Dark/Light Mode

AS Dan NATO Tuding China Sebagai Ancaman Global

Jumat, 11 Desember 2020 04:42 WIB
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg bersama Kay Bailey Hutchison, Utusan Amerika Serikat untuk NATO. (Foto : NAT
O)
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg bersama Kay Bailey Hutchison, Utusan Amerika Serikat untuk NATO. (Foto : NAT O)

RM.id  Rakyat Merdeka - Seperti halnya Amerika Serikat (AS), Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) juga mencap China sebagai ancaman keamanan global.

Pandangan NATO ini disampaikan Utusan AS untuk NATO, Kay Bailey Hutchison, di hadapan peserta audiensi virtual yang diselenggarakan lembaga kajian Inggris, International Institute for Strategic Studies, Rabu (9/12).

Hutchison menyoroti upaya militer China yang kini makin diperkuat, pencurian kekayaan intelektual yang terus-menerus, dan upaya-upaya China dalam membungkam perbedaan pendapat di Hong Kong. “Kita terlambat menilai China sebagai risiko. Sekarang sedikit lebih jelas,” katanya, dikutip South China Morning Post, kemarin.

Baca juga : China Pede Bisa Akur Dengan AS

Hutchison menambahkan, dunia internasional telah mencoba memberi China kesempatan berpartisipasi dalam tatanan dunia yang teratur. Sayangnya, China justru bersikap tidak adil. Komentar Hutchison ini sejalan dengan pernyataan Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, Senin lalu (7/12). Dalam sebuah acara yang diadakan Politico, Stoltenberg mengatakan, kebangkitan China benar-benar mengubah lingkungan keamanan.

“Skala kekuatan China dan jangkauan global menimbulkan tantangan akut bagi masyarakat terbuka dan demokratis, terutama karena negara itu menuju otoritarianisme yang lebih besar dan perluasan ambisi teritorialnya,” ungkap NATO.

Sebelumnya, Pemerintahan Presiden Donald Trump telah sejak lama berusaha meyakinkan negara sekutunya untuk lebih memperhatikan gerak-gerik China yang dianggap mengancam. Bahkan dalam RUU anggaran pertahanan tahunan yang disahkan Selasa lalu (8/12), AS mempertimbangkan kembali apakah akan mengirim senjata atau pasukan ke negara-negara sekutu di luar negeri, jika negara-negara tersebut juga menggunakan teknologi komunikasi 5G China.

Baca juga : Dewan Kota Bandung Minta Rotasi Jabatan Profesional

Beberapa waktu lalu, AS juga melarang suntikan investasi ke ratusan perusahaan China yang diduga memiliki afiliasi dengan militer China. Stoltenberg menambahkan, China mampu berinvestasi besar-besaran dalam militernya hingga mengalami kemajuan pesat.

Bahkan, Negara Tirai Bambu itu disebut sudah melakukan eksplorasi ke luar angkasa demi mendapat keunggulan taktis militer melawan NATO. Saking menakutkannya, Stolenberg melanjutkan, saat ini NATO tak boleh memancing kemarahan China.

“China bukan musuh kami. Kebangkitannya menghadirkan peluang penting bagi ekonomi dan perdagangan negara anggota NATO. Kami perlu terlibat dengan China dalam masalah seperti pengendalian senjata dan perubahan iklim,” tambahnya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.