Dark/Light Mode

Jengkel Warganya Nolak Vaksinasi Covid

Duterte: Anda Pilih Vaksin Atau Penjara

Rabu, 23 Juni 2021 05:10 WIB
Presiden Filipina Rodrigo Duterte. (Foto : Ted Aljibe/AFP)
Presiden Filipina Rodrigo Duterte. (Foto : Ted Aljibe/AFP)

 Sebelumnya 
Ngerem Rilis Data Corona

Entah optimis atau kelelahan, sekitar sejumlah negara bagian di AS telah mengurangi frekuensi merilis data Covid-19. Negara Bagian Florida sekarang hanya melaporkan seminggu sekali.

Namun, di sebagian besar dunia, pejabat kesehatan belum mengabaikan jumlah kasus posi­tif Covid-19.

Baca juga : Didampingi Ridwan Kamil, Jokowi Tinjau Vaksinasi Covid-19 Di Stadion Patriot Bekasi

China dan Taiwan bisa menekan infeksi baru menjadi hampir nol. Tapi itu berarti, satu kasus saja bisa jadi hal yang menonjol.

Dengan populasi 24 juta, Tai­wan telah memberikan lebih dari satu juta dosis vaksin. China da­ratan, yang telah melakukan lock­down ketat, telah memberikan hampir satu miliar dosis vaksin.

Beberapa bagian Asia dan negara berkembang melihat beban kasus baru Covid-19 karena kurangnya vaksin. Sehingga, mereka masih fokus pada jumlah yang terinfeksi.

Baca juga : Karang Taruna Bekasi Galang Dana Bantu Palestina

Ini hal wajar, sebab ada kemungkinan virus bermutasi menjadi strain yang lebih me­matikan atau resisten terhadap vaksin yang ada.

Menurut penelitian para ilmu­wan di Skotlandia yang diterbit­kan di The Lancet, orang yang terinfeksi varian Delta, dua kali lebih dari dua kali lebih mungkin untuk dirawat di rumah sakit. Daripada mereka yang memiliki strain Alpha.

Meskipun varian ini dikendalikan secara efektif oleh vaksin, ancaman terhadap sistem perawatan dapat terus meningkat. Jika virus bermutasi menjadi bentuk yang lebih kuat, mencapai nol kasus tidak realistis, bahkan di negara yang sudah banyak melakukan vaksinasi.

Baca juga : Genjot Vaksinasi, RI Kembali Terima 1,5 Juta Dosis Vaksin AstraZeneca

Sebagian besar masyarakat telah menerima kenyataan mutasi virus lain seperti flu. Kemung­kinan, respons yang sama pada Covid-19.

Marc Baguelin, ahli epidemiologi di Imperial College London, Inggris mengatakan, “Kita harus hidup dengan kenyataan akan ada varian baru.” [PYB]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.