Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Keren, Wayang Kulit dan Gamelan Tampil Memukau di Belanda
Minggu, 12 Mei 2019 19:13 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Bertempat di Aula Nusantara KBRI Den Haag, Sabtu (11/5), alunan gamelan terdengar indah dan anggun. Para penonton yang berjumlah lebih dari 150 orang tampak antusias hendak menyaksikan pementasan wayang dengan lakon “Ciptaning” oleh dalang Ki Joko Susilo dari Selandia Baru dan sinden Dòra Györfi dari Budapest, Hungaria.
Pementasan wayang tersebut juga diramaikan kelompok kesenian Gamelan Widosari Amsterdam. Para pemain gamelan yang tergabung dalam kelompok ini adalah orang-orang Indonesia dan Belanda yang dipimpin Elsje Plantema.
Pertunjukkan sensasional ini diselenggarakan oleh Rumah Budaya Indonesia (RBI) Den Haag yang berada di bawah naungan KBRI Den Haag.
Dimana Rumah Budaya Indonesia (RBI) Den Haag secara aktif mengadakan kegiatan-kegiatan budaya yang bertujuan untuk mempromosikan kebudayaan Indonesia di Belanda.
Baca juga : KBRI Den Haag Dorong Kewirausahaan Diaspora Wanita Indonesia di Belanda
Acara pagelaran wayang dimulai dengan ucapan selamat datang oleh Atase Pendidikan dan Kebudayaan Den Haag, Bapak Din Wahid. Selanjutnya acara dibuka secara resmi oleh Wakil Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Belanda, Bapak Fikry Cassidy.
Pagelaran wayang dengan mengambil lakon “Ciptaning” ini mengisahkan tentang proses pertapaan yang dilakukan oleh Arjuna demi mendapatkan sesuatu yang bisa digunakan untuk melawan angkara murka di dunia.
Arjuna yang merupakan salah seorang ksatria Pandawa ini bertapa di Gua Mintaraga di Gunung Indrakila. Arjuna sebagai pertapa ini dikenal juga dengan nama Begawan Mintaraga atau Begawan Ciptaning.
Berbagai godaan dialami oleh Begawan Ciptaning selama bertapa, untuk menguji seberapa kuat sang Begawan menahan nafsu duniawi.
Baca juga : Alami Kekerasan dan Kecelakaan, 2 Pengawas Pemilu di NTT Meninggal
Pada akhirnya, Begawan Ciptaning alias Arjuna berhasil melewati semua godaan tersebut, dan mendapatkan anugerah berupa panah Pasopati yang sakti mandraguna dan bisa digunakan untuk menumpas kejahatan di dunia.
Ki dalang Joko Susilo yang mementaskan lakon ini menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Inggris. Tujuannya supaya para penonton wayang yang tidak bisa berbahasa Jawa bisa turut menikmati lakon wayang ini.
Hal ini sejalan dengan misi KBRI Den Haag dan Rumah Budaya Indonesia (RBI) Den Haag untuk mempromosikan sekaligus menjaga kelestarian kebudayaan Indonesia. Setelah pementasan wayang berakhir, Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Belanda, Bapak I Gusti Wesaka Puja memberikan kesan-kesannya atas pementasan ini.
Duta Besar Puja sangat mengapresiasi para seniman yang telah mementaskan wayang kulit ini dan menggaris bawahi pesan moral yang bisa dipetik dalam lakon “Ciptaning”, yaitu untuk mencapai cita-cita yang kita inginkan, maka kita perlu tekun dan tetap fokus pada tujuan.
Baca juga : Keren, MRT dan LRT Bakal Dibangun di 6 Kota
Acara ini ditutup dengan buka puasa bersama dengan hidangan makanan khas Indonesia seperti kolak pisang-ubi, ayam penyet, tahu dan tempe bacem, dan hidangan lainnya. Tentu saja makin menambah hangat dan akrab para penonton yang menyaksikan pementasan wayang kulit. [SRI]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya