari pandemi ini bersama-sama atau tidak sama sekali," ujarnya.

Baca juga : BUMN Holding Pariwisata Percepat Pulihkan Ekonomi

Dalam upaya ini, lanjutnya, negara-negara bekerja sama untuk mengirim pasokan medis penting ke negara-negara yang membutuhkan. Sekaligus berbagi informasi tentang bagaimana mengelola pandemi serta berkolaborasi dalam mengembangkan vaksin Covid-19.

Dan untuk bekerja sama dalam memfasilitasi pemulihan komprehensif ekonomi dari pandemi Covid-19. "ASEAN dan China adalah mitra dagang terbesar antara satu sama lain di dalam kontributor utama ekonomi global," terang Servigion.

Selanjutnya, Dubes China untuk ASEAN Deng Xijun menjelaskan, masalah penguatan pemulihan ekonomi regional merupakan masalah paling mendesak dan relevan untuk saat ini.

Deng pun membagikan ceritanya tentang kisah China bisa bangkit dari keterpurukan akibat pandemi. Dia menjelaskan, Menteri Luar Negeri (Menlu) China Wang Yi, selalu menjaga komunikasi yang erat dengan rekan-rekannya di berbagai negara. Terutama untuk tetap menjalin kerja sama di masa sulit.

China pun terus menjaga hubungan diplomasinya ke negara-negara seperti Indonesia, Kamboja, Filipina, Malaysia, Laos hingga Singapura. Guna mengendalikan kondisi stabilitas ekonomi di kawasannya. Kata dia, perekonomian China bangkit kembali mendekati 3,2% pada triwulan kedua. Dan selanjutnya, kata Deng, naik 54,9% pada triwulan ketiga.

Pada kesempatan itu, Gita Wirjawan menyebut sejumlah hal penting agar negara-negara Asia Tenggara bisa melangkah ke depan.

1. Jika ASEAN bisa mencapai keadilan dalam hal ekonomi seperti yang selalu diharapkan.

Baca juga : Komisi VI DPR Dan BUMN Sinergi Pulihkan Ekonomi NTB

"Agar dapat melihat sejauh mana kita bisa menjadi masyarakat yang aman secara finansial," ujar Gita.

Di ASEAN, Singapura unggul dengan 98 persen. Sedangkan Indonesia berada di angka 49 persen. Dan di beberapa negara di Asia Tenggara, diketahui tidak memiliki ekonomi yang inklusif seperti Singapura.

Menurut Gita, hal itulah yang seharusnya mendapatkan dukungan yang kuat. Baik dari dalam maupun di luar ASEAN.

"Yang telah dimulai negara-negara seperti Vietnam Malaysia hingga Thailand," ucap bekas Ketua Umum Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) itu.

2. Turisme. Meski seperti diketahui saat ini hampir semua negara tengah nengalami berbagai macam pembatasan akibat pandemi Covid-19. "Tapi saya yakin, turisme ini akan menjadi bidang yang bisa membangkitkan perekonomian beberapa negara berkembang di Asia Tenggara," tuturnya.

Pad kesempata itu Ketua FPCI Dino Patti Djalal menambahkan, dunia perlu belajar dari ASEAN. Khususnya dalam menghadapi krisis Covid-19. Di ASEAN, kata dia, tidak ada yang saling menyalahkan terhadap situasi saat ini. Terutama terhadap dengan China. Seperti dietahui bersama bahwa di beberapa tempat di dunia hal semacam itu terjadi.

"Dan menariknya hal semacam itu tidak terjadi di antara negara-negara ASEAN," ujar Dino.

Baca juga : Partai Golkar: UU Cipta Kerja Hadir Untuk Pulihkan Ekonomi Nasional

Di awal krisis, sambung bekas Wamenlu itu, semua pihak bisa melihat sejumlah kebijakan yang diambil antara China dengan ASEAN. Salah satunya adalah menunda pertemuan ASEAN-China. Di mana itu merupakan sebagai salah satu langkah awal diplomasi. "Dan itu merupakan juga langkah kerja sama antara dua pihak," katanya.

Sedangkan di Eropa, hal itu tidak tidak terlihat hingga pada saat-saat yang bisa dikatakan terlambat. Dan menurutnya, hal itu adalah salah satu karakteristik utama hubungan antara ASEAN dengan China.

Hal berikutnya yang dunia bisa belajar dari hubungan antara ASEAN dengan China adalah soal komunikasi. Seberapa sering tiap pihak berkomunikasi. Dan dengan siapa komunikasi itu dilakukan.

Menurut Dino, itu adalah hal yang sangat berharga. "Dan kita tahu bahwa kondisi saat ini membuat kita tidak bisa berkomunikasi sesering mungkin seperti pada waktu situasi normal," ujarnya.

Mengapa komunikasi sangat penting, karena menurutnya, di awal pandemi, tidak satu pihak pun yang tahu apa harus dilakukan untuk menangani situasi seperti ini. Virus ini benar-benar sangat baru. Tidak ada yang tahu soal mana cara penanganannya hingga bagaimana cara perawatannya.

Khusus untuk Indonesia, dia bilang, di level menteri, Indonesia dan China selalu berkomunikasi. Mulai dari Menlu, Menteri Kesehatan, hingga kerja sama antara menteri ekonomi. Dan itu bukan cuma sekadar kata-kata.

"Yang terjadi adalah benar-benar bentuk komunikasi dan semuanya menyangkut hal-hal yang substansif," tandasnya.[PYB]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.