Dark/Light Mode

Joe Biden Menang, Uighur Hingga LNU Dapat Sentuhan Berbeda

Minggu, 8 November 2020 12:34 WIB
Demonstrasi menuntut keadilan bagi warga Muslim Uighur di depan Kedutaan Besar China di Jakarta, Indonesia, beberapa waktu lalu. [Foto: Associated Press]
Demonstrasi menuntut keadilan bagi warga Muslim Uighur di depan Kedutaan Besar China di Jakarta, Indonesia, beberapa waktu lalu. [Foto: Associated Press]

RM.id  Rakyat Merdeka - Joe Biden sudah dipastikan menang di Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS). Terpilih sebagai Presiden, politikus Partai Demokrat itu diprediksi akan mengubah arah politik luar negeri AS.

Pengamat politik internasional, Arya Sandhiyudha mengatakan, AS era Joe Biden akan kembali internasionalis. Tidak lagi isolasionis, sebagaimana ketika dipimpin Donald Trump.

Peraih Doktor Bidang Hubungan Internasional dari Fatih University, Istanbul, Turki itu memproyeksi, AS akan kembali berkomitmen dengan beberapa perjanjian internasional.

"Lebih aktif berperan di Asia Pasifik dan Timur Tengah. Lebih konsisten dalam pola, dibanding Trump, yang banyak menarik diri dan pendekatannya yang cenderung tidak menentu," kata Arya dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi, Ahad (8/11/2020) dini hari.

Baca juga : Joe Biden Menang, Gelora Ngarep Konflik Laut China Selatan Berakhir

Arya menyebutkan, Biden akan punya pendekatan baru terhadap China. Eks Wakil Presiden era Barack Obama itu diyakini bakal membuka kembali persoalan kamp konsentrasi Muslim Uighur di Xinjiang, selain melanjutkan perang tarif dengan modifikasi tertentu. "Biden juga akan mempermasalahkan demokrasi Hong Kong," sambungnya.

Kemauan Biden, juga akan lebih mudah dimengerti. Jika China menginginkan stabilitas kawasan, Presiden baru AS itu tidak terlalu rumit memahaminya.

Tetapi, lanjut mantan Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Turki itu, hal ini ini bukan jaminan Biden akan menggunakan pendekatan yang lunak (soft approach). Terutama bila China sebagai pesaing strategis di kawasan, dianggap sudah melampaui ambang batas agresifitas di Laut Natuna Utara (LNU), sebutan resmi Indonesia untuk wilayah Laut China Selatan (LCS). Seperi diketahui, ketika dipimpim Trump, China begitu meningkat kepercayaan dirinya pada klaim sejarah LCS.

Reputasi kepemimpinan demokrasi global AS, nilai Arya agak pudar dengan kejenakaan Trump. Kendati demikian, ada capaian Trump yang patut di apresiasi di tengah ketegangan 2 negara adidaya saat ini. Ia sukses menahan AS untuk tidak berperang atau menginvasi.

Baca juga : Jika Biden Menang, Apa Yang Akan Dilakukan Trump?

Direktur Eksekutif The Indonesian Democracy Initiative (TIDI) ini melihat, perubahan pendekatan AS terhadap China ini yang akan berdampak pada Indonesia. "Sebab, Indonesia akan dilirik sebagai pemimpin tradisional Asia Tenggara, yang akan menentukan kompetisi Amerika Serikat dengan China, dan arah transisi hegemonik di kawasan Asia Pasifik," imbuhnya.

Pada 2016, ketika Trump memenangkan kursi kepresidenan, dia menyerukan "America First". Dia juga dengan cepat menarik AS dari beberapa perjanjian internasional.

Terpilihnya Biden sebagai Presiden, diyakini akan mengembalikan komitmen AS pada kerjasama internasional. Arya menyebutnya dengan istilah internasionalisme Biden akan menggantikan isolasionisme Trump.

"Misalnya dalam isu NATO, Biden akan kembali menjadikannya organisasi kemitraan internasional yang sangat penting. Reorientasi Timur Tengah akan terjadi, termasuk terhadap Turki," tutur peraih gelar Master bidang Studi Strategis dari S. Rajaratnam School of International Studies (RSIS), Nanyang Technological University (NTU), Singapura itu.

Baca juga : Biden Mulai Unggul, Negara Bagian Membiru

Arya mencatat, Trump cenderung menjauh dari beberapa upaya internasional dan beberapa organisasi. Seperti menarik AS dari Perjanjian Paris tentang iklim. Juga menarik AS keluar dari kesepakatan perdagangan Trans-Pacific Partnership (TPP).

Trump juga memotong dukungan keuangan untuk Organisasi Kesehatan Dunia, WHO. Sementara Biden, diprediksi bakal mengambil langkah yang bertolak belakang. Ia akan kembali mendukung WHO dan berusaha memimpin upaya global menghadapi pandemi COVÄ°D-19.

"Bagi Indonesia, kita menantikan kehangatan Obama yang punya memori kecil, dengan Indonesia hadir lagi di era Biden", pungkas Arya. [SAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.