Dark/Light Mode

Lawan Pandemi Covid-19, Ratu Jadi Teladan

Top, Inggris Mulai Vaksinasi Massal

Rabu, 9 Desember 2020 06:46 WIB
Margaret Keenan, 90 tahun, orang pertama yang menerima vaksin Covid-19 produksi Pfizer-Bio NTech, kemarin. Si nenek disuntik perawat May Parsons di University Hospital, Coventry , Inggris. (Foto : AP/Jacob KiNg).
Margaret Keenan, 90 tahun, orang pertama yang menerima vaksin Covid-19 produksi Pfizer-Bio NTech, kemarin. Si nenek disuntik perawat May Parsons di University Hospital, Coventry , Inggris. (Foto : AP/Jacob KiNg).

RM.id  Rakyat Merdeka - Inggris merupakan salah satu negara Eropa yang terdampak paling parah akibat pandemi Covid-19. Kemarin, Negeri Ratu Elizabeth II memulai program vaksinasi massal terhadap warganya.

Warga pertama yang menerimanya adalah Margaret Keenan (90). Vaksin yang disuntikkan adalah BNT162b2 milik Pfizer/ BioNTech yang diproduksi di Belgia. “Saya merasa sangat terhormat menjadi orang pertama yang divaksinasi Covid-19,” kata Keenan, seperti dikutip dari Reuters, kemarin.

“Ini adalah hadiah ulang tahun terbaik, karena ini berarti saya akhirnya bisa berharap menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman-teman saya di Tahun Baru, setelah hampir sepanjang tahun tak bisa berinteraksi langsung,” sambungnya.

Keenan, mendapatkan vaksin ini di rumah sakit lokal Coventry, Inggris tengah. Rekaman video menunjukkan, ia memakai masker medis dan mengenakan kaos biru berlapis kardigan saat menerima suntikannya dari perawat May Parsons. Menurut Parsons, adanya vaksin ini terasa seperti melihat ada cahaya di ujung terowongan.

Program itu berjalan setelah Inggris menjadi salah satu negara yang paling parah terkena dampak Covid-19. Di mana lebih dari 61 ribu kematian, dari 1,6 juta kasus infeksi. Hari vaksinasi itu disebut “V-Day”. Disebut sebagai program vaksinasi terbesar sepanjang sejarah Inggris.

Vaksinasi akan memprioritaskan warga lanjut yang berusia di atas 80 tahun. Selain itu, vaksinasi juga diprioritaskan untuk para pekerja rumahan, tenaga kesehatan dan pekerja sosial yang berisiko. Setelah mendapat suntikan pertama, para warga itu akan disuntik lagi 21 hari kemudian.

Perdana Menteri (PM) Boris Johnson, yang juga sempat terpapar Covid-19 menyebut, program itu sebagai langkah maju dalam perang Inggris melawan virus Corona. Namun ia menekankan, agar masyarakat tetap menjalankan protokol kesehatan, terutama saat aturan dilonggarkan selama Natal. Protokol kesehatan 3M, yaitu memakai masker, mencuci tangan pakai sabun atau hand sanitizer dan menjaga jarak dan menghindari kerumunan.

Baca juga : Vaksin Covid-19 Aman Sesuai Rekomendasi WHO

Menteri Kesehatan Inggris, Matt Hancock mengatakan, program ini adalah momen kunci melindungi mereka yang paling rentan. Ia juga menawarkan diri untuk disuntik di acara TV demi menghilangkan ketakutan publik.

Kepala Layanan Kesehatan Nasional (National Health Service/ NHS) Inggris Simon Stevens berpendapat senada. Menurutnya, program vaksinasi itu adalah titik balik yang menentukan dalam melawan Covid-19, tantangan kesehatan terbesar sejak NHS didirikan pada 1948.

Pada Minggu (6/12), kepala regulator obat-obatan Inggris menjamin suntikan vaksin Pfizer/BioNTech aman sebagaimana vaksin umum lainnya dan mereka yang menerimanya akan dipantau pejabat kesehatan.

