Dark/Light Mode

Putin Belum Ucapin Selamat Ke Biden

Rusia Tunggu Hasil Resmi Pilpres Amrik

Kamis, 12 November 2020 07:38 WIB
Lyudmila Georgievna Vorobieva (Paul Yoanda/Rakyat Merdeka)
Lyudmila Georgievna Vorobieva (Paul Yoanda/Rakyat Merdeka)

RM.id  Rakyat Merdeka - Hingga saat ini, Presiden Rusia Vladimir Putin, maupun otoritas pemerintahan negara itu, belum mengucapkan selamat pada Joe Biden, atas kemenangannya dalam Pemilihan Presiden Amerika Serikat (Pilpres AS) versi hitung cepat. Hubungan kedua negara yang kerap “panas-dingin” disebut jadi salah satu pemicunya.

Duta Besar (Dubes) Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Georgievna Vorobieva menyebut, isu itu memang menarik perhatian masyarakat internasional. Karena Rusia sama sekali tidak ikut berkomentar terkait proses Pilpres di Negeri Paman Sam itu. Apalagi memberi selamat.

“Akan lebih baik menunggu hasil resmi diumumkan,” ujar Vorobieva, dalam jumpa pers virtual, kemarin siang, terkait alasan Putin belum memberikan ucapan selamat.

Baca juga : Belum Beri Selamat Ke Biden, Presiden Meksiko Nunggu Pelantikan

Karena, seperti diketahui bersama, kata dia, hingga saat ini proses masih berlangsung. Pihaknya berharap, hubungan antara AS dan Rusia, siapa pun yang akan menjadi Presiden AS nanti, bisa berkembang ke arah positif.

“Kami siap bekerja sama dengan pemerintahan AS,” ujar diplomat perempuan kelahiran Moskow itu. Dubes yang lancar berbahasa Inggris, Prancis, Laos dan Thailand itu menekankan, Rusia selalu berpikir realistis.

Dia juga mengingatkan, banyak kebijakan AS saat ini yang bisa dibilang sangat anti Rusia. Salah satu contohnya adalah beberapa sanksi yang diberlakukan pada Rusia. Menurut Vorobieva, kebijakan Washington seringkali tidak bersahabat dengan Rusia. “Juga banyak tuduhan dari AS pada Rusia yang menurut saya itu adalah hal yang konyol,” katanya.

Baca juga : PSI: Baru Sebulan Kampanye, Eri Cahyadi Sudah Ungguli Machfud Arifin

Tapi pada dasarnya, lanjut dia, Rusia siap berdialog dengan Washington, siapa pun yang secara resmi memenangkan pemilihan presiden. “Kami juga berharap, kebijakan-kebijakan AS terhadap Rusia, tidak hanya didasarkan pada sikap anti Rusia,” harapnya.

Pada pertemuan itu juga, Vorobieva membahas rumor Putin bakal mundur dari jabatannya karena sakit parkinson. Meski sudah dibantah, katanya, rumor itu tak hilang begitu saja.

Vorobieva menegaskan, presidennya dalam kondisi sehat. Lagi pula, sambung dia, saat ini Putin masih didukung mayoritas masyarakat Rusia. “Berita soal niat untuk mundur, sama sekali tidak benar. Saya rasa tidak ada alasan bahwa Presiden Putin akan mundur. Apalagi dalam waktu dekat,” tegasnya.

Baca juga : Laporan Intelijen AS: Rusia, China dan Iran Mau Ganggu Pilpres AS

Rumor itu juga muncul saat anggota parlemen memperkenalkan Rancangan Undang-Undang (RUU) ke Majelis Rendah pekan lalu, untuk membuat Putin kebal terhadap tuntutan setelah masa kepresidenannya usai. Menurut laporan Guardian, jika RUU itu disahkan, maka akan membuat Putin tidak bisa dituntut dengan cara apapun jika dia melakukan kekeliruan selama masa pemerintahannya. Serta pada masa sebelum dan sesudahnya.

Kabar mundurnya Putin pertama kali mencuat dari media Inggris, The Sun. Media itu melaporkan Putin akan mundur dari kursi kepresidenan awal tahun depan karena mengidap penyakit parkinson. Dilansir New York Post, Jumat (6/11), kabar niat pengunduran diri Putin disampaikan analis politik di Moskow, Valery Solovei. Menurut pernyataan Solovei, informasi itu diperoleh karena kabarnya pasangan Putin, Alina Kabaeva, dan kedua anaknya meminta sang presiden untuk mengundurkan diri.

“Ada faktor keluarga, yang sangat berpengaruh terhadapnya (Putin). Dia berniat mengumumkan mengundurkan diri pada Januari,” kata Solovei.[PYB]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.