Dark/Light Mode

Jengkel Warganya Nolak Vaksinasi Covid

Duterte: Anda Pilih Vaksin Atau Penjara

Rabu, 23 Juni 2021 05:10 WIB
Presiden Filipina Rodrigo Duterte. (Foto : Ted Aljibe/AFP)
Presiden Filipina Rodrigo Duterte. (Foto : Ted Aljibe/AFP)

 Sebelumnya 
Sebelum kampanye vaksi­nasi dimulai di Inggris, AS dan Eropa, lonjakan kasus hampir selalu diartikan sebagai lonjakan rawat inap dan kematian. Ketegangan pada sistem perawatan kesehatan membuat para pemimpin tidak punya banyak pilihan selain membatasi kehidupan publik. Yang akhirnya, pembatasan telah mengganggu ekonomi, dan memaksa orang dengan kondisi medis lain untuk menunda prosedur penting.

Berbagai peristiwa di Inggris memberikan kasus uji yang paling menarik hingga saat ini. Menurut Pelacak Vaksin Bloom­berg, sekitar 46 persen populasi Inggris sudah divaksinasi. Itu membantu mengurangi kema­tian harian ke tingkat terendah sejak musim panas lalu.

Baca juga : Didampingi Ridwan Kamil, Jokowi Tinjau Vaksinasi Covid-19 Di Stadion Patriot Bekasi

“Namun, kasus varian Delta, jenis yang lebih mudah menular, yang pertama kali diidentifikasi di India, membuat kasus positif naik hampir dua kali lipat dalam sepekan terakhir,” jelas Pusat Layanan Masyarat Inggris, Ju­mat (18/6).

Rawat inap juga meningkat. Dan di saat yang sama, sebagian besar pasien belum sepenuhnya divaksinasi. Selanjutnya, Per­dana Menteri Boris Johnson, Senin (21/6), menunda relaksasi lockdown empat pekan ke depan. Di tengah pembatasan itu, Inggris mendorong lebih banyak orang dewasa menerima dosis vaksin kedua. Yang menurut data, secara signifikan meningkatkan perlindungan terhadap jenis baru.

Baca juga : Karang Taruna Bekasi Galang Dana Bantu Palestina

Tetapi, jika virus menyebar di antara anak-anak dan orang dewasa muda yang tidak divaksinasi, maka ujian sebenarnya adalah rawat inap, dan kematian tetap rendah. Jika kenyataan­nya demikian, maka Covid-19 terlihat seperti pandemi yang tidak dapat dikendalikan. Dan seperti penyakit musiman seperti influenza.

Para ilmuwan mengatakan, membandingkan prevalensi Co­vid-19 dengan flu, yang membunuh sekitar 650 ribu orang di seluruh dunia tiap tahun, akan menjadi tolok ukur penting pada musim gugur dan musim dingin mendatang.

Baca juga : Genjot Vaksinasi, RI Kembali Terima 1,5 Juta Dosis Vaksin AstraZeneca

Covid-19 telah membunuh lebih dari 3,8 juta orang sejak awal tahun 2020. Tapi, negara-negara yang telah melakukan vaksinasi pada akhirnya harus dapat mengobati dan bangkit se­cara berkala. Dengan cara yang sama seperti mereka menangani flu. Dan membuat keputusan kebijakan yang sesuai.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.