“Anda mungkin akan mengalami gejala ringan, tapi kemungkinan akan hilang dalam satu atau dua hari,” jelas Kepala Biro Regulator Produk Obat dan Kesehatan Inggris (MHRA), June Raine kepada BBC.

Menurut MHRA, lebih dari 10 penerima vaksin bisa mengalami efek samping seperti rasa sakit di bagian yang disuntik, sakit kepala, sakit otot, menggigil, nyeri sendi, dan demam.

Ratu Jadi Contoh

Proses vaksinasi ini dipantau seluruh dunia. Pada Minggu, Wakil Kepala Eksekutif NHS (Layanan Kesehatan Nasional) Inggris, Saffron Cordery mengatakan kepada Sky News, 50 rumah sakit penghubung di seluruh Inggris telah menerima alokasi vaksin, dan distribusi vaksin berjalan lancar.

Baca juga : Lawan Covid-19, Biden Bikin Program 100 Hari Pakai Masker

Pejabat kesehatan Inggris berharap mendapatkan 4 juta dosis vaksin Pfizer/BioNTech yang tersedia sampai akhir Desember.

Dikutip dari CNN kemarin, pemerintah telah memesan EA juta dosis vaksin Pfizer/BioNTech, cukup untuk 20 juta orang atau sepertiga populasi Inggris.

Cepatnya Inggris menyetujui vaksin ini dibandingkan negara lainnya di Eropa menimbulkan pertanyaan. Tapi Cordery mengatakan, prosesnya sangat ketat.

“Memang lebih singkat dibanding proses persetujuan vaksin lain, tapi itu karena segala hal dilaksanakan bersamaan,” ujarnya.

Vaksinasi massal adalah respons koordinasi keempat negara di Inggris Raya yang terdiri dari, Inggris, Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara yang biasanya menetapkan kebijakan kesehatan mereka sendiri. Jadwal vaksinasi pada 8 Desember adalah di Inggris, Wales, dan Skotlandia.

Sedangkan Irlandia Utara mengatakan akan mulai vaksinasi awal pekan ini, meski tak secara spesifik menyebut hari apa.

Ratu Elizabeth II, yang berusia 94 tahun, termasuk di antara mereka yang pertama di antrean untuk divaksinasi. Dia mendapat prioritas mengingat usianya. Hal itu juga bisa dipakai sebagai kampanye kesadaran publik.

Baca juga : Negatif Covid-19, Bupati Bogor Masih Wajib Isolasi Mandiri

Tantangan Logistik

Inggris memberikan persetujuan penggunaan darurat untuk vaksin yang dikembangkan oleh Pfizer dan BioNTech pekan lalu. Ini menjadikan Inggris negara pertama yang akan memulai program pemindahan mikroor ­ ganisme (inokulasi) massal paling penting dalam sejarah.

Menurut Kementerian Kesehatan Inggris, dosis awal yang telah tiba dari Belgia disimpan di loka si yang aman di seluruh negeri, di mana kualitasnya akan diperiksa. Vaksin Pfizer/BioNTech harus disimpan pada suhu -70 derajat Celsius dan hanya bertahan lima hari di lemari es biasa.

NHS Inggris telah mengabarkan kepada para dokter, untuk bersiap mulai memberikan vaksinasi melalui layanan dokter lokal mulai 14 Desember. Vaksin tidak diluncurkan oleh dokter secara perorangan pada sebuah klinik, tetapi sekelompok dokter lokal yang akan mengoperasikan lebih dari 1.000 pusat vaksinasi di seluruh Inggris.

Dengan vaksin Pfizer-BioNTech yang dibuat di Belgia, kekhawatiran juga muncul tentang potensi gangguan pasokan. Apalagi, Inggris telah meninggalkan pasar tunggal Uni Eropa. Tapi pemerintah Inggris memastikan ketersediaan pasokan. [PYB]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.